"Ih...emang siapa sih yang bilang elo Kartini? Hihik Ge-Er kali....."
Tapi ngarep disebut "Kartini" gakpapa kan?
Yah terlepas dari predikat "Kartini", secara tidak langsung perempuan saat ini layak disebut "Kartini". Menurutku bukan hanya mereka yang berjuang demi orang lain, yang mampu mengubah dunia menjadi indah bahkan sanggup membuka semua mata saja yang pantas mendapat gelar "Kartini". Senyatanya ibu rumah tangga yang setiap hari berkutat dengan bau asap dapur juga layak menyandang predikat "Kartini".
Disadari maupun tidak, dibalik para pemimpin hebat yang kini tengah berjuang mengharumkan bangsa ada campur tangan perempuan yang kesehariannya tidak jauh dari aroma asap kompor dan bumbu dapur. Tanpa perjuangan seorang ibu yang selalu menyediakan makanan bergizi, yang mengajarkan berbagai pengalaman hidup, tentunya tak akan lahir pemimpin bangsa yang tangguh.
Seperti diriku yang hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga. Walau aku tak ingin disebut "Kartini" dan memang senyatanya aku juga tak ingin pamer tentang embel-embel "Kartini". Namun sebagai istri dan ibu dari satu anak aku selalu mengupayakan kesuksesan anakku. Ketika ngeblog sudah jadi hobi pengisi waktu senggangku, hari-hariku kupenuhi dengan duduk manis di depan laptop, sementara pikiran dan jemariku berkutat dengan segala rasa yang ingin kutuliskan.
Namun disaat anakku sedang menghadapi ujian, aku bisa berhenti ngeblog dalam waktu yang lama. Aku tahu pendidikan adalah hal utama untuk anakku. Saat ujian sekolah sama halnya dengan ujian yang kuhadapi. Artinya saat ini aku harus ekstra mendampingi anakku belajar, melatihnya dengan soal-soal hingga mendapat nilai bagus. Mungkin aku terlalu berlebihan, yang menuntut anak mendapatkan hasil maksimal. Namun bukan pemaksaan yang kumaksud.
Aku melihat adanya potensi dalam diri anakku. Aku tahu dia mampu. Namun namanya anak, semua orang yang kini menjadi orang tahu pasti menyadari. Tak ada anak yang berhasil tanpa pendampingan orang tua, meski masih ada beberapa anak yang sukses tanpa perhatian orang tua. Dan saat ujian itulah aku selalu mengupayakan semaksimal mungkin agar anakku sukses.
Aku memang tak mudah mempercayakan pemahaman pelajaran anakku kepada guru les. Guru les hanya perantara, dan dia tak bisa sepenuhnya memperhatikan satu murid. Wajar bila ada seorang anak yang tak mengalami perubahan meski sudah les privat di luar sekolah. Yah...semua itu tergantung orang tua. Dan aku tak ingin melewatkan momen dimana anakku meraih kesuseksan lewat tanganku sendiri.
Demi anakku aku rela mengadakan les privat gratis, agar belajar anakku lebih giat lagi karena saat kuberikan soal-soal latihan ada teman-teman yang menjadi saingannya. Dan demi anakku pula aku rela berhenti ngeblog, dan kegiatanku kualihkan untuk mengetik soal-soal latihan yang nantinya kubagikan untuk belajar anakku dan teman-temannya.
Mungkin hasilnya tak terlihat "wow". Namun aku puas. Dengan usahaku anakku dapat sukses dalam belajarnya. Setiap kenaikan kelas selalu peringkat 5 besar yang diraihnya. Aku jadi bisa menepis anggapan bahwa anak yang sekolah berpindah-pindah pastinya akan ketinggalan pelajaran dan susah mengikuti pelajaran di daerah setempat. Untuk yang satu ini aku katakan "tidak". Kesuksesan anak sangat ditentukan oleh peran aktif orang tua.
Jadi masihkah aku dianggap sebagai "Kartini"?
Tapi ngarep disebut "Kartini" gakpapa kan?
