“Jangan terlena dengan fasilitas negara.” Kata-kata ini yang
selalu terngiang dalam telinga saya. Terus terang semenjak menikah, saya selalu
mendampingi suami yang sering berpindah-pindah tugas. Tempat tinggalpun
bergantung dari fasilitas negara alias gratis.
Namun, siapa bilang fasilitas negara itu gratis. Dulu,
ketika saya masih tinggal di Papua, mendapatkan rumah dinas itu sangat mudah,
bahkan gratis. Andaipun ada yang minta biaya ganti rumah, tentunya masih sangat
wajar. Dan saya bersyukur, rumah dinas yang kami tempati gratis, bahkan demi
kenyamanan selama tinggal di rumah itu, saya dan suami merenovasinya menjadi
lebih bagus.
saat di Papua |
Kami tak pernah meminta biaya ganti perbaikan rumah. Ketika suami
mendapat tempat tugas baru, rumah itupun kami tinggalkan tanpa meminta ganti
rugi kepada penggantinya. Namun, kenyataan berbanding terbalik ketika suami
berdinas di Bali. Rumah dinas yang semestinya menjadi milik negara ternyata
sudah menjadi milik pribadi. Si pemilik rumah telah merehapnya sedemikian rupa,
sehingga bila ia pindah tugas, maka harga jualnyapun semakin tinggi.
Terdengar aneh memang, rumah dinas diperjualbelikan. Namun inilah
kenyataannya. Dimana-mana tradisi ini seolah sudah turun temurun dan tak bisa
dihapuskan, bahkan oleh penguasa sekalipun. Kami, yang sudah habis-habisan
karena seluruh tabungan kami gunakan untuk pindahan dari Papua ke Jawa, bahkan
membiayai suami yang harus sekolah, rasanya tak sanggup untuk membeli rumah
dinas sampai ratusan juta.
Jalan satu-satunya kami harus menyimpan rasa malu untuk
mendapatkan rumah. Akhirnya saya dan suami menerima keadaan bahwa kami harus
tinggal satu rumah dengan keluarga lain. Sudah bisa dibayangkan bagaimana
ribetnya tinggal dengan keluarga lain yang belum kenal sebelumnya. Apalagi yang
tinggal serumah dengan kami tidak bisa diajak kerjasama dalam hal membersihkan
halaman, membayar listrik atau air. Terpaksa kami harus ikhlas mengalah demi
sebuah tempat tinggal.
saat masih tinggal serumah dengan keluarga lain |
Kalau ditanya “betah”? Sudah tentu kami tidak betah. Kami jadi
tidak mempunyai privacy. Namun tidak ada pilihan lain. Hanya sabarlah yang
membuat kami tetap bertahan di rumah itu. Ternyata kesabaran itu berbuah manis.
Selang satu tahun, suami saya mendapatkan sebuah rumah jabatan. Meski rumah itu
mungil, namun saya sangat bersyukur. Artinya saya telah terbebas dari sebuah
belenggu yang sempat menahan ego saya.
rumah jabatan di Bali |
Rasa gusarpun kembali menerpa saya. Akan kemana kami setelah
suami pindah jabatan? Tentunya saat pergantian jabatan nanti, kami harus
menyerahkan rumah dinas itu kepada pengganti suami. Apabila jabatan baru suami
tidak mendapatkan jatah rumah dinas, tentunya kami harus memikirkan biaya
mengganti rumah dinas lain. Sementara bergantinya tahun membuat harga rumah
dinas makin mencekik leher saja. Untuk kembali rumah lama rasanya sudah tidak
mungkin, karena rumah itu telah ditempati oleh dua pasang keluarga.
Lantas kamipun berinisiatif membuat rangka rumah kayu,
dengan harapan ketika kami harus meninggalkan rumah jabatan, kami masih bisa
mempunyai rumah sendiri tanpa membayar ganti rugi. Cukup ijin kepada pimpinan
untuk meminjam tanah guna membangun rumah untuk sementara waktu.
Saya dan suami mempunyai mimpi yang sama, mempunyai rumah
kayu mungil yang berdiri diatas tanah yang luas. Itulah sebabnya ketika masih
di Papua suami saya menabung kayu besi. Tumpukan kayu yang dibeli dari
pengusaha kayu kemudian dibuat pintu, kusen, jendela dan papan penutup. Kini,
sebagian kayu itu sudah diolah sedemikian rupa menjadi rangka rumah kayu dan
kami bawa ke Bali sebagai persiapan sewaktu-waktu bila rumah jabatan yang kami
tempati beralih kepemilikan.
credit. rumah kayu inspirasi |
Namun niat kami mendapat tentangan dari mertua pada awalnya.
