Saat ini saya tengah menikmati peran sebagai wanita
pendamping suami dan pengasuh anak, alias ibu rumah tangga. Mengikuti suami
yang sering berpindah tugas menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi saya.
Selain bisa berinteraksi dengan alam sekitar, saya jadi tahu banyak hal tentang
lingkungan yang saya diami, termasuk budaya, adat istiadat dan kebiasaannya.
Sejak kecil saya memang hobi traveling. Mengikuti nenek yang
selalu berkunjung ke sanak saudara yang berbeda daerah sering saya lakukan.
Bahkan, memasuki usia 17 tahun, ketika saya telah memiliki SIM dan ibu
membelikan sepeda motor, sayapun jadi sering jalan-jalan bersama teman.
Menikmati perjalanan membuat hati dan pikiran saya jadi tenang.
Namun, saya tak pernah membayangkan nikmatnya naik pesawat
ketika bepergian keluar pulau. Rasanya memang tak mungkin dengan keadaan saya
saat itu untuk membeli tiket pesawat. Saya hanya menganggap bahwa para bos-lah
yang mampu bepergian menggunakan pesawat dengan harga tiketnya yang mahal.
Yah…hidup itu tak ubahnya seperti aliran air sungai. Ketika
sungai itu mengalirkan sampah yang dibuang sembarangan, maka yang saya lihat
adalah seonggok sampah yang berbau dan tak sedap dipandang. Tapi apa mau
dikata, onggokan sampah itu sudah terlanjur mengalir dan sayapun sudah melihatnya.
Hanya perlu kesadaran pribadi untuk menyingkirkan sampah-sampah itu, atau
bahkan berjanji tak akan mencemari sungai dengan sampah, agar aliran air itu
tampak jernih.
Begitupun dengan kehidupan. Saya tak tahu bagaimana
sesungguhnya alur kehidupan saya. Yang saya ingat, saya dibesarkan dalam sebuah
keluarga bahagia. Saya berhasil menamatkan pendidikan hingga sarjana, lalu saya
sempat bekerja selama tiga tahun, setelahnya saya menikah dan mengikuti suami
yang sering pindah tugas. Sungguh sebuah alur kehidupan yang tak pernah saya
rencanakan sebelumnya.
Sebagai manusia yang beriman, saya meyakini bahwa cerita
kehidupan yang tengah saya perankan, tentunya atas kehendak Allah sebagai
pencipta alam beserta isinya. Tinggal bagaimana saya merawat, menjaga dan
memperbaiki kehidupan saya seperti jernihnya aliran air sungai itu.
Dan semenjak mengikuti tugas suami, pesawat menjadi
tunggangan utama saya. Dulu ketika masih di Papua, saya pernah mengeluhkan
harga tiket pesawat untuk mudik ke Jawa. Bahkan saya selalu berharap agar suami
saya dipindahtugaskan ke tempat yang lebih dekat dengan kampung halaman.
Apalagi pengalaman pertama anak saya ketika naik pesawat, dia selalu teriak
histeris ketika pesawat take off, atau dia menangis sepanjang perjalanan dari
Makassar hingga Timika, membuat saya enggan pulang kampung.
Kini doa saya terkabul. Suami saya dipindahtugaskan ke Bali.
Artinya untuk pulang ke kampung halaman dapat saya jangkau melalui berbagai
jalur, bisa jalur darat bisa juga jalur udara. Menjadi istri tentara memang
harus tahan banting, harus bisa mandiri dan siap ditinggal tugas. Saya beberapa
kali mengalami hubungan jarak jauh karena suami menempuh pendidikan atau
melaksanakan tugas.
Bali memang pulau yang penuh dengan eksotika budayanya.
Rasanya seperti bermimpi ketika bisa tinggal di pulau ini untuk beberapa saat.
