Wanita seolah
tak lepas dari problematika kehidupan. Apa yang mereka kerjakan kadang
menimbulkan sebuah dilema. Namun demikian wanita harus tetap maju, sanggup
menjadi mawar yang mengharumkan dirinya, keluarganya dan kehidupan yang
melingkupinya.
Berbicara
tentang wanita tentunya tak lepas dari perjuangan R.A Kartini yang sangat
menginspirasi, sehingga bertebaran kartini-kartini masa kini yang siap
menjadikan dunia penuh warna. Semangat kartini tumbuh di dada para wanita yang
ingin bangkit dari keterpurukan. Bukan hanya mereka yang berstatus sebagai
pegawai atau pekerja sosial, ibu rumah tanggapun yang selalu berjuang di tengah
rutinitas mengasuh anak dan asap dapur berhak menyandang predikat Kartini.
sumber gambar disini |
Ini adalah
sebuah tantangan bagi saya saat mengikuti “Giveaway Ada Kartini Didadamu” yang
diselenggarakan oleh Pakdhe Cholik. Memilih blogger wanita yang mengobarkan
semangat Kartini dalam tulisannya bukan pekerjaan yang mudah, karena mayoritas
blogger wanita mengusung semangat Kartini meski berbeda cara menyajikannya.
Mengingat
status saya yang notabene hanya seorang ibu rumah tangga, akhirnya pilihan saya
jatuh pada sebuah blog yang bertajuk “Menghidupkan Kehidupan”. Menjadi ibu
rumah tangga kadang menjadi sebuah keputusan yang dilematis. Saya beberapa kali
harus berjuang mengalahkan ego, dimana hasrat untuk kembali memakai seragam
kerja itu seolah mengusik ketenangan saya. Sementara ada tanggung jawab lain
yang tidak boleh saya tinggalkan, sebagai istri dan ibu.
Sebagai istri
dari seorang anggota TNI, tentunya saya harus mendampingi tugasnya Semakin
tinggi pangkat dan jabatan suami, sudah pasti tugas dan tanggung jawab saya
semakin besar. Saya harus mengikuti kemanapun suami saya berdinas. Bahkan saya
harus rela meninggalkan karier demi suami dan bertanggung jawab terhadap
ibu-ibu anggota.
Persit is the best |
Diluar itu, anak
adalah tanggung jawab saya terbesar, karena saya harus bisa mendidik dan
membimbingnya menjadi anak yang sukses. Dan bahagia itu ketika kami bisa
berkumpul bersama, merajut hari-hari dalam sebuah keluarga.
Terus terang
membaca blog “Menghidupkan Kehidupan”, semangat saya kembali bangkit. Meski
sebagian besar tulisan yang ada didalamnya adalah tulisan-tulisan yang
diikutsertakan dalam lomba atau giveaway, namun gaya bahasanya sangat
menyentuh. Sayapun kagum pada pemiliknya.
Dalam sebuah
tulisannya yang berjudul “Jangan Berhenti Berkarya!”, benar-benar membuat saya jatuh hati
pada sosok ibu muda dengan tiga balita ini. Meski kesibukannya mengasuh ketiga
buah hatinya seakan menyita hari-harinya, namun semangat menulisnya masih tetap
berkobar.
Kalimat demi kalimat
yang ditulisnya seolah menohok saya, membuat saya harus lebih giat lagi
berjuang sepertinya. Bayangkan ia dengan tiga krucilnya, sudah bisa
menghasilkan puluhan buku antologi, cerpen, novel, buku solo dan buku nonfiksi. Bahkan ia juga
mengelola berbagai komunitas kepenulisan.
Tak jarang berbagai hadiah sering
didapatkannya dari lomba menulis dan event-event lainnya. Namanya pun sering
nongol di berbagai tabloid karena kepiawaiannya menulis. Sebuah prestasi yang
sangat membanggakan dari seorang ibu rumah tangga. Sementara saya? Apa yang
sudah saya hasilkan?
“Saya telah memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya, ketika karir kepenulisan sedang berada di puncak. Belasan novel telah diterbitkan, bahkan Direktur Penerbitan tempat saya bekerja sebagai Editor, menyayangkan keputusan untuk resign. Selanjutnya, saya memilih untuk menjadi penulis lepas yang bekerja dari rumah, sehingga bisa tetap mengasuh anak-anak. Keputusan itu ternyata membuat saya berhenti menulis selama tiga tahun.”
“Hampir dua tahun yang lalu ketika memandang dua garis merah ditest pack yang saya pegang, saya merasa bahwa karir kepenulisan akan berakhir. Saya masih punya dua balita berusia 4 dan 3 tahun, dan akan ditambah dengan 1 bayi? Sanggupkah saya menulis sambil mengasuh semuanya dengan tangan sendiri?”
Soal status nampaknya memang kembali pada pribadi
masing-masing. Ada yang nyaman dengan bekerja di luar rumah, ada juga yang
memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Meski status ibu rumah tangga dianggap
sebuah dilema, namun jangan buru-buru meremehkannya.
