Cinta memang indah pada awalnya. Tak heran bila dua insan yang sedang di mabuk cinta menganggap hidupnya bak di surga. Hmm….sayang perjalanan cinta tak selamanya menorehkan cerita indah. Kadang rasa pahit itu tiba-tiba harus ditelan pada endingnya. Yah…kembali kepada takdir. Manusia hanyalah pelaku dan bisa berencana, namun Allahlah yang menciptakan skenario atas perjalanan cinta manusia.
Andai hal yang pahit menimpa perjalanan cinta kita, marahkah
kita? Lalu untuk apa kita marah. Marah
tak akan menjernihkan masalah. Justru
apa yang kita alami merupakan sebuah pelajaran yang menempa kita menjadi
pribadi yang mandiri, tidak cengeng bahkan cepat atau lambat kita bisa
menghargai diri sendiri.
Aku pernah dua kali gagal menjalin cinta. Boleh jadi kegagalanku itu merupakan proses
untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Sebenarnya aku tak pernah mengatasnamakan ‘materi’ dalam setiap
hubunganku dengan lelaki. Bagiku seorang
lelaki yang sabar, pengertian dan bisa menerima aku serta keluargaku apa adanya
itu sudah lebih dari cukup. Namun entah
mengapa setiap kutemukan lelaki yang kuanggap cocok, setiap itu pula aku harus
menelan pil pahit. Lelaki itu pergi
meninggalkanku demi mendapatkan wanita lain.
Seperti kembali membuka luka lama saat mengingat kisah ini. Itulah perasaan wanita, sepandai-pandai ia
menutup rapat cerita kelamnya, masih ada juga celah yang berusaha menerobos
ruang batinnya. Sungguh aku tak akan
pernah bisa melupakan cerita ini, walau dengan ikhlas aku sudah merelakan dia
untuk wanita lain. Terus terang aku
sadar, bahwa ia memang bukan jodohku, jadi untuk apa mengejarnya.
Satu hal yang menghantuiku adalah rasa sakit atas
penghianatan ini. Aku bukan hanya
dihianati bahkan dicaci, dituduh seolah aku wanita murahan yang suka merebut
pacar orang. Astaghfirullah…….ingin
rasanya aku protes, ingin rasanya aku berteriak, namun kepada siapa?
Mungkin orang lain menganggap aku sebagai wanita murahan
karena ketidaktahuannya. Dan akupun bisa
memakluminya. Terus terang aku berkenalan dengan lelaki itu pada sebuah bus
kota juga secara baik-baik. Lalu
bincang-bincang kami dilanjutkan di rumahku pada malam harinya. Rupanya lelaki itu adalah kakak kelasku SMA
yang sekarang bekerja di Bandung.
Semenjak pertemuan itu kami semakin akrab.
Aku menganggap dia lelaki yang baik dan santun. Beberapa kali aku diajak kerumahnya dan
dikenalkan ibunya. Sama sekali tidak ada
masalah. Ketika suatu hari dia
mengutarakan isi hatinya, akupun langsung menerimanya. Jadi suatu hal yang wajar dan tidak ada
salahnya bila kami menjalani hubungan yang serius.
Dua kali kami harus menjalani LDR (Long Distance
Relationship), selama itu pula hubungan kami baik-baik saja. Namun saat kami kembali dipertemukan, rupanya
inilah akhir dari cerita cintaku. Dia
datang dengan membawa bencana. Dia
putuskan hubungan kami secara sepihak.
Sontak telingaku serasa tuli, mataku seperti buta dan lidahku seakan
kelu, kala itu. Hanya air mata yang
terus mengalir, akupun tak kuasa membendungnya.
“Dia lebih romantis, dia lebih berani, setiap aku datang
selalu disambut dengan ciuman dan tanganku di gandeng.”
“Beda dengan kamu, yang dingin, tidak mau dicium.”
Itu alasan dia memutuskanku.
Ya…hanya itu. Selebihnya aku
tidak tahu, karena kata-kata itulah yang keluar dari mulutnya, yang membuatku
geram dan ingin melemparkan bogem mentah ke mulutnya. Namun sekali lagi……aku tak sanggup!
Selang beberapa hari, suara telpon bordering di
rumahku. Suara seorang perempuan, yang
mengaku pacar mantanku, dan sempat memakiku dalam telpon. Dia menuduhku wanita perebut pacar
orang. Padahal demi Allah aku mengenal
lelaki itu baik-baik, dan diapun mengaku dirinya masih single. Andai boleh memilih, justru akulah yang
harusnya memaki wanita itu. Namun buat
apa? Pertengkaran tak akan menyelesaikan
masalah.
Sedih…..memang. Namun
aku tak mau terus larut dalam kesedihan.
Aku merasa harga diriku tengah di uji.
Karenanya aku berusaha menghibur diri dengan aktif di berbagai
kegiatan. Dan memang benar adanya. Kejadian itu membuatku menjadi pribadi yang
tegar. Putus cinta bukan berarti lemah
dan merasa terpojok. Justru aku berusaha
menunjukkan kepada semua orang bahwa aku seorang wanita yang kuat.
