Dulu saya pernah berjanji ingin membahagiakan ibu selepas kuliah. Namun janji saya hanya sesaat. Setelah menikah dan mengikuti suami yang bekerja sebagai anggota TNI, saya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Sebuah keputusan yang sangat dilematis! Di satu sisi saya merasa berhutang budi kepada ibu. Di sisi lain, ada tanggung jawab yang lebih besar setelah menikah, yaitu suami dan anak.
Ada rasa takut yang berkecamuk dalam benak saya. Andai saya bekerja, saya akan kehilangan moment indah berkumpul dengan keluarga kecil saya. Atau mungkin saya tak bisa mendampingi sang buah hati dalam belajar dan berinteraksi dengan dunia luar. Terus terang saya tidak tega membiarkan anak mengenal dunia luar lebih jauh tanpa sebuah pendampingan, karena banyak hal negatif yang mungkin akan mempengaruhi perkembangannya bila ia dibiarkan begitu saja.
Namun tiba-tiba saya membayangkan, bagaimana masa tua saya nanti? Menjadi seorang ibu rumah tangga tentunya hanya menerima penghasilan dari suami. Sementara saya sendiri tak berpenghasilan, otomatis saya harus pandai-pandai mengatur keuangan keluarga yang hanya bersumber dari suami saja.
Lantas saya melihat keadaan ibu, yang dari dulu sampai sekarang masih harus bekerja keras mengupayakan hidupnya. Memang takdir itu di tangan Allah. Kami tak pernah menyangka bahwa ayah akan pergi meninggalkan kami begitu cepat, disaat usia saya masih 15 tahun. Dulu ayah seorang anggota polisi, sementara ibu hanya seorang ibu rumah tangga biasa sama seperti saya. Setelah ayah tiada, otomatis keadaan keuangan keluarga kami berubah drastis. Uang pensiunan janda yang diterima ibu setiap bulan tinggal sedikit. Otomatis ibu harus memutar otak untuk menghidupi kami.
Tak ada rencana ibu untuk menginvestasikan dana pensiun. Yang terpikir di benak beliau adalah biaya pendidikan kami. Dan benar adanya, berkat kerja keras ibu, saya dan adik bisa meraih gelar sarjana. Namun, selepas itu beliau resmi tak mempunyai apa-apa. Gaji yang diterimanya tinggal separo karena skep gaji sudah dijaminkan ke bank. Usut punya usut ternyata ibu berhutang ke bank demi kami, meski ada kerja sampingan yang hasilnya cukup lumayan.
Kisah perjalanan ibu membuat saya berpikir seribu kali lipat. Andai saya berada di posisi ibu, belum tentu saya setegar beliau, mungkin saya akan stress atau gantung diri. Naudzubillah. Lantas, sayapun mencoba berpikir secara realistis, bagaimana menyelamatkan keuangan keluarga agar tak besar pasak daripada tiang.
Memang kebutuhan anak adalah menjadi prioritas dalam keluarga saya. Sebuah ego sempat muncul dalam benak saya, malu rasanya bila anak saya tak berpendidikan lebih tinggi dari orang tuanya. Sementara biaya pendidikan saat ini makin membumbung tinggi. Seringkali saya dengar keluhan ibu-ibu tentang itu. Andai saat ini biaya pendidikan sudah demikian mahal, bagaimana dengan biaya pendidikan anak saya beberapa tahun kedepan?
Atas dasar itulah, akhirnya saya menyisihkan sebagian penghasilan suami untuk mengikuti asuransi pendidikan anak. Dengan harapan agar saat anak saya menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi nantinya, sudah ada persiapan dana kearah itu.
Dan sebagai manusia normal yang selalu mengikuti perkembangan jaman, tentunya ada keinginan-keinginan yang sampai saat ini masih saya pendam, karena saya tak ingin gegabah dalam segala hal. Terus terang saya sempat merasa iri melihat teman saya. Dia yang juga sama-sama bersuamikan anggota TNI, tentunya gajinyapun masih dalam kisaran yang sama dan standart. Namun dia sudah mempunyai mobil bagus.
