Day 2:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Rabbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrata a’yunin, waj’alna lil muttaqiina imaama.
Artinya: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al-Furqan: 74)
Setiap pasangan yang telah menikah pasti mengharap hadirnya
seorang anak ditengah-tengah kehidupan mereka. Apalah jadinya bila pernikahan
yang telah terjalin sekian tahun belum juga diramaikan oleh suara tangis bayi? Sedih
pastinya, karena anak adalah perekat hubungan suami istri. Dialah yang kelak
menjadi penerus sebuah keluarga.
Hampir dua tahun pernikahanku, tetapi anak yang kuimpikan
belum juga hadir. Rumah kami sepi, tak terdengar suara tangis bayi di pagi
hari. Bahkan hatiku pun terasa hampa, mataku menatap nanar setiap melihat
seorang ibu, yang dengan senyum lembutnya mendekap seorang bayi mungil dalam
gendongannya.
Bahkan, ragaku ingin menjerit, manakala tak bisa menjawab
sebuah pertanyaan yang selalu datang bertubi-tubi. Ya…ibu, mertua, kerabat,
teman, bahkan tetangga selalu menanyakan hal yang sama. Berulang kali! “Kapan
kamu mempunyai anak? Jangan ditunda-tunda!”
Lantas akupun berusaha mencari jalan keluarnya. Berulangkali
kudatangi dokter spesialis kandungan. Dari mereka kudapatkan informasi bahwa
aku dan suamiku baik-baik saja. Tapi entahlah mengapa, anak itu tak kunjung
hadir di kehidupan kami.
Lewat teman, kuikuti sarannya untuk datang ke seorang tukang
pijit, karena dia telah berhasil membuat para wanita yang beberapa tahun belum
mempunyai keturunan, akhirnya berhasil mendapatkan momongan. Namun tak juga
usaha itu membuahkan hasil.
Bahkan dari embak jamu gendong, aku dengan rutin
mengkonsumsi “pil bibit” seperti sarannya. Entah obat apa itu. Yang jelas kata
si embak, itu adalah obat tradisional yang mujarab untuk mendapatkan keturunan.
Tetapi…hasilnya tetap “nol”.
Perjalananku untuk mendapatkan momongan terasa panjang dan
berliku. Hingga sebuah keputusan akhir yang kuambil, berobat pada seorang
dokter spesialis kandungan yang termahal. Bahkan gaji suamiku harus ludes dan
terpaksa berhutang pada sebuah bank demi mendapatkan anak. Namun hasilnya tetap
saja.
Akhirnya….inilah puncak dari usahaku. Aku berihtiar kepada
Allah seraya memasrahkan diri kepadaNya dan memohon agar segera diberi
momongan. Tak henti-hentinya aku berdoa dengan sabar dan ikhlas, karena kuyakin
Allah selalu mengabulkan doa setiap hambaNya yang sungguh-sungguh berdoa.
Sepenggal ayat diatas adalah doa yang selalu kuwiridkan setiap selesai sholat,
baik itu sholat fardlu maupun sholat sunnah.
Subhanallah, ternyata inilah obat yang paling mujarab dari
segala obat yang ada di dunia ini. Doa yang tulus dan sungguh-sungguh pasti
dikabulkan Allah. Penantian panjangku berbuah manis. Anak yang sekian lama kunantikan
akhirnya hadir di tengah kehidupan kami. Alhamdulillah wasyukurilah, terima
kasih Yaa Rabb.
3 Komentar
Keajaiban doa ya mbak
BalasHapusAlhamdulillah Mbak...postingannya menginspirsiku...selain berusaha tentunya doa yang ikhlas... kebetulan aku juga blm pny momongan...
BalasHapusAlhamdulillah, akhirnya doanya terkabul. Semoga langkah ini juga membantu mereka yang belum juga dapat momongan!
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...