Mereka menyarankan agar kami tidak usah dulu memikirkan rumah. Kemanapun berdinas,
suami saya pasti mendapatkan rumah dinas. Andai mempunyai uang, sebaiknya uang
itu ditabung saja sebagai bekal hari tua. Setelah mengetahui kenyataan yang
kami hadapi, akhirnya merekapun menyetujuinya.
Membuat rangka rumah kayu ternyata butuh biaya banyak. Kami harus
kembali merogoh kocek yang lumayan menguras tabungan demi sebuah rumah kayu.
Namun,
akhirnya kami merasa lega, potongan rumah kayu yang menyerupai puzzle itu kami
simpan sebagai persiapan membangun rumah suatu saat.
Tetapi….manusia hidup memang tak lepas dari mimpi. Siapapun pasti
mempunyai sejuta mimpi dalam hidupnya, termasuk saya. Saya termasuk pemuja
mimpi, karenanya saya terus berjuang merajut mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan.
Dan hanya orang yang beranilah yang sanggup mewujudkan mimpinya.
Bermimpi itu gratis, tak dipungut biaya sepeserpun. Siapapun
berhak merenda mimpinya. Justru dengan semakin banyaknya mimpi, sayapun semakin
bersemangat meraihnya. Mimpi properti
adalah impian terbesar saya. Saya pernah terperanga dengan gurauan seorang
teman. Dia mengatakan, “masak kalah dengan anak-anak muda, mereka bekerja
keras, ulet dan tekun, sampai akhirnya bisa membeli rumah sendiri, bagus pula!”
Memang saya sudah mempunyai tabungan rumah kayu yang siap
saya dirikan kapanpun saya mau. Namun untuk membuatnya berdiri kokoh tentunya
masih butuh biaya. Rasanya kalimat teman saya membuat saya kembali berpikir. Orang
yang usianya dibawah saya sudah berhasil mempunyai rumah dengan kerja kerasnya.
Sementara saya? Lantas timbul keberanian saya untuk mengejar mimpi properti saya. Dengan persetujuan
suami akhirnya kami mengambil rumah secara kredit di daerah Malang. Rumah itu
untuk sementara waktu kami jadikan sebagai investasi. Saya bersyukur saat ini
rumah itu sudah dikontrak orang, sehingga tiap tahun ada penghasilan tambahan
dari kontrak rumah.
rumah investasi di Malang |
Sekali lagi mimpi saya tak cukup sampai disitu. Seperti layaknya
manusia hidup, sayapun belum puas dengan satu mimpi. Saya melihat teman sekolah
yang sukses dengan bisnisnya. Ada yang berbisnis kuliner, laundry, budidaya
ikan dan sebagainya. Yang membedakan saya dengan mereka, mereka adalah pegawai
negeri, sementara saya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Namun saya yakin, tak ada yang bisa
menghalangi ibu rumah tangga untuk terus bermimpi.
Melihat kesuksesan teman saya, seolah memacu semangat saya
untuk terus menggapai mimpi properti saya. Saya bukan iri pada keberhasilan mereka, namun lebih termotivasi dengan jiwa
dan semangat bisnis mereka. Apalagi dalam obrolan di sebuah WhatsApp Group,
ketika saya share gambar “abon gulung khas Papua” dan “mukena Bali”. Sempat mencuat
topik bahasan yang menarik tentang siapa pembuat abon gulung dan mukena Bali.
abon gulung khas Papua |
Seperti abon gulung, meski khas Papua tentunya pencetus dan
pembuat oleh-oleh itu bukan asli orang Papua. Demikian juga dengan mukena Bali.
Ternyata mukena itu dijahit oleh orang Jawa yang hijrah ke Bali. Bisa jadi
tempat produksinyalah yang menjadi penyebab oleh-oleh itu terkenal di
daerahnya.