Lantas sayapun berpikir, mengapa saya tidak bisa sepertinya? Dari curhatan tetangga yang saya dengar beberapa hari kemudian, ternyata teman saya rela berhutang sekian ratus juta di bank demi sebuah mobil yang dimilikinya saat ini. Ironisnya teman saya ini hutangnya dimana-mana, karena gaji suami terlalu banyak dipotong pinjaman bank. Tak ada lagi simpanan untuk mencukupi kebuhutannya setiap hari. Mau tidak mau ia harus gali lubang tutup lubang demi memenuhi kebutuhannya. Ternyata mobil tidak bisa dijadikan patokan bahwa seseorang itu terbebas dari hutang.
Namun tiba-tiba saya membayangkan, bagaimana masa tua saya nanti? Menjadi seorang ibu rumah tangga tentunya hanya menerima penghasilan dari suami. Sementara saya sendiri tak berpenghasilan, otomatis saya harus pandai-pandai mengatur keuangan keluarga yang hanya bersumber dari suami saja.
Lantas saya melihat keadaan ibu, yang dari dulu sampai sekarang masih harus bekerja keras mengupayakan hidupnya. Memang takdir itu di tangan Allah. Kami tak pernah menyangka bahwa ayah akan pergi meninggalkan kami begitu cepat, disaat usia saya masih 15 tahun. Dulu ayah seorang anggota polisi, sementara ibu hanya seorang ibu rumah tangga biasa sama seperti saya. Setelah ayah tiada, otomatis keadaan keuangan keluarga kami berubah drastis. Uang pensiunan janda yang diterima ibu setiap bulan tinggal sedikit. Otomatis ibu harus memutar otak untuk menghidupi kami.
Tak ada rencana ibu untuk menginvestasikan dana pensiun. Yang terpikir di benak beliau adalah biaya pendidikan kami. Dan benar adanya, berkat kerja keras ibu, saya dan adik bisa meraih gelar sarjana. Namun, selepas itu beliau resmi tak mempunyai apa-apa. Gaji yang diterimanya tinggal separo karena skep gaji sudah dijaminkan ke bank. Usut punya usut ternyata ibu berhutang ke bank demi kami, meski ada kerja sampingan yang hasilnya cukup lumayan.
Kisah perjalanan ibu membuat saya berpikir seribu kali lipat. Andai saya berada di posisi ibu, belum tentu saya setegar beliau, mungkin saya akan stress atau gantung diri. Naudzubillah. Lantas, sayapun mencoba berpikir secara realistis, bagaimana menyelamatkan keuangan keluarga agar tak besar pasak daripada tiang.
Memang kebutuhan anak adalah menjadi prioritas dalam keluarga saya. Sebuah ego sempat muncul dalam benak saya, malu rasanya bila anak saya tak berpendidikan lebih tinggi dari orang tuanya. Sementara biaya pendidikan saat ini makin membumbung tinggi. Seringkali saya dengar keluhan ibu-ibu tentang itu. Andai saat ini biaya pendidikan sudah demikian mahal, bagaimana dengan biaya pendidikan anak saya beberapa tahun kedepan?
Atas dasar itulah, akhirnya saya menyisihkan sebagian penghasilan suami untuk mengikuti asuransi pendidikan anak. Dengan harapan agar saat anak saya menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi nantinya, sudah ada persiapan dana kearah itu.
Dan sebagai manusia normal yang selalu mengikuti perkembangan jaman, tentunya ada keinginan-keinginan yang sampai saat ini masih saya pendam, karena saya tak ingin gegabah dalam segala hal. Terus terang saya sempat merasa iri melihat teman saya. Dia yang juga sama-sama bersuamikan anggota TNI, tentunya gajinyapun masih dalam kisaran yang sama dan standart. Namun dia sudah mempunyai mobil bagus.
