Cinta membuat segalanya terasa indah. Cinta juga membuat
seseorang belajar tentang arti kehidupan. Bahkan dengan cinta, semua beban
hidup seolah sirna dan berganti dengan keikhlasan. Cinta manusia memang penuh
jeda. Ada kalanya rasa itu hilang karena suatu sebab. Pertengkaran,
ketidakcocokan dan sebagainya, membuat rasa cinta itu sempat memudar. Hanya cinta
Allah-lah yang abadi, yang tak mungkin terhapus oleh apapun.
Meski demikian, cinta ibu membuatku mampu bertahan dalam
situasi apapun. Ibu adalah sosok yang menginspirasiku. Beliau banyak memberiku
teladan tentang kehidupan yang sesungguhnya. Memang setiap ibu selalu
memberikan cinta yang tulus kepada keluarganya. Namun bagiku cinta ibu sungguh
luar biasa. Beliau sanggup menyemai cinta di kehidupannya.
Ibu hanyalah orang desa yang berjuang demi cinta. Cinta ibu
pada kehidupannya, cinta ibu pada orang tua dan saudara-saudaranya, cinta ibu
pada keluarga kecilnya atau cinta ibu pada orang-orang disekitarnya, membuat
beliau selalu bekerja keras merajut mimpi-mimpinya.
Dulu, ketika gadis, ibu berjuang demi cintanya pada orang
tua dan saudaranya. Beliau rela bekerja demi menghidupi ibu dan keempat
saudaranya, sepeninggal ayahnya. Tanpa kenal
lelah, beliau tak putus-putusnya berharap kehidupannya menjadi lebih baik. Dan memang
benar adanya, berkat kerja keras ibu, keempat saudaranya mendapatkan kehidupan
yang lebih baik.
Ternyata…perjuangan hidup itu tak hanya sampai disitu. Ibarat
sebuah rumah bertingkat, ibu akhirnya berada pada tingkat kedua, dimana beliau
menghadapi babak baru dalam perjuangannya. Lelaki yang pernah membantu keluarga
ibu, akhirnya meminta ibu untuk menjadi pendamping hidupnya setelah istrinya
meninggal. Berat sebenarnya memutuskan hal itu. Namun seolah tak ada pilihan
lain, akhirnya ibu menerima tawaran lelaki itu demi balas budi yang belum
sempat beliau berikan.
Dari pernikahan ibu dengan lelaki itu lahirlah dua anak
perempuan, yaitu aku dan adikku. Lelaki itu tak lain adalah ayahku. Aku bahagia
kala itu karena ayah dan ibu memberikan cinta yang tulus kepada anak-anaknya.
Sayang, ayah pergi terlalu cepat. Beliau meninggal karena penyakit komplikasi
yang dideritanya. Semenjak itu, ibu bersumpah tak akan mengejar cinta lelaki
lain. Cintanya bahkan hanya terpatri pada satu lelaki yaitu ayah.
Demi cinta ibu pada ayah, beliau kembali berjuang demi
anak-anaknya. Yah….ibu sempat jatuh bangun, bahkan demi pendidikan
anak-anaknya, ibu sampai mengontrakkan beberapa ruangan di rumah kami. Beberapa
kamar kosong juga dikoskan untuk anak-anak sekolah. Beliau juga membuka warung
kecil dan berjualan keliling.
Bukan hanya itu. Warisan peninggalan almarhumah nenekpun
juga ikut terjual demi pendidikan anak-anaknya. Bagi ibu, pendidikan anak
adalah prioritas hidupnya. Meski dulu aku hampir mengalami DO (dropout) saat
kuliah karena tak ada biaya, namun tak ada putus asa dalam sejarah perjuangan
hidup ibu. Beliau mencoba mencari celah dengan berbisnis minyak tanah dan jual
beli sepeda. Alhamdulillah, berkat usaha itu, aku tak jadi DO dari bangku
kuliah.