Kemajuan teknologi dan
semangat Kartini telah mengubah sebagian ibu rumah tangga menjadi wanita yang
tangguh. Mereka berhasil mengoptimalkan kemampuannya walau dari rumah, sembari
mengasuh anak dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
Saya belajar banyak dari seorang Leyla Imtichanah yang lebih
akrab disapa Leyla Hana. Meski belum mengenalnya secara langsung, dan hanya
melihat foto-fotonya melalui media jejaring sosial serta blog pribadinya, namun
ia berhasil mematahkan anggapan tentang profesi ibu rumah tangga.
sumber gambar disini |
Ibu rumah tangga bukan hanya berkutat dengan pekerjaan dapur
dan mengurus anak. Sesibuk-sibuknya pekerjaan menjadi ibu rumah tangga, ada
waktu luang yang dapat digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang menghasilkan
walau berasal dari rumah.
Ya, menulis adalah salah satu pekerjaan yang tengah digeluti
oleh Leyla Hana yang kini menjadi bagian hidupnya. Ia telah membuktikan kesuksesannya
dalam bidang menulis. Berbagai karyanya kini bersanding dengan karya penulis
lainnya di rak toko buku. Bahkan namanya kini bukan lagi dikenal sebagai
seorang ibu rumah tangga melainkan sebagai seorang penulis terkenal.
Namun, masih banyak ibu rumah tangga yang meragukan profesi
penulis. Ini yang kadang membuat penulis dipandang sebelah mata. Mereka kadang
lupa, di balik kesuksesan ada kegagalan yang menjadi penyemangatnya. Penulis
hebat, yang menghasilkan puluhan karya, awalnya juga berangkat dari kegagalan.
Rasanya mustahil bila seorang penulis hebat tidak pernah mengalami kegagalan.
Ibarat bumi yang selalu berputar pada porosnya menyebabkan
terjadinya siang dan malam, demikianlah nasib penulis. Kadang ia sukses dengan
karyanya, suatu saat ia pun kembali mengalami kegagalan. Demikian kejadian itu
akan terjadi secara berulang-ulang. Namun bagi seorang penulis, tentunya hal
itu bukanlah sebuah alasan untuk menyudahi profesinya. Berlatih menulis adalah
kuncinya. Sebagaimana yang diungkapkan Leyla dalam kalimatnya :
“Semua kegagalan yang menimpa saya itu, apakah menunjukkan bahwa saya harus berhenti? Berhenti memperjuangkan cita-cita saya menjadi penulis yang konsisten? “
“Saya tak tahu akan menjadi apa saya ke depannya, tetapi saya tahu bahwa menulis sudah menjadi bagian hidup saya dan saya harus tetap menulis meskipun belum mendapatkan apresiasi yang maksimal serta membagi waktu dengan kesibukan mengurus rumah tangga dan anak-anak.”
Ya, semangat Kartini itu membara di dada seorang Leyla Hana yang didorong
oleh quote-quote dari Merry Riana, seorang penulis buku “Mimpi Sejuta Dollar”.
Dan sudah seharusnyalah seorang ibu rumah tangga masa kini sanggup menunjukkan
jati dirinya, seperti kata pepatah “Menulislah, kelak kau akan mengetahui siapa
dirimu”.
R.A Kartini kini telah tiada, namun namanya tetap harum untuk dikenang,
bahkan perjuangannya kini telah menginspirasi semua wanita untuk tampil
kedepan, menunjukkan kemampuannya. Karena saat ini bukan lagi jamannya wanita
hidup terbelenggu, apalagi hidup dibawah tekanan. Kesetaraan gender telah diperjuangkan.
Tidak ada yang merendahkan martabat wanita. Kedudukan wanita telah sejajar
dengan kaum laki-laki.
Jadi jangan pernah berhenti berjuang atau hanya diam berpangku tangan, mari kita mulai
dengan perubahan meski berasal dari rumah, seperti quote di bawah ini :
Jika dulu saya berhenti, maka saya tak akan menjadi Merry Riana
yang sekarang
(Merry Riana, Penulis Buku “Mimpi Sejuta Dollar”).
13 Komentar
leyla hana teman kerja, pernah sekost bareng. Saya gabisa bayangkan deh punya 3 balita tp tetap punya puluhan karya. Salut..kartini masa kini...:)
BalasHapussalut bwt mbak Leyla Hana, sangat menginspirasi
HapusMakasih, Mak Yuni, terharu sekali saya. Mari terus menulis dan menginspirasi :-)
BalasHapusmaaf ya mak blognya kuubeg-ubeg dengan paksa hehehe...tapi sumpah aku terinspirasi!!!
HapusTerima kasih atas partisipasi sahabat dalam Giveaway Ada Kartini di Dadamu di BlogCamp.
BalasHapusSegera didaftar
Salam hangat dari Surabaya
alhamdulillah masih terdaftar....terima kasih Pakdhe
HapusSemoga suskse GA-nya, Mbak Yuni.
BalasHapusterima kasih mas
Hapusgood luck ya mbak :D
BalasHapusterima kasih mas
Hapusgood luuuck maaaal...mak Leyla Hana memang kartini sejatiii..
BalasHapusterima kasih maaak Indah
HapusHebat mak Leyla ya, Aku baru punya satu bukunya nih L( Good luck ya mbak Yuni
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...