Lantas sayapun berpikir, mengapa saya tidak bisa sepertinya? Dari curhatan tetangga yang saya dengar beberapa hari kemudian, ternyata teman saya rela berhutang sekian ratus juta di bank demi sebuah mobil yang dimilikinya saat ini. Ironisnya teman saya ini hutangnya dimana-mana, karena gaji suami terlalu banyak dipotong pinjaman bank. Tak ada lagi simpanan untuk mencukupi kebuhutannya setiap hari. Mau tidak mau ia harus gali lubang tutup lubang demi memenuhi kebutuhannya. Ternyata mobil tidak bisa dijadikan patokan bahwa seseorang itu terbebas dari hutang.
Mengatur keuangan keluarga memang sangat rumit. Pokok permasalahannya sebenarnya bukan terletak pada kurangnya penghasilan, melainkan pada kebiasaan buruk yang sering diterapkan dalam mengelola keuangan.
2. Susun rencana keuangan atau anggaran rumah tangga. Rencana keuangan yang realistis ternyata membantu kita bersikap obyektif tentang pengeluaran yang berlebihan.
3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara "butuh" dan "ingin". Seringkali kita membelanjakan uang untuk hal yang tidak begitu penting. Alangkah baiknya bila kita lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.
4. Hindari hutang. Banyak orang yang rela berhutang demi mendapatkan barang impiannya. Padahal hutang membuat keuangan kita tidak stabil, sebab uang pinjaman itu akan lebih cepat habis, sementara cicilannya malah membuat kita kalang kabut. Untuk itu hindarilah berhutang demi menumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat.
5. Meminimalkan belanja konsumtif. Sebaiknya pengeluaran yang tidak penting dialihkan untuk ditabung atau untuk memenuhi kebutuhan lain.
6. Tetapkan tujuan finansial. Kita harus mempunyai sebuah target keuangan untuk jangka waktu tertentu, guna merancang keuangan demi mencapai tujuan.
7. Menabung, menabung, menabung. Kebiasaan ini perlu diterapkan. Setelah menerima gaji langsung sisihkan sebagian dana untuk ditabung sesuai rencana.
8. Perlunya berinvestasi.
Kesimpulannya, ternyata umur tidak bisa menjamin cepat atau lambatnya kebebasan finansial seseorang. Kebebasan finansial itu dapat tercapai karena tiga hal yaitu prioritas keuangan, konsistensi terhadap prioritas dan gaya hidup seseorang. Sebagai contoh orang yang hidupnya sederhana pasti kebebasan finansialnya akan cepat tercapai dibanding orang yang hidupnya serba mewah.
Menurut Ligwina Hananto, seorang ahli perencanaan keuangan, ada beberapa trik dalam mengelola keuangan keluarga yang baik:
1. Pahami portfolio keuangan keluarga. Artinya kita harus tahu kemana saja uang kita akan mengalir berhubungan dengan kebutuhan keluarga kita.2. Susun rencana keuangan atau anggaran rumah tangga. Rencana keuangan yang realistis ternyata membantu kita bersikap obyektif tentang pengeluaran yang berlebihan.
3. Pikirkan lebih seksama pengertian antara "butuh" dan "ingin". Seringkali kita membelanjakan uang untuk hal yang tidak begitu penting. Alangkah baiknya bila kita lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan.
4. Hindari hutang. Banyak orang yang rela berhutang demi mendapatkan barang impiannya. Padahal hutang membuat keuangan kita tidak stabil, sebab uang pinjaman itu akan lebih cepat habis, sementara cicilannya malah membuat kita kalang kabut. Untuk itu hindarilah berhutang demi menumbuhkan kebiasaan keuangan yang sehat.
5. Meminimalkan belanja konsumtif. Sebaiknya pengeluaran yang tidak penting dialihkan untuk ditabung atau untuk memenuhi kebutuhan lain.
6. Tetapkan tujuan finansial. Kita harus mempunyai sebuah target keuangan untuk jangka waktu tertentu, guna merancang keuangan demi mencapai tujuan.