Hmm….mengingat masa itu, dan mengingat gaung cinta yang
menggema dalam diri ibu, aku jadi terpacu kala itu. Ketidakcukupan biaya kuliah
membuatku bangkit mencari kesempatan yang ada. Ketika kuliah aku masih bisa
mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari usahaku mengerjakan makalah, artikel dan
skripsi teman-temanku. Disamping itu, berkat prestasi akademikku, aku masih
bisa merasakan beasiswa Supersemar selama setahun. Bahkan setelahnya, aku
diterima menjadi instruktur pada sebuah lembaga pendidikan komputer.
Ya….ibu memang sosok yang penuh cinta. Demi cintanya padaku,
ibu bahkan mencarikan jodoh untukku. Jodoh itu kini telah sepuluh tahun
menemaniku berjuang meraih hidup yang penuh makna. Aku bersyukur, karena lelaki yang sebelumnya
tak pernah kukenal ternyata memberiku banyak hal, terutama tentang arti
mencintai yang sesungguhnya. Bersamanya, aku jadi tahu bahwa hidup itu harus
diperjuangkan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Cinta ibu pula yang membuatku ingin terus berjuang demi
keluarga kecilku. Aku tak menyesal dengan keputusanku menjadi ibu rumah tangga,
karena aku ingin memberikan yang terbaik untuk suami dan anakku, yang selama
ini telah memberikan cinta yang tulus padaku. Bagiku, bahagia itu manakala aku
melihat senyum merekah diantara mereka. Senyatanya bukan kemewahan yang kami
cari, namun tinggal serumah dan hidup seadanya yang dilingkupi rasa cinta,
itulah dambaan kami.
Sayang….cinta ibu kepada orang sekelilingnya membuat beliau
harus kembali berjuang. Demi rasa belas kasihan kepada temannya, ibu bahkan
rela menggadaikan skep jandanya. Mungkin orang beranggapan ibulah yang salah. Namun
rasa belas kasihan atas musibah yang menimpa temannya, membuat ibu lebih
memandang masalah secara manusiawi. Kini, teman ibu yang berjanji akan mencicil
hutang ibu ternyata terlilit hutang ditempat lain. Ibulah yang akhirnya merelakan
gaji bulanannya dipotong demi temannya. Dan beliau tak tahu apakah nanti
uangnya akan kembali atau lenyap tak berbekas. Ibu hanya bisa pasrah sembari
berusaha mencari kesibukan lain.
Yah….ibu adalah sosok tangguh yang berjuang atas nama cinta.
Berkat ibulah aku jadi berusaha mengupayakan hidupku. Bahwa sesungguhnya
menjadi ibu adalah tugas yang teramat berat sepanjang hidupku. Meski demikian,
dengan segala keterbatasanku, aku akan terus berjuang demi cintaku pada
keluarga kecilku, seperti cinta ibu yang berjalan mengikuti ritme kehidupan. Dan
aku akan membuktikan bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan sebuah kesalahan.
Dengan menjadi ibu rumah tangga, aku jadi tahu banyak hal
tentang tumbuh kembang anakku. Aku juga punya banyak kesempatan untuk melayani
suamiku. Satu hal lagi, menjadi ibu rumah tangga bukan hanya diam di rumah atau
menyelesaikan pekerjaan dapurnya. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan di rumah
dan menghasilkan, yaitu dengan menulis dan melek internet demi menambah
wawasan. Semuanya tentu berasal dari cinta, cintalah yang membuat ibu rumah
tangga sepertiku mencintai profesiku.
1 Komentar
Setuju banget dengan kalimat, "ibu rumah tangga bukan hanya diam di rumah atau menyelesaikan pekerjaan dapurnya. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan di rumah dan menghasilkan, yaitu dengan menulis dan melek internet demi menambah wawasan."
BalasHapusBener banget Mbak. Menjadi ibu rumah tangga di rumah itu tantangannya sangat besar. Yaitu mendidik dan membesarkan anak yang merupakan amanahNya. Apalagi di zaman sekarang tantangan semakin besar. Tanpa didikan dan cinta ibu, seorang anak tak mungkin bisa menjadi manusia baik seperti harapan.
Sukses lombanya, Mbak. ^^
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...