Apalagi ketika saya mengunjungi pusat oleh-oleh terkenal di
Bali, saya makin terinspirasi ingin mewujudkan mimpi properti saya. Dan memang benar, usia seperti saya saat ini,
harus berani berjuang demi masa depan keluarga, demi kebahagiaan orang-orang
yang saya cintai.
credit. mukena Bali |
Terus terang sampai detik ini saya belum bisa membahagiakan
ibu. Saya tak ingin kehilangan momen kebersamaan dengan ibu sebelum saya bisa
mewujudkan impian saya. Mungkin ibu saat ini sedikit lega, karena rumah masa
kecil saya yang kini ditempati beliau perlahan-lahan saya renovasi dengan dana
seadanya. Namun saya masih sedih ketika melihat ibu masih berjuang demi
kehidupannya.
rumah masa kecil saya |
Sementara disisi lain, banyak saudara suami saya yang hidup
serba kekurangan. Saya ingin terus membantu mereka dengan segenap kemampuan
saya. Untuk itulah mulai detik ini saya ingin mewujudkan mimpi properti saya. Jalan
satu-satunya saya dan suami harus mengencangkan ikat pinggang dan menggemukkan
tabungan.
Lalu apa mimpi properti saya?
Masih tetap seperti semula. Saya ingin mempunyai tanah yang
luas dan dibangun rumah kayu mungil didalamnya. Rumah itu adalah rumah utama,
tempat keluarga kecil saya berteduh. Sama seperti rumah-rumah lain, rumah
impian saya terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, kamar mandi,
kamar tidur dan satu ruangan khusus untuk saya jadikan inspirasi menulis. Rumah
itu dikelilingi kayu dan kaca sehingga mendapat pencahayaan alami dengan banyak
fentilasi yang membuat semua ruangan terasa sejuk dan segar.
sumber gambar disini |
Di sekeliling rumah saya buat taman yang hijau dengan aneka
bunga yang wangi, sehingga ketika jendela kamar saya buka, bau bunga itu
semerbak hingga masuk ruangan. Lalu saya buat pagar pendek mengelilingi tanah
yang luas.
Bagaimana bila ada saudara, teman atau kerabat yang
menginap?
Mimpi properti saya
bukan hanya sampai disitu. Tanah yang luas itu saya bagi menjadi beberapa
bagian. Ada beberapa rumah yang saya bangun terpisah di sisi kiri – kanan rumah
utama. Bangunan itu sama mungilnya dan lengkap dengan kamar tidur, dapur dan
kamar mandi. Namun bukan berarti bangunan itu benar-benar terpisah dari rumah
utama, masih ada jalan penghubungnya atau lampu penerang yang menerangi satu
bagian dengan bagian lainnya. Rumah-rumah itulah yang saya jadikan rumah
penampungan bagi siapa saja yang ingin bermalam di rumah saya.
sumber disini |
Satu hal lagi, mimpi properti saya adalah ingin sukses di tanah kelahiran. Saya asli Blitar, dan Blitar
terkenal karena makam Bung Karno ada disana. Bahkan keunikan beberapa daerah
lainnya, menjadikan Blitar menjadi kota wisata. Begitu melihat model dan tata
ruang oleh-oleh khas Bali, sayapun terinspirasi ingin mengembangkan oleh-oleh
khas Blitar.
sumber disini |
Meski tergolong kota yang masih sepi, namun Blitar mempunyai
banyak potensi. Banyak home industri tercipta disana, seperti pengrajin kayu,
pengrajin batik, aneka oleh-oleh berbahan hasil laut, kuliner khas Blitar dan
masih banyak lagi. Mimpi properti saya adalah ingin mendirikan pusat oleh-oleh khas Blitar yang menghimpun
berbagai ciri khas tiap-tiap daerah di Blitar. Saya akan keliling ke seluruh
kota dan desa di Blitar guna mencari tahu apa saja kekhasan mereka, termasuk
makanan, hasil karya/kerajinan dan sebagainya.
sumber disini |
Setelah saya buat daftar ciri khas masing-masing daerah,
lalu saya akan menawarkan kerjasama dengan mereka. Dengan kata lain saya akan
meminta para pembuat makanan atau kerajinan di daerah masing-masing untuk
menitipkan barang dagangannya ke toko saya dengan sistem bagi hasil. Untuk itu
guna menampung barang dagangan dan proses produksi, mimpi properti saya selanjutnya adalah membangun satu rumah lagi di
belakang rumah utama, yang saya namakan rumah produksi.