7. Menabung, menabung, menabung. Kebiasaan ini perlu diterapkan. Setelah menerima gaji langsung sisihkan sebagian dana untuk ditabung sesuai rencana.
8. Perlunya berinvestasi.
Kesimpulannya, ternyata umur tidak bisa menjamin cepat atau lambatnya kebebasan finansial seseorang. Kebebasan finansial itu dapat tercapai karena tiga hal yaitu prioritas keuangan, konsistensi terhadap prioritas dan gaya hidup seseorang. Sebagai contoh orang yang hidupnya sederhana pasti kebebasan finansialnya akan cepat tercapai dibanding orang yang hidupnya serba mewah.
Mungkin saat ini saya telah mempersiapkan dana pendidikan anak melalui sebuah asuransi, itu artinya satu langkah telah saya lewati. Demikian juga dengan pengaturan keuangan keluarga, setidaknya sudah saya pilah-pilah sesuai prioritas. Namun saya masih memikirkan tentang masa tua saya nanti, ketika suami saya menghadapi masa pensiun.
Disinilah pentingnya merencanakan dana pensiun sejak dini. Seringkali orang merasa ketakutan menghadapi masa pensiunnya, terutama dalam segi keuangannya. Mereka takut tidak bisa menjalani masa pensiunnya dengan nyaman karena tidak mempersiapkan dana pensiun dimasa mudanya. Tetapi kalau sudah merencanakan dana pensiun sejak awal, tentu kekhawatiran itu akan sirna.
Bagaimana Cara Mengalokasikan
DanaPensiun?
Berbicara mengenai dana pensiun, saya memilih BNI Simponi sebagai sarana mempersiapkan masa tua saya. Selain sebagai ibu rumah tangga, saya mempunyai hobi menulis. Beberapa tulisan saya berhasil di muat di media. Dari situlah saya mendapatkan penghasilan meski tak seberapa jumlahnya. Selain itu saya juga pernah menang lomba menulis dan mendapatkan uang dari job-job sebagai blogger. Kadang saya mengajar anak-anak di komplek yang otomatis menambah pemasukan saya. Dari sinilah saya berusaha menyatukan pemasukan keluarga dan mengalokasikannya kedalam tabungan BNI Simponi.
1. BNI SIMPONI
BNI Simponi adalah layanan program pensiun yang diselenggarakan oleh Dana Pensiun Lembaga Keuangan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (DPLK BNI) sejak tahun 1994 berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, yang bisa diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat diberbagai profesi, termasuk ibu rumah tangga seperti saya, yang menginginkan kesejahteraan di masa pensiun. Sedangkan usia pensiun yang disediakan adalah normal mulai dari 45 tahun.
Syarat menjadi peserta BNI Simponi sangat mudah, cukup datang ke Kantor Cabang BNI terdekat dengan membawa fotocopy KTP dan mengisi aplikasi sesuai dengan identitas diri serta menyetor iuran awal minimal sebesar Rp 250.000.
Banyak manfaat yang diperoleh dengan menjadi pesertaBNI Simponi, diantaranya :
Syarat menjadi peserta BNI Simponi sangat mudah, cukup datang ke Kantor Cabang BNI terdekat dengan membawa fotocopy KTP dan mengisi aplikasi sesuai dengan identitas diri serta menyetor iuran awal minimal sebesar Rp 250.000.
Manfaat Menjadi Peserta BNI Simponi
- Peserta akan mendapatkan pengembangan yang optimal setiap bulan meski mereka melakukan iuran minimal sebesar Rp. 50.000,-.
- Setelah memasuki masa pensiun, peserta berpeluang untuk menikmati pensiun bulanan seumur hidup yang dapat diteruskan ke ahli warisnya.
