Ayah meninggal ketika aku masih duduk di bangku kelas 1
SMA. Sudah otomatis kehidupanku saat itu
resmi berubah. Apalagi sebagai anak
sulung dari dua bersaudara, aku seolah dituntut sebuah tanggung jawab bagi
kelangsungan hidup kami.
Ibu yang terus berjuang demi anak-anaknya, rasanya membuatku
bersemangat untuk membantu usaha ibu.
Semua usaha dijalaninya, meski itu harus berjualan kue, tukar tambah
sepeda atau bahkan membuka warung kelontong dan menjadi agen minyak tanah.
Sejak saat itu aku mulai membuka mata. Bahkan akupun menaruh harapan besar pada
sebuah kesuksesan tentang pendidikanku.
Walau aku berasal dari keluarga pas-pasan, namun aku tak ingin
pendidikanku berhenti di tengah jalan.
Aku mulai membuat tulisan dan mengirimkannya ke media. Alhamdulillah beberapa tulisanku di
muat. Aku merasa tujuanku saat itu
tercapai. Honor yang kudapat dari
pemuatan tulisanku cukup membuatku bangga, meski dilihat dari nominal jumlahnya
tak seberapa.
Pengalaman itu resmi membuatku ketagihan untuk kembali membuat
tulisan. Dan lagi-lagi tulisanku dimuat,
honorpun tak lama kemudian kuterima.
Namun, sebagai anak yang masih sekolah, kegiatanku amat padat, hingga
akhirnya aku tak mempunyai waktu untuk kembali menulis.
Begitu lulus SMA, atas seijin ibu aku melanjutkan kuliah
pada sebuah perguruan tinggi negeri di Malang.
Tujuan awalku untuk meraih gelar sarjana itu masih tetap terngiang dalam
telingaku. Bahkan aku tak ingin
menyia-nyiakan kesempatan itu.
Tanpa mengenal waktu, terus kuasah otakku agar aku bisa menguasai
setiap mata kuliah yang kuikuti. Alhasil
ketika Ujian Tengah Semester atau Ujian Akhir Semester, selalu kuikuti dengan
baik. Dan alangkah bahagianya aku ketika
IPK yang kudapat selalu diatas 3,5.
Ternyata pihak kampus memberi penghargaan atas hasil yang
kuraih setiap semester. Aku mendapat
beasiswa Supersemar selama 1 tahun.
Sujud syukur selalu kupanjatkan kepada-Nya atas berkah ini. Artinya aku bisa membantu ibu meringankan
biaya kuliahku.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba temanku datang menawariku
sebuah pekerjaan. Wow….sebuah mukjizat
doa, rupanya apa yang kumohonkan kepada Allah telah terkabul kini. Tawaran itu jelas membuatku senang. Artinya aku akan mendapat penghasilan
tambahan dari pekerjaan itu. Aku
mengajar komputer pada sebuah lembaga
pendidikan di Malang.
Resmi…hari-hariku kulewati dengan penuh kesibukan. Pagi sampai siang aku harus berada di kampus,
sementara sore harinya aku harus mengajar anak-anak STM Telkom di lembaga
pendidikan komputer. Namun semua itu sama sekali tak pernah menyurutkan
semangatku untuk terus belajar dan bekerja, demi sebuah asa.
Sayang…..lembaga pendidikan itu hanya setahun berdiri. Karena berbagai faktor akhirnya lembaga itu
bubar. Sedih, kecewa itu sempat mengalir
dalam nadiku. Namun aku tetap sadar, bahwa
hidup manusia itu bak roda yang berputar.
Kadang ia di atas, kadang juga ia harus terima berada di bawah. Karena itulah war na-warni kehidupan.
Sambil terus kupanjatkan doa kepada-Nya, aku berharap hal
yang baik akan kembali menghampiriku.
Menjelang semester akhir, rupanya aku mendapat teman mahasiswa tugas
belajar dari berbagai daerah. Berteman
dengan mereka ternyata mendatangkan keuntungan bagiku. Mereka bahkan sering memintaku untuk
mengerjakan tugas-tugasnya. Walau dengan
ikhlas aku membantunya, namun mereka tetap saja menyelipkan amplop sebagai
tanda terima kasih atas jerih payahku.
