“Nduk….kemarilah, ini ada masmu!”
Aku hanya diam tak bergeming. Otakku terus berputar. Kata “masmu”
yang sempat diucapkan ayah membuatku terus mencari celah penerangan tentang
siapa gerangan dia yang tengah berdiri disana. Tapi…percuma saja, semuanya
gelap. Bahkan ayahpun terlanjur mendekatiku bersama lelaki itu.
“Ini lho nduk masmu. Dia juga anak ayah. Namanya mas Heru. Ayah kan pernah cerita tempo hari.”
Aku tak mau menganggap pernikahan ayah dan ibu sebagai
hubungan sebab-akibat, disebabkan ibu tinggal serumah dengan keluarga ayah,
akibatnya ibu harus menerima lamaran ayah setelah istri pertamanya meninggal. Bukan juga secara kebetulan. Namun takdir Allah-lah yang menyatukan
hubungan ayah dan ibu dalam sebuah ikatan suci.
Kadang apa yang telah menjadi suratan takdir, tak bisa
diterima oleh mata manusia. Seperti lelaki itu, yang dulu selalu bermain
bersama ibu semasa gadis, tiba-tiba harus menerima kenyataan bahwa gadis itu kini menjadi ibu tirinya. Ia sempat menolak, bahkan pergi meninggalkan ayah bertahun-tahun lamanya.
Rupanya kedatangan lelaki itu tak lain hanya untuk meminta
bagian warisan kepada ayah. Ayah memang lelaki yang bijaksana. Beliau masih tetap peduli kepada anaknya
yang sudah lama melupakannya. Akhirnya karena anak ayah
ada tiga orang, dia, aku dan adik, beliau membagi warisannya menjadi tiga
bagian yang sama rata.
Yah…itu kenangan duapuluh tahun silam, ketika aku dan adik
masih kecil, ketika lelaki itu masih terlihat gagah. Bahkan ketika ayah masih
ada. Hanya satu yang masih kuingat tentang ayah, tentang petuah beliau yang
membuatku sadar.
“Biarkan masmu memilih jalan hidupnya.” Ayah tak akan
mencampurinya. Dulu
sebelum kalian ada (--aku dan adik), dia adalah anak satu-satunya
ayah, yang sangat ayah harapkan. Ternyata ia salah langkah, meninggalkan tunangannya dan terjerat cinta wanita yang tak tahu sopan santun itu. Sampai-sampai
ibunyapun sakit gegara memikirkan dia.
Tentang ibu…rupanya beliau mempunyai kenangan dengan
lelaki itu. Dulu mereka pernah tinggal serumah,
karena orang tua mereka sama-sama bersaudara. Nenek menitipkan ibu pada
keluarga ayah, agar bisa melanjutkan sekolah. Namun siapa sangka istri ayah
yang masih saudara dekat ibu meninggal lebih dulu. Demi balas budi, ibupun
menerima lamaran ayah. Sungguh sebuah liku-liku kehidupan yang telah diskenario
oleh-Nya.
Sejak pertemuan itu, aku memang berniat ingin menganggap
lelaki itu sebagai kakak. Namun, ternyata ada
dinding penyekat yang membuat kami jauh. Apalagi setelah ayah tiada, dia seolah
menghilang dari kehidupan keluarga besarnya. Aku tak tahu apa penyebabnya.
Tapi
nenek pernah bilang dengan lagak Jawa-nya:
“Masmu itu ibarat Kesrimpet
Bebed Kesandhung Gelung.” Sudah punya tunangan yang cantik, eee....malah pergi demi wanita yang jahat itu. Bahkan masmu tak berkutik dihadapan
wanita itu. Ia selalu tunduk pada perintahnya, sehingga yang dimaui wanita itu akan diturutinya.
Meski begitu aku masih berharap suatu saat bisa menjabat
erat tangan lelaki yang seharusnya kupanggil kakak. Sungguh aku tak ingin
memutuskan hubungan persaudaraan dengannya, meski istrinya menghalanginya.
Penantianku terasa begitu panjang. Bahkan aku
seperti putus asa, tak mau lagi berharap terlalu banyak. Aku masih ingat ketika
pernikahanku yang membutuhkan wali, karena ayah telah tiada. Iapun menolak
mentah-mentah, bahkan ia sempat berucap tak pernah mempunyai adik. Dan aku bisa
menerima keadaan itu.
Namun ketika adikku yang menikah, kejadian itu sempat
membuat geram semua orang. Adikku yang datang bersama calon suaminya, menghiba
agar lelaki itu bersedia menjadi walinya, ternyata tidak diijinkan masuk
rumahnya. Bahkan berulangkali gedoran pintu itu tak membuatnya bergerak untuk
membukanya. Berjam-jam mereka menunggu di teras rumahnya.
Hanya satu yang
membuatnya takut karena gertakan pak penghulu yang mengantar adikku:
“Pak Heru, kalau bapak tidak bersedia menjadi wali, atau
tidak mau menandatangani surat ini, itu artinya bapak sudah meninggal.” Kalau
begitu surat ini akan saya rubah dengan memberikan embel-embel “almarhum”
didepan nama bapak.”