Dulu, ketika saya masih sekolah, cerita teman tentang keindahan pulau Bali
membuat saya iri hati. Bahkan saya sempat berangan ingin menjamah Bali dan
menikmati pemandangannya. Namun angan itu hanyalah mimpi, hasrat ingin berlibur
ke Bali tak juga jadi kenyataan. Kini….ketika saya benar-benar berada di pulau
ini, serasa keajaiban itu tengah melingkupi saya.
menikmati pemandangan dan wisata di Pulau Dewata |
Meski anak saya lahir di Papua, sempat satu tahun tinggal di
Blitar, dan kini ikut menetap di Bali, namun kenangannya tentang Blitar masih
tetap membekas. Bali memang kental dengan adat istiadatnya. Mayoritas
penduduknya beragama Hindu. Itulah sebabnya aktifitas di Bali tidak sepadat
kota-kota lain di Indonesia. Demi menghormati adat istiadatnya, umat Hindu
harus mengutamakan ibadahnya, sehingga banyak hari libur di Bali. Hari libur
itulah yang sering saya manfaatkan untuk pulang kampung.
Berbicara pulang kampung, saya jadi sering berburu tiket
pesawat yang murah. Hanya AirAsia-lah yang sering mengadakan promo
besar-besaran. Selain memberikan harga promo, saya nyaman dengan pelayanannya.
Pramugarinya yang ramah dan baik, membuat anak saya ketagihan untuk naik
AirAsia. Bahkan saya pernah kehilangan boarding pass karena kecerobohan saya.
Boarding pass yang seharusnya saya simpan, saya taruh diatas tas ketika duduk
di ruang tunggu. Begitu panggilan itu berbunyi, saya langsung ngacir dan
jatuhlah boarding pass itu. Namun berkat kesigapan petugas, akhirnya boarding
pass saya ditemukan, sayapun bisa kembali menikmati perjalanan bersama AirAsia.
AirAsia mendekatkan yang jauh, memudahkan yang susah, dan mewujudkan impian |
Bahkan saya berencana ingin mengajak berlibur anak ke luar
negeri. Selain ingin menikmati liburan, saya juga ingin mengenal lebih jauh
budaya negara lain, termasuk kuliner, tempat bersejarah dan wisata alamnya.
Menurut informasi teman saya, hanya AirAsia-lah yang sanggup membawa kita
melancong keluar negeri tanpa terbebani biaya yang mahal.
Apalagi pelayanan para crew AirAsia yang sangat memuaskan,
tentunya perjalanan sejauh apapun tak akan membuat kita bosan. Saya
membayangkan seandainya dapat mendarat ke Nepal, menikmati pemandangan alam
disana, melihat peninggalan sejarahnya, mencicipi kulinernya atau bahkan bisa
berfoto ria dengan warga Nepal…..duh rasanya seperti sebuah keajaiban
melingkupi saya.
Atau mungkin saya bisa menjejakkan kaki ke Penang, menikmati
segala keindahan di pulau itu….benar-benar saya menjadi bagian dari kehidupan
di negeri dongeng. Namun saya yakin, bersama AirAsia impian saya pasti berubah
menjadi kenyataan. Saya siap melancong keliling dunia tanpa gusar karena
kehabisan dana. Bersama AirAsia segalanya akan terasa indah, karena AirAsia mendekatkan yang jauh, memudahkan yang susah dan mewujudkan impian.
Tulisan ini diikutsertakan dalam
10 Komentar
saya belum pernah naik AA mbk,sukses untuk kontesnya ya... :)
BalasHapusmenyenangkan mbak
Hapussama dengan komen di atas saya. belum pernah juga naik airasia :D hehehe good luck, maaak. good luck with me too. sukses buat kita berdua. amin.
BalasHapusamin....amin yra...mudah-mudahan mimpi kita terwujud ya mbak....
HapusYuk jalan-jalan ke luar negeri rame2
BalasHapusJadi kange naik pesawat
Semoga berjaya dalam kontes
Salam hangat dari Surabaya
saya malah belum pernah ke LN Pakdhe...pengen banget kesana hehehe....
HapusTerima kasih Pakdhe
semoga bia ke Nepal ya mbak
BalasHapusSaya baru sekali pake Air Asia saat dari Denpasar ke Jakarta. Ganti Pesawat pada awalnya sih lalu dipindakan ke Air Asia. Sayang sekali saya nda dokumetasikan ya. Hiehiheiheie. Jadi agak susah ikutan kontes AA ini
BalasHapusJebulane dr kecil udah suka terbang ya, mba. Skrg merantau udah gak kaget yooi. . .
BalasHapusSaya juga belom pernah naik Air Asia. Teman kantor saya dulu langganan kalau ke Batam. Bagus katanya. Makanya dia sering pake AA. Semoga berjaya ya Mbak dalam kontes ini.
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...