Hampir setahun aku hidup menjomblo, hingga akhirnya aku
dikenalkan temanku seorang lelaki yang menurutku cocok buatku. Setelah perkenalan itu, kami pun sering jalan
bareng. Kali ini lelaki itu berasal dari
Surabaya dan bekerja disana juga. Jadi
menurutku sebuah jarak yang tidak terlalu jauh bila aku menjalin cinta
dengannya, karena kebetulan waktu itu aku masih tinggal di Malang.
Dan memang benar, suatu saat kamipun mengikrarkan hubungan
kami. Yah..seperti layaknya pasangan
yang baru jadian, hari-harikupun terasa indah.
Intensitas pertemuan kami jadi sering.
Namun rupanya, dia adalah lelaki penurut keluarga besarnya. Neneknya tidak merestui hubungan kami. Bahkan aku sempat dimakinya dalam telpon, aku
dituduh wanita pengganggu kerja cucunya.
Astaghfirullah…..lagi-lagi aku dituduh ‘wanita
pengganggu’. Bahkan aku sempat berpikir,
sedemikian jelekkah diriku. Hingga setiap hubungan yang kujalani selalu
berakhir dengan kekecewaan?
Sejak perbincanganku dengan sang nenek di telpon, lelaki itu
seolah bersembunyi dalam sebuah lubang yang teramat kecil. Ia nyaris tak bisa dihubungi, apalagi
ditemui. Pupuslah harapanku. Aku tak mau berharap banyak tentang hubungan
kami. Bahkan, di akhir cerita, aku mendapat
kabar bahwa lelaki itu telah menikah.
Miris mendengarnya.
Dua kali gagal, membuatku harus dua kali pula menata hati. Aku sadar, dunia ini hanyalah panggung
sandiwara. Aku hanyalah seorang pemain
dari sebuah lakon yang telah diciptakan sang sutradara. Justru disaat aku terjerembab dalam
kegagalan, saat itu pula harga diriku tengah dipertaruhkan.
Aku yakin Allah pasti menciptakan skenario yang indah
buatku. Aku tak mau bermain-main lagi
dengan hatiku. Dalam pasrahku aku selalu
berdoa, semoga Allah pertemukan aku dengan jodohku. Selalu doa itu yang kupanjatkan, sampai
akhirnya aku menerima jodoh dari langit.
Seorang lelaki yang kini menjadi suamiku adalah pilihan Allah. Terima kasih Ya Allah, kan kurawat hubungan
ini, karena untuk sampai ke titik ini aku harus berjuang mempertaruhkan harga
diriku dalam pergulatan cinta.........
Tulisan ini diikutsertakan dalam GA "Ketika Cinta Harus Pergi"
18 Komentar
Duh mbak ... alur cintanya sebegitu seru juga ya. Moga samara rumahtangganya ya mbak.
BalasHapuskenangan pahit mbak..hehehhe...makasih ya mbak....amin yra.
HapusHalo mbak Yuni, apa kabar?
BalasHapusMelewati masa lalu seperti itu, tapi sekarang merasakan keindahan rumah tangga.
Semoga sukses dengan GAnya
Alhamdulillah baik mbak......lama ya gak say hello hehehe.....
HapusYa memang seperti itulah liku-liku hidup, mksh ya mbak Niken
Ceritanya sangat memotivasiku mbak, aku jadi pengen dengar kisahnya pas ketemu suami yang skrg gmn ceritanya?? hehe...
BalasHapussebuah kenangan pahit yang pernah kualami mbak susan....ntar cerita selanjutnya menyusul hehehe
HapusJodoh memang Engga terduga ya mba...sudah 2x patah hati. Ternyata Allah memberikan yg lain Insya Allah terbaik. Terimaksih sudah ikutan GA KCHP. Tunggu pengumumannya ya mba.
BalasHapussetiap manusia yang dilahirkan memang punya skenario masing-masing, sedih dan senang tentunya sudah ditakdirkan Allah....terima kasih mbak Aida
HapusJodoh dari langit, adalah jodoh yang telah Allah berikan pada setiap umatnya. Ketika kita mencari pasangan hidup belum tentu dialah yang akan kita nikahi karna Allah sudah mengatur semuanya.
BalasHapusyap betul setuju banget....makasih sudah berkunjung, salam kenal
HapusBener2 pengalaman hidup yang sesuatu bangeeet deh :) siiip mb smoga sukses untuk GAnya
BalasHapushehehe......pengalaman pahit mbak yang kadang bikin hati ini nggrundel bila mengingatnya......makasih mbak Tanty
HapusHmm.. hayoo ini pengalaman atau curhat... hehehe... sukses yaaaa GAnya
BalasHapushehehe.....mbak Nunu, apa ya??? dicampur aja deh.....mksh mbak
HapusSelamat mbak...
BalasHapusceritanya bagus dan happy ending...mengharukan.. :D
heheeh....makasih ya mbak
Hapus:'(
BalasHapusHmmm. Perasaan oh perasaan.
Mungkin ini yang dinamakan proses pendewasaan.
Selamat ya, Mbak. Alhamdulillah Mbak menang. :')
Ceritanya. Huhuhuhu... >.<
ya, itulah kenyataan bukan mimpi, hehehe.....
Hapusmakasih mbak
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...