Andil terbesar yang menentukan kesuksesan anak adalah orang tua. Tanpa campur tangan orang tua yang mengasuh, merawat, membimbing dan mengarahkan anak mulai dari kecil hingga dewasa, mustahil anak akan berada pada titik kesuksesannya.
Oleh sebab itu, bagaimanapun keadaan anak saat ini janganlah sampai melupakan jasa orang tuanya yang telah bersusah payah mengupayakan kehidupan anaknya sedemikian rupa. Setiap orang tua pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan anaknya.
Sayangnya, rasa yang terlalu menyayangi anak, membuat orang tua tetap menganggapnya sebagai seseorang yang harus tetap dijaga, diberi petuah atau bahkan dinasehati sedemikian rupa, meski sang anak telah tumbuh dewasa, bahkan menjadi seseorang yang sukses.
Bagi orang tua, sehebat apapun anak, tentunya pengalaman yang dimiliki belum sebanyak pengalaman orang tuanya. Bahkan, kadang orang tua salah mengartikan tindakan anak sebagai perbuatan yang semaunya, pemborosan dan sebagainya.
Padahal bila dibandingkan dalam kehidupan nyata, keadaan orang tua dimasa lampau sudah pasti sangat berbeda dengan jaman yang dialami anak-anaknya. Kalau dulu untuk bepergian jauh cukup mengendarai kendaraan seadanya, atau bahkan ada yang menumpang mobil barang demi penghematan. Namun sungguh berbeda dengan keadaan sekarang. Seorang anak yang telah sukses tentunya akan menggunakan fasilitas udara untuk bepergian jauh. Bukan karena pemborosan, namun lebih tertuju pada efisiensi waktu.
Lantas, sebagai anak, apakah kita harus melawan orang tua? Arahan orang tua memang baik, artinya menghindari pemborosan. Namun bila dihubungkan dengan efisiensi waktu, apalagi saat ini banyak pegawai yang dikejar waktu untuk berbagai urusan, bisa jadi arahan orang tua sama halnya buang waktu.
Permasalahan sepele inilah kadang yang membuat hubungan orang tua dengan anak menjadi renggang. Hanya karena perbedaan pengalaman dan keadaan. Jadi bagaimanapun keadaan kita, hendaknya menghormati orang tua adalah sebuah kewajiban. Andai terjadi silang pendapat, mari sebagai generasi muda dan sebagai anak yang ingin berbakti kepada orang tua, janganlah suka melawan beliau. Lebih baik kita tampung saran beliau. Andai saran itu tak sesuai dengan pemikiran kita, sebaiknya kita tidak melawan, bahkan menerimanya dengan hati lapang.
Oleh sebab itu, bagaimanapun keadaan anak saat ini janganlah sampai melupakan jasa orang tuanya yang telah bersusah payah mengupayakan kehidupan anaknya sedemikian rupa. Setiap orang tua pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan anaknya.
Sayangnya, rasa yang terlalu menyayangi anak, membuat orang tua tetap menganggapnya sebagai seseorang yang harus tetap dijaga, diberi petuah atau bahkan dinasehati sedemikian rupa, meski sang anak telah tumbuh dewasa, bahkan menjadi seseorang yang sukses.
Bagi orang tua, sehebat apapun anak, tentunya pengalaman yang dimiliki belum sebanyak pengalaman orang tuanya. Bahkan, kadang orang tua salah mengartikan tindakan anak sebagai perbuatan yang semaunya, pemborosan dan sebagainya.
Padahal bila dibandingkan dalam kehidupan nyata, keadaan orang tua dimasa lampau sudah pasti sangat berbeda dengan jaman yang dialami anak-anaknya. Kalau dulu untuk bepergian jauh cukup mengendarai kendaraan seadanya, atau bahkan ada yang menumpang mobil barang demi penghematan. Namun sungguh berbeda dengan keadaan sekarang. Seorang anak yang telah sukses tentunya akan menggunakan fasilitas udara untuk bepergian jauh. Bukan karena pemborosan, namun lebih tertuju pada efisiensi waktu.
Lantas, sebagai anak, apakah kita harus melawan orang tua? Arahan orang tua memang baik, artinya menghindari pemborosan. Namun bila dihubungkan dengan efisiensi waktu, apalagi saat ini banyak pegawai yang dikejar waktu untuk berbagai urusan, bisa jadi arahan orang tua sama halnya buang waktu.
Permasalahan sepele inilah kadang yang membuat hubungan orang tua dengan anak menjadi renggang. Hanya karena perbedaan pengalaman dan keadaan. Jadi bagaimanapun keadaan kita, hendaknya menghormati orang tua adalah sebuah kewajiban. Andai terjadi silang pendapat, mari sebagai generasi muda dan sebagai anak yang ingin berbakti kepada orang tua, janganlah suka melawan beliau. Lebih baik kita tampung saran beliau. Andai saran itu tak sesuai dengan pemikiran kita, sebaiknya kita tidak melawan, bahkan menerimanya dengan hati lapang.
7 Komentar
Sepertinya, kalau terjadi salah pengertian, komunikasi yang baik dapat mengatasinya ya Mbak Yuni. Kalau kita terangkan lebih detail mengapa kita menjatuhkan suatu pilihan, orang tua pasti ngerti deh. Jadi kita tak melawan terhadap mereka. Just my two cents Mbak ;)
BalasHapusbaiknya sih gak dilawan ya mbak
BalasHapusIya bener kalo ngerasa ngga sesuai diem aja lah, iya-iyain biar tidak menyakiti hati mereka, meski ngga dilaksanakan hehe
BalasHapusTerus sayangi orang tua, karena mreka menyanyangi kita. Mending cari jalan tengah, enggak ngelawan ya, Mba.
BalasHapusOya, Mba. Nitip informasi di sini, ya.
Ngajak Mba Yun juga untuk ikut Giveaway di blog saya, ya. Enggak harus mempunyai Nokia Lumia. Yg pnting ceritanya dikaitkan dg fitur nokia yg bernama Live Tiles.
http://idahceris.com/informasi/honestly-giveaway-jangan-kudet-dong-2/
Thanks
betul banget, mba, selagi ortu masih hidup ya disayangi bener2
BalasHapusYa Allah jauhkan daku dari golongan anak yang durhaka Amiin
BalasHapusMemang saat ini banyak anak-anak yang durhaka kepada orang tuanya ya mbak, makanya hal ini lah yang akan menyebabkan murka Allah. Oya salam kenal ya!
engelola komunikasi mungkin kuncinya ya Mbak :)
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...