Adapun besarnya hasil pengembangan yang diberikan tergantung pada bunga yang berlaku di pasar pada saat itu dan tergantung paket investasi yang dipilih peserta yang terdiri atas :
- 75%(Depositodan/atauPasar Uang);25%(Obligasi);
- 50%(Depositodan/atauPasar Uang); 50%(Obligasi);
- 100%(Depositodan/atauPasar Uang);
- 100%(DepositoSyariah,Pasar UangSyariahdan/atau Obligasi Syariah);
- 50%(Deposito,Pasar Uang dan/atau Obligasi Syariah) dan50%(RD Syariah);
- 50% (Depositodan/atauPasar Uang); 50% (Reksadanadan/atau Saham);
- 50% (Obligasi); 50% (Reksadanadan/atau Saham)
Dengan demikian ada beberapa jenis manfaat/pencairan pensiun BNI Simponi, diantaranya:
- Pensiun Normal, manfaat pensiun diberikan kepada peserta pada saat mencapai usia pensiun yang ditetapkan peserta pada awal masa kepesertaan.
- Pensiun Dipercepat, manfaat pensiun diberikan kepada peserta yang minimal berusia 10 tahun sebelum usia pensiun normal dan berhenti dari kepesertaan.
- Pensiun Cacat, manfaat pensiun cacat dibayarkan kepada peserta yang mengalami cacat tetap dan tidak dapat melanjutkan iurannya.
- Pensiun Meninggal Dunia, apabila peserta meninggal dunia sebelum Usia Pensiun Normal, manfaat pensiun dibayarkan kepada janda/duda atau ahli waris peserta.
Benefit bagi peserta BNI Simponi
- Iuran dapat dilakukan secara fleksibel, baik dalam jumlah iuran maupun frekuensi iuran.
- Dalam masa kepesertaan dana peserta tidak akan dikenakan pajak. Iuran yang disetorkan maupun pengembangan yang diperoleh mendapat fasilitas pajak ditunda selama masa kepesertaan.
- Arahan investasi dapat ditentukan oleh peserta sesuai dengan paket investasi yang disediakan.
- Dana peserta akan dikembangkan dan hasil pengembangannya diperhitungkan secara harian.
Tata Cara Melalukan Setoran Iuran
BNI Simponi
Lalu, bagaimana cara melakukan setoran iuran BNI Simponi? Ternyata caranya sangat mudah, dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu :
Total dana akhir peserta yang diterima akan dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jadi dengan menjadi peserta BNI Simponi, saya tak akan kawatir dengan masa tua saya nantinya. Sungguh saya tak menyesal menjatuhkan pilihan hidup saya sebagai ibu rumah tangga. Bukan berarti profesi saya hanya diam di tempat sambil menyelesaikan pekerjaan dapur, ada pekerjaan lain yang lebih menyenangkan, yaitu menulis, sambil menanti masa tua menjelang. Bagi sobat semuanya, mari persiapkan dana pensiun sedini mungkin, sebelum semuanya terlambat, tentunya bersama BNI Simponi.
- Tunai di seluruh Kantor Cabang BNI terdekat.
- Transfer dari bank lain.
- Melalui fasilitasautodebet dari rekening tabungan atau giro di BNI.
- Melalui layanan fasilitas Phone Banking BNI
sumber: http://www.bni.co.id
Total dana akhir peserta yang diterima akan dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jadi dengan menjadi peserta BNI Simponi, saya tak akan kawatir dengan masa tua saya nantinya. Sungguh saya tak menyesal menjatuhkan pilihan hidup saya sebagai ibu rumah tangga. Bukan berarti profesi saya hanya diam di tempat sambil menyelesaikan pekerjaan dapur, ada pekerjaan lain yang lebih menyenangkan, yaitu menulis, sambil menanti masa tua menjelang. Bagi sobat semuanya, mari persiapkan dana pensiun sedini mungkin, sebelum semuanya terlambat, tentunya bersama BNI Simponi.
2. Kredit Pensiun Sejahtera 24
Kredit Pensiun Sejahtera 24 merupakan fasilitas kredit yang diperuntukkan bagi pegawai yang maksimal 24 bulan akan memasuki masa pensiun. Produk ini menawarkan pilihan jangka waktu kredit, maksimal 180 bulan termasuk masa penundaan pembayaran (grace period) maksimal 24 bulan.
