Waktu memang begitu cepat berlalu. Tak terasa Ramadhan ini kembali datang di kehidupanku. Bagiku setiap Ramadhan selalu menorehkan cerita indah, sekaligus menjadi kenangan yang tak kan kulupakan.
Sembilan tahun pernikahanku kujalani di pulau seberang. Otomatis setiap Ramadhan tiba, aku tidak bisa berada dekat dengan keluarga besarku. Yah….itulah konsekuensi sebagai seorang istri yang siap mendampingi suami kemanapun bertugas.
Walau demikian bukan sedih atau
haru saat kujalani Ramadhan di pulau seberang.
Semangatku bahkan keceriaanku kian membara saat berada dekat dengan
orang-orang yang senasib denganku. Hingga
rasa sepi pun sejenak terusir, bahkan kerinduan akan kampung halaman pun
perlahan sirna.
Tapi entah mengapa Ramadhan kali
ini ingatanku kembali tertuju pada ibu.
Bagiku ibu adalah sosok wanita yang hebat dan bisa menjadi teladan bagi
siapa saja. Tak pernah sedikitpun kutemukan
rona kesedihan di wajahnya. Ibu selalu
ceria menjalani hidupnya. Gelak tawanya
yang khas kadang membuatku rindu ingin memeluknya.
Ibu memang seorang pekerja
keras. Sepeda mini itulah yang menjadi
saksi bisu perjuangan ibu, yang mengantarkan anak-anaknya ke gerbang
kesuksesan. Hehehe…..berbicara mengenai
sepeda mini , ada sebuah rahasia yang sampai saat ini masih kusimpan rapat
dalam jeruji hatiku.
Dulu kala aku masih kelas 6 SD,
sepeda itu pernah dipinjam temanku. Lalu
karena tidak memperhatikan ramainya jalan raya, temanku terserempet mobil, dan
sepeda itu patah jadi dua.
Untunglah ayah temanku mau
bertanggung jawab memperbaiki sepeda itu hingga tersambung kembali. Saat ibu mendapati sepeda mininya agak
bengkok, beliau mulai curiga. Lantas
kujelaskan kalau sepeda itu ditabrak mobil saat kuparkir di depan rumah
temanku. Coba kalau aku terus terang,
pasti ibu marah besar, karena beliau sudah wanti-wanti agar tidak meminjamkan
sepeda itu kepada sembarang orang.
Huff…..maafkan aku ibu. Bahkan aku sempat berpikir, sepeda yang sudah
mengalami kecelakaan pasti akan berakibat celaka bagi penunggangnya. Ternyata benar. Berulangkali ibu jatuh dari sepeda. Yang pertama ibu jatuh gara-gara menghindari
batu didepannya, dan yang kedua saat ibu membawa barang berat diranjang
sepedanya, beliau lepas kendali sampai akhirnya ibu kembali terjatuh.
Dan Ramadhan ini….rasanya ingin
sekali aku mempersembahkan sesuatu untuk ibu.
Bahkan aku sempat berandai-andai, jika ini adalah Ramadhan terakhirku
aku akan beribadah lebih khusyu’, lalu kujalani hari-hariku dengan berbagai
amalan untuk mempertebal imanku.
Aku tahu bulan Ramadhan adalah
bulan yang penuh ampunan. Aku akan
memohon ampun atas segala dosa-dosaku.
Aku juga tahu bulan Ramadhan tempat dikabulkannya setiap permohonan dan
hajat yang kita inginkan. Itulah
sebabnya sebelum habis waktuku, aku ingin memohon petunjuk kepada Allah
bagaimana caranya supaya aku bisa membelikan ibu sebuah sepeda listrik, yang
murni dari uangku sendiri, agar ibu tidak bersusah payah mengayuh sepeda mini.
Kini aku sudah mengumpulkan
berkaleng-kaleng uang koin dari hasilku mengajar privat dan honor
menulisku. Sudah lama ide itu
muncul. Bahkan setiap aku dapat uang
dari keringatku selalu kutukar uang itu dengan koin, dengan harapan agar tak
ada tangan jahil yang mengambilnya, termasuk diriku sendiri. Suamiku pun tertawa melihat ulahku. Tapi aku yakin ‘tak ada sesuatu yang tak
mungkin jika Allah sudah berkehendak’. Dan
di bulan ini aku ingin mewujudkan impian itu.
Semoga sepeda listrik itu bisa kubeli……amin.
2 Komentar
Semoga sukses denga GA-nya, Mbak Yuni. Ira
BalasHapussemoga bisa segera membelikan sepeda listrik untuk ibunya mbak, sukses dengan GA nya
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...