Yah terlepas dari predikat "Kartini", secara tidak langsung perempuan saat ini layak disebut "Kartini". Menurutku bukan hanya mereka yang berjuang demi orang lain, yang mampu mengubah dunia menjadi indah bahkan sanggup membuka semua mata saja yang pantas mendapat gelar "Kartini". Senyatanya ibu rumah tangga yang setiap hari berkutat dengan bau asap dapur juga layak menyandang predikat "Kartini".
Disadari maupun tidak, dibalik para pemimpin hebat yang kini tengah berjuang mengharumkan bangsa ada campur tangan perempuan yang kesehariannya tidak jauh dari aroma asap kompor dan bumbu dapur. Tanpa perjuangan seorang ibu yang selalu menyediakan makanan bergizi, yang mengajarkan berbagai pengalaman hidup, tentunya tak akan lahir pemimpin bangsa yang tangguh.
Seperti diriku yang hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga. Walau aku tak ingin disebut "Kartini" dan memang senyatanya aku juga tak ingin pamer tentang embel-embel "Kartini". Namun sebagai istri dan ibu dari satu anak aku selalu mengupayakan kesuksesan anakku. Ketika ngeblog sudah jadi hobi pengisi waktu senggangku, hari-hariku kupenuhi dengan duduk manis di depan laptop, sementara pikiran dan jemariku berkutat dengan segala rasa yang ingin kutuliskan.
Namun disaat anakku sedang menghadapi ujian, aku bisa berhenti ngeblog dalam waktu yang lama. Aku tahu pendidikan adalah hal utama untuk anakku. Saat ujian sekolah sama halnya dengan ujian yang kuhadapi. Artinya saat ini aku harus ekstra mendampingi anakku belajar, melatihnya dengan soal-soal hingga mendapat nilai bagus. Mungkin aku terlalu berlebihan, yang menuntut anak mendapatkan hasil maksimal. Namun bukan pemaksaan yang kumaksud.
Aku melihat adanya potensi dalam diri anakku. Aku tahu dia mampu. Namun namanya anak, semua orang yang kini menjadi orang tahu pasti menyadari. Tak ada anak yang berhasil tanpa pendampingan orang tua, meski masih ada beberapa anak yang sukses tanpa perhatian orang tua. Dan saat ujian itulah aku selalu mengupayakan semaksimal mungkin agar anakku sukses.
Aku memang tak mudah mempercayakan pemahaman pelajaran anakku kepada guru les. Guru les hanya perantara, dan dia tak bisa sepenuhnya memperhatikan satu murid. Wajar bila ada seorang anak yang tak mengalami perubahan meski sudah les privat di luar sekolah. Yah...semua itu tergantung orang tua. Dan aku tak ingin melewatkan momen dimana anakku meraih kesuseksan lewat tanganku sendiri.
Demi anakku aku rela mengadakan les privat gratis, agar belajar anakku lebih giat lagi karena saat kuberikan soal-soal latihan ada teman-teman yang menjadi saingannya. Dan demi anakku pula aku rela berhenti ngeblog, dan kegiatanku kualihkan untuk mengetik soal-soal latihan yang nantinya kubagikan untuk belajar anakku dan teman-temannya.
Mungkin hasilnya tak terlihat "wow". Namun aku puas. Dengan usahaku anakku dapat sukses dalam belajarnya. Setiap kenaikan kelas selalu peringkat 5 besar yang diraihnya. Aku jadi bisa menepis anggapan bahwa anak yang sekolah berpindah-pindah pastinya akan ketinggalan pelajaran dan susah mengikuti pelajaran di daerah setempat. Untuk yang satu ini aku katakan "tidak". Kesuksesan anak sangat ditentukan oleh peran aktif orang tua.
Jadi masihkah aku dianggap sebagai "Kartini"?
6 Komentar
iya mba, peran orangtua adalah yg nomor 1
BalasHapussetuju..kesuksesan anak berkat orangtuanya.
BalasHapusAda kepuasan tersendiri kalau belajar bersama anak ya, Mba. Ibu paling tau kebutuhan anak2nya. Dan, setiap Ibu pasti adalah kartini, bagi anak2nya. :)
BalasHapuskartini dimata keluarga ya mbak
BalasHapusada begitu banyak kartini-kartini masa kini, dan seorang ibu yg baik adalah salah satu diantaranya :)
BalasHapussetuju, Mbak. Orang tua memang berperan
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...