Fasilitas kredit ini diterbitkan oleh Bank BPTN yang sudah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta dijamin oleh Lembaga Peminjam Simpanan (LPS), jadi sangat aman dan cocok dimanfaatkan oleh pegawai yang membutuhkan sejumlah dana untuk kebutuhannya.
Gambaran produk kredit pensiun dengan grace period 24 bulan dan bisa take over dari bank lain adalah:
Penundaan pembayaran kewajiban
- Masa penundaan pembayaran kewajiban (grace period) maksimal 24 bulan
- Angsuran dipotong langsung dari Tabungan Hari Tua (THT) dan manfaat pensiun bulanan
Mudah dan cepat
- Syarat mudah
- Proses pengajuan dan pencairan dana pada hari yang sama*
Fleksibel
- Plafon kredit hingga Rp 300 juta
- Jangka waktu kredit maksimal 180 bulan (termasuk grace period)
- Tersedia fasilitas tambahan kredit (Top Up) dan pengalihan fasilitas kredit dari Bank lain (take over)
Perlindungan terhadap ahli waris
- Fasilitas kredit lunas bila nasabah meninggal karena dilindungi asuransi jiwa kredit.
- Pilihan asuransi: PT. Asuransi Allianz Indonesia, PT. Asuransi Jiwa Generali Indonesia, and PT. Avrist Assurance
Ternyata syaratnya sangat mudah, cukup melampirkan beberapa persyaratan dibawah ini:
- Asli Surat Keputusan / SKEP Pensiun
- Fotokopi KTP yang masih berlaku
- Referensi manfaat pensiun dan THT
- Fotokopi NPWP
- Dokumen persyaratan pengurusan pensiun & THT
- Dokumen pembukaan rekening
Hayo mau pilih yang mana? Karena antara BNI Simponi dan Kredit Pensiun Sejahtera 24 dari bank BPTP sama-sama menguntungkan, utamanya bagi seorang ibu rumah tangga yang bertindak sebagai manager keuangan keluarga. Tinggal memilih mana yang lebih memberikan manfaat.
Bedanya kalau Simponi BNI tak ada batasan apakah itu pegawai lepas atau pegawai tetap, asal tiap bulan bisa setor tabungan, tentunya tak ada masalah. Namun untuk fasilitas kredit pensiun sejahtera dari bank BPTN ini pastinya diperuntukkan bagi pegawai yang akan memasuki masa pensiun.
Ya...ibu rumah tangga bisa saja merangkap menjadi pegawai tetap bukan? Jadi apa salahnya kita persiapkan dana pensiun sejak dini, agar saat menghadapi masa tua nanti kita bisa terbebas dari masalah finansial.
Bukankah kita ingin tetap bahagia dan hidup sehat sampai tua nanti? Mari persiapkan masa tua kita sebaik mungkin!
Sumber:
1. website BNI :http://bit.ly/BNI_Simponi
2. website ayahbunda: http://www.ayahbunda.co.id
3. website pesona: http://www.pesona.co.id
4. website parenting: http://www.parenting.co.id
5. website Daya.id
30 Komentar
hehe biarlah hidup sederhana asal punya tabungan untuk anak dan hari tua khususnya ya mak...sy jg sgt banyak melihat org2 disekitar sya yg penting bg mereka penampilan luar apalagi sejak ada socmed, lomba2 tuk pamer kekayaan salah satunya mobil sementara rumah aja blm punya, numpang ortu bahkan mertua hehe
BalasHapusiya mak kadang penglihatan kita salah menilai ya.....tidak selamanya apa yang terlihat baik dan wah kenyataannya juga demikian, begitu sebaliknya. Gak perlu kita mengikuti mereka, yang penting kita upayakan keluarga kita menjadi lebih baik.
HapusTerima kasih sudah berkunjung
Cie....mak Ana dan mak Sri...saling komen-komenan...gak taunya dua-duanya menang lomba ini...hehhehe..Selaamt ya....