Untuk merealisasikan tempat penjualan oleh-oleh khas Blitar,
saya akan membeli tanah yang tempatnya cukup strategis untuk dikunjungi para
wisatawan, baik dari Blitar maupun luar Blitar. Tempat itu akan saya bangun
beberapa bagian yang terdiri dari tempat aneka kerajinan, aneka tas dan batik,
aneka kaos, aneka makanan atau oleh-oleh khas daerah masing-masing. Sedang satu
bangunan khusus saya bangun untuk tempat wisata kuliner. Disitu merupakan
tempat para wisatawan memanjakan lidah dengan
masakan tradisional khas daerah-daerah di Blitar, lengkap dengan ruangan untuk
pertemuan.
Disamping itu akan saya buat tempat bermain anak seperti
ayunan, mandi bola dan sebagainya. Tak lupa ada mushola dan kamar mandi. Sedang
halaman parkir akan saya buat sedemikian rupa agar semua kendaraan pengunjung
dapat tertampung disitu. Semua ini adalah bagian dari mimpi properti saya.
Lalu apa tujuan mimpi properti saya?
Ketika mimpi itu saya bangun, tentu ada maksud tertentu
dibalik mimpi saya. Tanah luas dengan bangunan rumah kayu mungil sebagai rumah
utama, di samping kiri-kanan adalah rumah penginapan dan di belakang rumah
produksi. Sementara di tempat lain adalah pusat penjualan atau tempat bisnis,
yang suatu saat dapat dikembangkan menjadi beberapa cabang tentunya bertujuan
demi masa depan.
Saya ingin masa depan anak saya cemerlang, artinya saya bisa
mewujudkan cita-cita anak saya tanpa adanya hambatan. Saya juga ingin masa tua
saya mempunyai jaminan, sehingga saya tak lagi menumpang kebahagiaan milik anak
saya. Selain itu saya ingin membahagiakan ibu saya. Saya juga ingin mengajak
saudara, kerabat, teman atau siapa saja bergabung dan bekerjasama memajukan
bisnis demi masa depan mereka. Saya bahkan ingin menampung semua teman entah
itu teman SD, SMP, SMA atau teman kuliah yang ingin mengadakan reuni, akan saya
sediakan tempat untuk mereka, agar mereka tidak lagi kebingungan menyewa tempat
reuni, termasuk hidangannya.
Mungkin mimpi properti saya tak bisa diwujudkan dalam sekejap. Butuh kerja keras yang panjang dan
semangat untuk merealisasikan. Saat ini saya dan suami tengah berjuang
mengencangkan ikat pinggang demi menggemukkan tabungan. Semoga mimpi saya tak
terlalu jauh, saya akan terus memperjuangkannya demi masa depan. Karena saya
yakin, semua pasti indah pada waktunya.
Yuk segera bangun mimpi Anda, berjuanglah untuk mengejarnya, dan jangan lupa ikuti
"Event Kontes Blog Mengejar Mimpi"
9 Komentar
Semoga tabungannya cepat gemuk dan impiannya segera tercapai :)
BalasHapusamin terima kasih mas
HapusRumah dinas kok diperjual belikan. Emang gak ada sangsi dari instasinya, Mbak Yuni? Oh ternyata dapat rumah dinas juga perlu pengornan ya :)
BalasHapusBersyukurlah Mbak....sudah terpikirkan untuk memiliki rumah sendiri walaupun kini masih tinggal di rumah dinas... Ada seorang temanku yang tinggal di rumah dinas tetapi ketika rumdin itu akan ditarik kembali oleh pemerintah dia dan beberapa orang komplek rumdin itu resah...menolak untuk ditarik kembali dengan alasan tak ada tempat tinggal lagi... Lalu akupun berfikir...lho koq bertahun2 menempati rumdin mereka terlena dan lalai menyiapkan kehidupan masa depan setelah tak lagi aktif berdinas... Untunglah temanku itu segera mencari rumah sesuai kemampuan secara kredit... Sejak saat itu temanku tak lagi gelisah setiap ada issue rumdin itu akan ditarik pemerintah...
BalasHapusRumah mimpinya bagus bgt, maakkk..
BalasHapusSuka bgt sama rumah kayunya mbak.. homy banget. Semoga tercapai semua impiannya :)
BalasHapusSemoga berhasil
BalasHapusMemiliki rumah kayu sama dengan mendukung program go green. Sukses mbak Yuni!
BalasHapusRumah kayunya cantik, Mba. Nanti, sampingnya dikasih gazebo2 mungil juga yoo. Apiik. . .
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...