“Ma, ini slip gaji bulan ini. Coba besok kamu cek sudah
masuk ke ATM belum gajinya?”, ucap Papa sambil menyerahkan selembar kertas
kecil.
“Iya…iya besok aku cek, andai sudah masuk paling juga cepat
habis. Buat bayar inilah, itulah. Belum lagi harga kebutuhan yang semakin mahal.
Duh, pusing deh”, cerocosku tiap tanggal 1.
“Sudahlah Ma, gak usah terlalu dipikirkan. Yakinlah bahwa
selalu ada rejeki untuk umatNya yang pandai bersyukur. Makanya kita syukuri aja
setiap rejeki yang kita terima, berapapun besarnya”, tegas Papa.
“Tapi tetap aja pusing, coba kalau pas pertengahan bulan
gaji tiba-tiba habis, bagaimana coba?”, lanjutku.
“Makanya ATM itu Mama yang bawa,
Mama yang atur semuanya, Papa gak ikut campur. Papa percaya kok Mama seorang
Manager Keuangan yang hebat”, tegas Papa.
**********
“Ma, besok beliin sepatu ya,
sepatu Fawaz sudah jelek nih”, rengek Fawaz suatu hari karena melihat sepatu
baru milik temannya.
“Aduh Fawaz, Mama belum punya
uang, nanti ya kalau dapat arisan pasti Mama beliin”, jawabku.
“Ah Mama pelit, minta sepatu aja
gak boleh”, Fawaz sedikit marah.
*************
Rupanya Papa mendengar
pembicaraan kami di dapur. Buru-buru ia menghampiri kami.
“Kamu mau sepatu apa Fawaz?”, Tanya
Papa kemudian.
Mata Fawaz terbelalak mendengar
pertanyaan papanya.
“Emang Papa mau beliin Fawaz
sepatu? Bener Pa? Janji?”, cerocos Fawaz.
“Iya bener…….”
Sontak Fawaz pun berteriak
kegirangan dan segera berlari mencium pipi papanya.
“Hore aku mau dibeliin sepatu…..”
***********
Melihat keceriaan mereka berdua,
rasanya ada sedikit ganjalan dihatiku. Suamiku memang suka memanjakan anaknya. Meski
dengan berbagai alasan dia kemukakan, namun tetap saja bagiku itu adalah
sesuatu yang kurang bagus.
“Sudahlah Ma, apa sih salahnya
membahagiakan anak. Pahalanya besar lho bisa membuat anak senang.”
Itu salah satu alasan suamiku.
Dan tak begitu lama, diapun
menceritakan kalau tadi siang baru saja mendapat uang saku dari atasannya
sebagai bonus kerja lemburnya selama beberapa hari. Tak lupa dia juga menunjukkan
amplop lengkap dengan isinya. Namun prinsipku, diberi kepercayaan untuk
memegang ATM-nya saja adalah sebuah amanah yang harus kujalankan dengan baik,
dan itu lebih dari cukup.
Sementara bila diluar gaji
bulanan suamiku, ia masih menerima bonus dan sebagainya, aku tak berhak
memilikinya. Aku selalu memberi kesempatan kepada suamiku untuk memegang uang,
agar suatu saat bila dia membutuhkannya, tidak perlu repot-repot mencari
pinjaman.
Tetapi,
suamiku adalah imam yang baik bagi keluargaku. Itu menurutku. Ia banyak mengajarkan tentang arti kehidupan. Ia selalu menuntunku untuk taat beribadah. Bahkan, ia tak pernah
menyimpan rapat-rapat segala sesuatu yang didapatkannya. Meski aku yang
memegang ATM-nya, namun ia masih sering membagi uang bonus untuk menambah
belanja dapur atau sekedar membelikan sepatu anaknya. Intinya, ia seorang yang
sangat terbuka dalam berbagai hal.
*************
“Hari ini aku capek banget Pa,
cucian banyak, seterikaan menumpuk, rumah belum disapu lagi. Aku gak
sempat
masak”, keluhku suatu hari.