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusKipasnya ganti pakai yang gambar Soekarno-Hatta donk biar tambah cantik hehehe, semoga sukses GA nya ya, saya sudah ikutan nabung pensiun ini tapi di bank lain! maju terus mba!
BalasHapustrimakasih mbak atas infonya tentang BNI Simponi, pertama kalinya baca di sini...
BalasHapussukses selalu ya mbak... :)
sama-sama....mari kita persiapkan dana pensiun sejak dini agar tak menyesal di hari tua, terima kasih.
HapusSalam
Jadi semakin paham tentang produk tabungan ini setelah membaca artikel ini dengan jelas sekali. Terimakasih atas informasinya.
BalasHapusSalam
ya betul mas tabungan ini memberikan fasilitas dan berbagai kemudahan kepada pesertanya. Rasanya rugi bila kita tidak memikirkan dana pensiun jauh hari sebelumnya, apapun profesi kita, agar kelak ketika kita menghadapi masa tua akan menikmatinya dengan penuh gembira.
HapusTerima kasih, salam
Saya juga lagi mikirin pengin punya dana pensiun :(
BalasHapusyuk mbak Evi kita pikirkan dana pensiun sejak sekarang, agar tak menyesal ketika masa tua menjelang....
Hapusterima kasih, salam
Jika Anda baru memikirkan untuk menyiapkan dana pensiun sekarang sebenarnya sudah terlambat, harusnya sejak dulu. Tapi nggak apa-apa, lanjutkan,Nak
BalasHapusSemoga berjaya dalam lomba
Salam hangat dari Surabaya
bener banget Pakdhe, dana pensiun harus dipikirkan sejak awal kita mendapatkan penghasilan. Karena semakin lama kita persiapkan dana pensiun, hasilnyapun semakin banyak. Kalau gak karena BNI Simponi saya jadi lupa dengan ini hehehe.....terima kasih Pakdhe
HapusSalam
good luck mak :)))
BalasHapusterima kasih mak...
HapusAku pengen punya pensiuuuuuuun. Kudu buru2 melirik BNI simfoni nih.
BalasHapusSukses lombanya, Mbak. :)
iya mbak Nia BNI simponi cocok banget bagi siapa saja yang menginginkan masa tuanya terjamin dari segi finansial.
HapusTerima kasih mbak
Mba, makasih infonya.. tulisan ini berguna sekali bagi saya. Sudah saatnya memikirkan masa depan dengan langkah nyata. Selama ini hanya bayangan ketakutan yg menyelimuti saat memikirkan hari tua, namun itu harus ditepis dengan melakukan tindakan
BalasHapusiya mbak sama-sama, memang saatnya kita mempersiapkan dana pensiun sejak dini agar tak menyesal di kemudian hari.
HapusTerima kasih, salam
diposting disini tohmbak, tadi aku baca bloglist di blog satunya tapi gak ada postingannya
BalasHapusiya mbak saya pindah disini karena semalam blogdetik saya eror sementara waktunya sudah mepet, akhirnya buru-buru posting kesini mbak
HapusSaya juga suka berfikir himana masa tua nanti..smoga kita semua terhindar dr hutang...sukses lombanya mak
BalasHapusiya mak, hutang tak selalu menguntungkan. bahkan membuat kita harus kehilangan banyak dana karena uang pinjaman harus habis sementara cicilan masih lama.
Hapusterima kasih mak
Ibunya pekerja keras ya, Mba.
BalasHapusUang pensiunan nanti bisa buat kipasan. :D
hehehe....iya mbak ibu bekerja keras demi anak-anaknya.
HapusWah kalau uang pensiun dipakai kipasan takut diincer maling ntar hehehe
Sukses yo Mba...
BalasHapusterima kasih mbak Astin
Hapusemang keren tulisannya bund ^_^
BalasHapusselamat ya udah jadi pemenang utama BNI
semoga suksesnya bisa menular ke Ane
amin amin amin
aloo mba selamat jadi jawara pertama eeuy :) keren deh.
BalasHapusSangat menginspirasi kak.
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...