Bahkan suatu waktu, aku pernah diminta untuk menyelesaikan
skripsinya hingga selesai. Dari situ aku
mendapatkan bayaran yang lumayan cukuplah untuk membiayai kuliahku. Kadang aku juga dipanggil untuk mengikuti
seminar ujian skripsi teman-temanku tugas belajar. Bayaranpun juga kuterima dari situ. Alhamdulillah, rupanya Allah Maha Tahu atas
kesulitan hamba-Nya.
Ketika menunggu wisuda, seorang temanku datang lagi
kepadaku. Rupanya ia menawariku sebuah
pekerjaan di perusahaan swasta yang berada di Sidoarjo. Tanpa pikir panjang kuterimalah tawaran itu.
Ini adalah sebuah kesempatan yang menurutku harus segera kuraih.
Melalui sebuah tes, akhirnya aku diterima bekerja di
perusahaan itu. Aku resmi hijrah dari
Malang ke Sidoarjo. Meski lembaran
ijasah itu belum ada di genggamanku, namun berbekal surat keterangan dari
fakultas yang menerangkan bahwa IPK terakhirku adalah 3,68 sudah cukup menjadi
bukti kalau aku memang sudah lulus kuliah, dan gelar sarjana itu sebentar lagi
kugenggam.
Sejak saat itu, hari-hariku resmi kuabdikan untuk perusahaan
itu. Aku bekerja semaksimal mungkin agar
tidak mengewakan pimpinan. Alhasil anak
pimpinanku memberiku tawaran untuk mengerjakan skripsinya hingga selesai. Bahkan ketika dia dinyatakan lulus, aku juga
kebagian kebahagiaan. Honor dari
pekerjaan tambahanku dan sebuah pesta kecil diadakan anak pimpinanku demi
merayakan kelulusannya.
Di lain waktu, kinerjaku dalam perusahaan itu di nilai bagus
oleh pimpinan. Akhirnya setiap
perusahaan mendapat keuntungan dari penjualan produknya, akupun juga kebagian
keuntungan itu. Bahkan, di akhir tahun
bonus yang kuterima pun lumayan besar.
Aku bisa membantu membiayai kuliah adikku.
Itulah perjalanan hidupku.
Meninggalnya ayah bukan kumaknai sebagai kemunduran, namun aku merasa
lebih terpacu untuk bersemangat dan mengisi hidup menjadi lebih berarti. Justru setelah ayah meninggal, aku pun merasa
berubah. Aku lebih menjadi pribadi yang
bertanggung jawab.
Terlebih aku tidak ingin menyia-nyiakan sebuah
kesempatan. Karena kesempatan itu
datangnya hanya sekali. Dan aku tidak
ingin menyesal dikemudian hari. Yang
kuinginkan agar ayah disana tetap tersenyum melihat orang yang ditinggalkannya
terus berjuang demi hidupnya. Dan demi
hidup itulah aku jadi bersemangat.
Terima kasih Ya Allah atas karunia ini……………
8 Komentar
Subhanallah, pinter banget deh mbak Yuni. Selamat buat semua yang sudah diraih.
BalasHapusSukses ya buat GAnya.
hehehe mbak Niken, belum pantas kalau saya dibilang pinter, karena masih banyak orang yang lebih dari saya. Saya hanya ingin menggapai sebuah kesempatan saja.
HapusTrima kasih mbak Niken
Inspiratif, Mbak... Moga menang, ya... Ira
BalasHapushehehe makasih banyak mbak Ira......
HapusPostingan ini mengingatkan gua akan banyak hal yg harus gua syukuri dalam hidup. Hiks.
BalasHapusPostingannya udah gua catet untuk giveaway =)
hidup hanya sekali, dan bersyukur atas jalan hidup kita adalah sebuah upaya untuk memaknai hidup.
HapusMakasih
semoga menang :)
BalasHapusSaya terharu membaca tulisan ini. Sebuah perjalanan hidup yang benar benar menggugah hati dan membuka cakrawala hati dan pikiran kita semuanya. Saya pun sudah lama ditinggalkan oleh Kakek saya tercinta. Saya bisa memahami bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang kita sayangi. Salam hangat selalu dari kami sekeluarga di Pontianak
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...