“Sudahlah, tenang Ma, gak usah
terlalu dipikir. Aku belum lapar”, jawab Papa dengan nada datar.
Lantas suamikupun bergegas ke
dapur mengerjakan apa yang bisa dikerjakan. Mulai dari mencuci, menyapu atau
memasak. Kadang, diapun pergi ke pasar seorang diri membeli sayur mentah atau
nasi bungkus. Ia resmi mengambil alih tugasku sementara waktu.
************
Mungkin bagi sebagian orang, apa
yang telah kami terapkan adalah hal yang aneh. Orang lain akan menganggap aku
seorang istri yang suka menuntut dan tak bisa menjalankan peran secara baik. Namun
sejak dulu kami sama-sama mempunyai prinsip “karena aku menghormatimu”.
Kami saling berbagi tugas dan
peran. Bila aku yang merasa capek, suamiku-lah yang menggantikan peranku. Begitu
sebaliknya. Aku sering menggantikan perannya manakala ia yang gantian membutuhkanku.
Pernikahan bagiku adalah Mitzaqan
Ghalizaa (Perjanjian yang Kuat), yaitu perjanjian di hadapan Allah Swt yang
tidak bisa dibuat main-main. Mungkin sebagian orang menganggap pernikahan kami
ibarat kisah Datuk Maringgih dan Siti Nurbaya. Kami bertemu dalam sebuah
perjodohan, dimana masing-masing dari kami belum mengenal satu sama lain.
sumber: soniazone.wordpress.com |
Namun, aku menganggap bahwa
lelaki yang kini menjadi suamiku adalah jodoh yang diberikan Allah untukku
setelah melalui ikhtiar yang panjang. Aku tak pernah menyesal atas semua ini. Bahkan
aku sangat bersyukur. Janjiku hanya satu, yaitu ingin membahagiakan Ibu, orang
tuaku yang tinggal satu ini. Tak mungkin aku mengingkari sebuah ikatan suci
yang telah terbina, demi baktiku pada Ibu.
Semenjak itu, kami berjanji ingin
membina sebuah keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Meski jalan yang kami
lalui tak selalu mulus, bahkan kamipun sempat jatuh bangun dan tertatih untuk
menaiki jalanan yang lurus, namun kami tetap bersemangat.
Saat ini, andai aku berani
berteriak, akupun akan mengatakan bahwa akulah orang yang paling beruntung di
dunia ini. Meski kami tak hidup glamour atau serba mewah, namun kami sangat
bahagia. Bahagia itu bila kami dapat berkumpul bersama dalam keadaan apapun.
Dan syukur itu selalu kupanjatkan
padaNya. Sekian tahun perjalanan pernikahan kami, janji untuk saling percaya
masih tetap kami pegang teguh. Walau kami masih berjuang mengupayakan hidup
yang lebih baik, setidaknya kami masih bisa memenuhi kebutuhan anak kami. Limpahan
rahmat itu senantiasa mengalir dalam perjalanan pernikahan kami. Suami yang
setia dan penuh pengertian, anak semata wayang yang cerdas dan penurut, bahkan
kebahagiaan yang melingkupi hari-hari kami adalah sebuah anugerah yang
terindah.
Dalam doa yang kupanjatkan
padaNya, aku selalu berharap semoga keluargaku senantiasa mendapatkan berkah. Hanya satu harapan kami, bisa mendampingi bahkan mengantarkan anak semata wayang kami menggapai asanya.
credit |
Kan
kujaga ikatan suci ini. Kan kurawat benih cinta yang telah bersemayam dalam
hati ini. Kan kupertahankan sebentuk kebahagiaan yang selama ini melingkupi
keluargaku. Dan…kan kubisikkan sebuah janji yang dulu pernah tersemat dihati,
bahwa…..karena aku menghormatinya!!!
"Tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian yang Kuat"
2 Komentar
Subhanallah.. baik banget suaminya, Bun. Makasih dah ikut GA saya ya :-)
BalasHapusselamat ya menang GAnya Mak LeylaHana, Mak.
BalasHapusSuaminya pengertian dan menghormati banget, Mak ^^
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...