Sontak lelaki itu keluar dari dalam rumahnya untuk
menghampiri selembar surat, setelahnya ia bubuhkan tanda tangan diatasnya. Sayang, ia bak robot yang digerakkan oleh pemiliknya, kapasitasnya hanya untuk menandatangani,
tanpa basa-basi langsung kembali dan mengunci rapat-rapat pintu rumahnya. Sungguh memilukan.
Dan lebaran tahun ini adalah lebaran teristimewa untukku. Bukan
saja aku bisa pulang mengunjungi kampung halaman untuk bertemu ibu dan nenek, bahkan keinginanku dikabulkan Allah. Tanpa kuduga aku bisa bertemu
dengan lelaki itu di rumah nenek. Padahal sebelum lelaki itu datang nenek
sempat berucap kalau ia sering datang ke rumah nenek setiap lebaran.
Begitu nenek selesai bicara, datanglah sepasang suami istri
yang terlihat sangat renta. Sang istri dengan balutan busana muslim terlihat tengah memapah suaminya yang tampak tidak sehat. Rambutnya memutih,
sorot matanya tajam menghunjam memandang kami. Tiba-tiba nenek berteriak:
“Heru……”!
Semua terjadi begitu cepat. Kami tersekat dalam diam dan kaget. Namun kami
bisa berjabat tangan dan mengumbar senyum, meski tanpa tatapan mata. Bahkan lelaki
itu masih mau mengelus rambut anakku. Sekali lagi, air mataku tak bisa
kubendung. Rasa harupun menyelimuti hatiku. Meski setelahnya mereka lekas berlalu undur diri.
Kesrimpet Bebed Kesandhung Gelung adalah pepatah Jawa yang artinya terjerat bebed (kain jarik) tersandung gelung (konde), dengan kata lain "bebed" dan "gelung" itu identik wanita itu sendiri, jadi secara keseluruhan dapat diartikan sebagai peristiwa terjeratnya seorang pria (biasanya telah mempunyai pasangan) pada wanita lain (gadis/janda/ibu rumah tangga), yang berakibat rusaknya hubungan kekeluargaan, harta benda yang habis atau kehilangan pekerjaan.
25 Komentar
Seneng ya mbak bisa ketemu sodara lg meskipun cuma sesaat. Semoga sukses ngontesnya ;)
BalasHapusseneng banget mbak, karena bertahun-tahun saya mengharapkannya, terima kasih
HapusKalau bahasa sekarang, STI, suami takut istri ^_^
BalasHapusKeren nih GAnya mas Belalang Cerewet, jadi dapat kosakata baru dari para pesertanya.
Sukses ya, mbak Yuni :)
ya semacam itulah mbak Indah...laki-laki yang menurut apa kata istrinya, bahkan tak berani berkutik dihadapan istrinya......terima kasih
HapusAkhirnya dipertemukan juga yah mak sama sang kakak :))
BalasHapusCeritanya semacem memutus tali silaturahmi ya, sayang banget..
btw, goodluck ngontesnya mak ^^
ya begitulah...ia terpaksa memutuskan hubungan persaudaraan demi wanita yang dicintainya..
HapusKalau Kesrimpet dan Kesandhung saya tahu artinya. Tapi kalau Bebed dan Gelung itu apa, ya, Mbak?
BalasHapusBebed itu kain jarik mas, atau sarung tapi yang tidak dijahit, pernah dengar bebedan sarung? artinya tubuhnya dililit atau dibalut sarung....kalau gelung itu semacam konde, orang jaman dulu bilang gelungan tapi kalau sekarang kondean hehehe
HapusSetuju dengan pendapat Makpuh. Termasuk ISTI berarti :)
BalasHapushehehe...mirip itulah mak
Hapusbukan, ini mah ISTIKOMAH.....
BalasHapusISTI, ikatan suami takut istri ikut komando dari rumah
keren.....keren istilahnya mak Tanti, catet ah hahaha....
Hapuslika liku kehidupan ya mba... Semoga yg terserak bisa kembali bersatu. Semoga sukses ngontesnya ya...
BalasHapusya bener.....amin terima kasih ya mbak
Hapusgitu... Nurutnya ama istri ya... Isti bingits... He2
BalasHapusSukses GA nya mba...
hehehe....iya mba bener banget...makasih ya
Hapusgitu... Nurutnya ama istri ya... Isti bingits... He2
BalasHapusSukses GA nya mba...
mirip sinetron tapi nyata ya mbak :)
BalasHapushehehe...bener mbak ini kisah nyata
HapusWahahaha unik nih. Nanti bisa bisa muncul Komunitas baru. Komunitas Suami Takut Istri alias disingkat jadi STI. Udah keren singkatannya. Udah mirip nama Kamus.eh salah Kampus wahahahahahaa
BalasHapusyang unik yang mana mas? ceritanya, pepatahnya atau istilahnya hehehe.......
HapusJadi Mas Heru ini beda ibu ya, Mbak? ;-)
BalasHapusPasangan hidup, sebentuk pilihan. :D
BalasHapusAlhamdulillaah masih bisa bertemu dg kakak ya, Mba.
wah luar biasa ya makna dari kesrmpet bebed kesandung gelug ini, saya sebagai orang jawa malah nggak tahu hehehe dan baru setelah baca artikel ini :D
BalasHapustakdir itu sudah digariskan, kalau sudah takdir pasti akan dipertemukan
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...