UNTAIAN CINTA UNTUK KAPTEN BHIRAWA (Cintaku Tereksekusi di Terminal Purabaya)

Lelah....mungkin inilah yang kurasakan.  Kejadian demi kejadian yang kualami seakan tak mampu lagi kurekam dalam otakku.  Aku diam. Namun dalam diam selalu terbersit semua kenangan tentangmu.  Aku tak tahu, mengapa aku seperti mengulang masa dimana kita pernah bersama, bercengkerama seraya bergandengan. Ya.......deru mesin bus kota ini kembali membawaku menekuri jalanan antara Malang - Surabaya, yang seolah menghipnotisku ke alam bawah sadarku, bernostalgia tentang sebuah hubungan, yang indah waktu itu.

Aku merasa perjumpaan kita teramat sangat singkat.  Namun...rasa itu yang membuat kita terikat dalam sebuah hubungan.  Sejak aku mengenalmu, lalu kau ajak aku memperkenalkan diriku ke keluargamu, kau temani aku mengambil ijasah sarjanaku di Unibraw, bahkan kau bawa serta aku jalan-jalan menghirup udara pegunungan, sampai akhirnya kau pergi meninggalkanku untuk menempuh Diklapa I ke Bogor.  Dalam waktu itu tak henti-hentinya kau selalu menyelipkan kata cinta.  Surat cinta yang kau kirimkan padaku kala itu membuat aku semakin mengerti dan memahami arti cinta.

Kapten Bhirawa, ternyata....aku harus jatuh bangun untuk mencintaimu.  Parasmu yang rupawan telah membuat banyak wanita jatuh hati.  Dua kali hubungan kita sempat kandas hanya gara-gara wanita itu.  Bahkan luka di daguku belum juga kering, itu karena sebuah kecelakaan kecil menimpaku akibat memikirkanmu.  Sementara keluargamu seolah menyalahkanku dengan berbagai alasan. Nyaris tak ada pembelaan.  Entah apa yang kurasakan saat ini.....sebentuk cinta atau sebuah kebencian? Namun untuk mengakhiri sebuah hubunganpun, aku belum sanggup.

Laju bus kota ini hampir mendekati Terminal Purabaya.  Surabaya telah menanti kedatanganku dengan sebuah cerita.  Semalam kau menelponku, menegaskan hubungan kita.  Bahwa kau ingin menunjukkan semua cintamu padaku, persis seperti kata-katamu di surat cinta itu.  Tentang wanita yang kerap menerorku, itu hanyalah bualan wanita gila yang tak perlu diladeni....itu katamu.  Namun, aku sungguh terganggu dengan kejadian-kejadian itu.  Kembali aku diam dalam dua pilihan antara benci dan cinta.  Dalam hitungan jari bus ini akan berhenti. Itu tandanya setelah bus berhenti aku akan keluar dari bus dan menelusuri jejakmu.  Seperti pintamu semalam, aku harus datang menemuimu di Terminal Purabaya tepat jam 15.00 WIB.  Kapten Bhirawa.........sejujurnya aku masih sangat mencintaimu.  Semoga di Surabaya ini, akan menjadi saksi terjalinnya kembali cerita cinta kita, kan kudekap erat tubuhmu saat aku mendapatimu.  Dan....1....2....3.........aku berjalan menutup mata sambil berharap cerita indah pada endingnya.




Cerita ini diikutsertakan pada Flash Fiction Writing Contest:Senandung Cinta

Posting Komentar

7 Komentar

  1. Kok seperti kisah nyata ya mbak. hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. nyata abis nih mbak hehehe......tapi aku ngiler lho sama ulekannya kang pur di taman bungkul

      Hapus
  2. huwaaaa.. klo ini mah beneran dapat kapten bhirawa :D
    sukses mak GAnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. mengenang masa lalu mak......mengibaratkan suami seperti kapten bhirawa ngakak.com

      Hapus
  3. terima kasih kembali. lagi nyari partner nih pak dhe, bingung ada gak ya yang mau diajak jadi partner hehehe

    BalasHapus
  4. mak, saran aja mak. jng dimoderasi dulu selama ikut kontes, karena ada dipersyaratan writing kontes pak dhe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. padahal sudah tak buka nih mak moderasinya, ntar tak utak-atiknya dulu...mksh

      Hapus

Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...