Bismillahirohmanirrohim
Semoga tulisanku benar adanya, aku tak bermaksud memihak pada sebuah agama namun lebih tertuju pada keanekaragaman budaya di Indonesia.
Semenjak tinggal di Bali aku banyak menemui keunikan yang sekaligus mengundang tanya dalam benakku. Mulai dari canang, penjor dan banten.
Oh ya belum pada tahu yang namanya banten bukan? Banten adalah sejenis sesajen yang digunakan umat Hindu untuk sembahyang. Tiba-tiba ingatanku tertuju pada kebiasaan sesepuh Jawa yang suka menyediakan sajen di malam Jumat. Masih jelas kuingat kala kecil dulu almarhumah nenek yang menyiapkan secangkir kopi lengkap dengan sebuah pisang dan kue apem di dalam lepekan, tujuannya untuk menyediakan sajen bagi leluhur yang datang di malam Jumat.
Sepertinya tidak masuk akal namun hal itu telah menjadi tradisi Jawa Kuno yang sudah mendarah daging dan sulit dihilangkan.
Berbeda dengan banten. Menurut tetanggaku yang asli Bali, banten digunakan untuk sesajen saat sembahyang. Memang umat Hindu amat kental dengan ibadahnya. Dalam sehari mereka 3 kali sembahyang. Selain itu masih ada hari-hari tertentu yang wajib disembahyangi seperti Purnama. Dan di luar itu banyak hari raya keagamaan yang harus mereka laksanakan seperti Saraswati, Pagerwesi, Tumpek Landep, dan masih banyak lagi.
Setiap ibadah umat Hindu selalu menyediakan banten untuk sesajen. Banten sendiri berisi aneka rupa buah-buahan seperti pisang, jeruk, manggis, apel, pir ditambah kue bolu. Biasanya banten diletakkan dalam sebuah wadah.
Keunikan dari banten ini hanya dipakai sekali sembahyang dan tidak boleh dipakai untuk sembahyang berikutnya. Sehingga saat sembahyang berikutnya banten yang digunakan benar-benar baru.
Lalu dikemanakan banten-banten yang sudah selesai digunakan sembahyang? Biasanya kalau tidak dimakan sendiri ya dibagikan ke tetangga. Aku sering sekali dianterin buah-buahan bekas banten. Dan aku tak pernah menghubungkan hal itu dengan sesuatu yang mistik. Kuanggap pemberian tetanggaku adalah rejeki dari Allah.
Makanya di Bali harga buah-buahan sangat mahal, apalagi pisang yang dihitung perbiji, karena buah-buah itu selalu laku untuk dibuat banten.
Tertarik ingin menjadi pedagang buah? Ke Bali yuk...
Semoga tulisanku benar adanya, aku tak bermaksud memihak pada sebuah agama namun lebih tertuju pada keanekaragaman budaya di Indonesia.
Semenjak tinggal di Bali aku banyak menemui keunikan yang sekaligus mengundang tanya dalam benakku. Mulai dari canang, penjor dan banten.
Oh ya belum pada tahu yang namanya banten bukan? Banten adalah sejenis sesajen yang digunakan umat Hindu untuk sembahyang. Tiba-tiba ingatanku tertuju pada kebiasaan sesepuh Jawa yang suka menyediakan sajen di malam Jumat. Masih jelas kuingat kala kecil dulu almarhumah nenek yang menyiapkan secangkir kopi lengkap dengan sebuah pisang dan kue apem di dalam lepekan, tujuannya untuk menyediakan sajen bagi leluhur yang datang di malam Jumat.
Sepertinya tidak masuk akal namun hal itu telah menjadi tradisi Jawa Kuno yang sudah mendarah daging dan sulit dihilangkan.
Berbeda dengan banten. Menurut tetanggaku yang asli Bali, banten digunakan untuk sesajen saat sembahyang. Memang umat Hindu amat kental dengan ibadahnya. Dalam sehari mereka 3 kali sembahyang. Selain itu masih ada hari-hari tertentu yang wajib disembahyangi seperti Purnama. Dan di luar itu banyak hari raya keagamaan yang harus mereka laksanakan seperti Saraswati, Pagerwesi, Tumpek Landep, dan masih banyak lagi.
Setiap ibadah umat Hindu selalu menyediakan banten untuk sesajen. Banten sendiri berisi aneka rupa buah-buahan seperti pisang, jeruk, manggis, apel, pir ditambah kue bolu. Biasanya banten diletakkan dalam sebuah wadah.
Keunikan dari banten ini hanya dipakai sekali sembahyang dan tidak boleh dipakai untuk sembahyang berikutnya. Sehingga saat sembahyang berikutnya banten yang digunakan benar-benar baru.
Lalu dikemanakan banten-banten yang sudah selesai digunakan sembahyang? Biasanya kalau tidak dimakan sendiri ya dibagikan ke tetangga. Aku sering sekali dianterin buah-buahan bekas banten. Dan aku tak pernah menghubungkan hal itu dengan sesuatu yang mistik. Kuanggap pemberian tetanggaku adalah rejeki dari Allah.
Makanya di Bali harga buah-buahan sangat mahal, apalagi pisang yang dihitung perbiji, karena buah-buah itu selalu laku untuk dibuat banten.
Tertarik ingin menjadi pedagang buah? Ke Bali yuk...
buah-buahan dari tetangga |
isi banten |
3 Komentar
banten, kirain nama propinsi dimana saya tinggal hehe
BalasHapusiya kirain nama propinsinya Bu Atut hehe
BalasHapustadi aku pikir Banten nama tempat
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...