Sobat blogger.....
Sepertinya ini sebuah cerita basi, yang sempat menumpuk di otak akhir-akhir ini. Tapi demi merefresh otak saya yang mulai rada-rada error, akhirnya saya bagikan di blog ini. Yah...siapa tahu cerita ini membuat sobat tertarik untuk membacanya, atau mengintip resepnya hihihi....
Dua minggu yang lalu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, saya juga kebagian daging sapi dari masjid. Sebuah tradisi bagi-bagi daging kurban memang setiap tahun dilakukan di masjid kompleks kami. Meski kami hanya kaum minoritas, namun antusiasme muslim di sekitar kami begitu tinggi. Semua umat muslim di kompleks kami mendapat bagian daging, tak terkecuali warga muslim diluar kompleks.
Nah, yang sempat membuat saya tidak enak hati adalah tetangga-tetangga saya yang bukan muslim. Mereka mempertanyakan mengapa tidak kebagian daging kurban. Dulu ketika saya masih tinggal di dalam asrama, semua warga asrama mendapat bagian daging kurban ketika Hari Raya Idul Adha, tanpa membedakan agama. Bisa jadi kompleks yang saya tempati mengutamakan umat muslim, sehingga dengan terbatasnya jumlah daging kurban mengakibatkan warga non muslim tidak kebagian daging.
Demi mempererat tali persaudaraan, akhirnya saya masak daging yang saya dapat dari masjid. Meski bukan orang Makassar, tetapi saya suka sekali dengan cotto Makassar. Berulangkali saya sukses memasaknya. Nah, karena di kompleks saya menu cotto jarang ditemukan, maka saya coba memasaknya.
Begitu semuanya selesai, barulah saya undang para tetangga yang notabene non muslim. Merekapun satu persatu mencicipinya. Ternyata sungguh diluar dugaan saya. Cotto Makassar yang menjadi makanan pertama mereka, karena baru pertama kali merasakannya, nyatanya pas di lidah. Anak-anakpun bolak-balik nambah karena rasa burasnya yang gurih dan kuah cottonya yang seger.
Bahkan, beberapa ibu sempat mencatat resep masakan saya. Mereka akan mempraktekkannya di rumah. Wihh....serasa mendapat pujian hari itu. Tapi sumpah...dengan cotto Makassar jalinan persahabatan kami makin akrab. Mereka jadi tahu mengapa masjid tidak mau bagi-bagi daging kepada mereka, itu semua karena persediaan daging tidak mencukupi. Dan demi cotto Makassar tidak ada lagi sebuah perbedaan, meski itu perbedaan agama. Kami merasa satu, menjalin persahabatan yang erat.
Nah...pengen tahu resep Cotto Makassar? Yuk simak disini...
Bahan Cotto:
Sepertinya ini sebuah cerita basi, yang sempat menumpuk di otak akhir-akhir ini. Tapi demi merefresh otak saya yang mulai rada-rada error, akhirnya saya bagikan di blog ini. Yah...siapa tahu cerita ini membuat sobat tertarik untuk membacanya, atau mengintip resepnya hihihi....
Dua minggu yang lalu bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, saya juga kebagian daging sapi dari masjid. Sebuah tradisi bagi-bagi daging kurban memang setiap tahun dilakukan di masjid kompleks kami. Meski kami hanya kaum minoritas, namun antusiasme muslim di sekitar kami begitu tinggi. Semua umat muslim di kompleks kami mendapat bagian daging, tak terkecuali warga muslim diluar kompleks.
Cotto Makassar yang yummy..... |
Nah, yang sempat membuat saya tidak enak hati adalah tetangga-tetangga saya yang bukan muslim. Mereka mempertanyakan mengapa tidak kebagian daging kurban. Dulu ketika saya masih tinggal di dalam asrama, semua warga asrama mendapat bagian daging kurban ketika Hari Raya Idul Adha, tanpa membedakan agama. Bisa jadi kompleks yang saya tempati mengutamakan umat muslim, sehingga dengan terbatasnya jumlah daging kurban mengakibatkan warga non muslim tidak kebagian daging.
Demi mempererat tali persaudaraan, akhirnya saya masak daging yang saya dapat dari masjid. Meski bukan orang Makassar, tetapi saya suka sekali dengan cotto Makassar. Berulangkali saya sukses memasaknya. Nah, karena di kompleks saya menu cotto jarang ditemukan, maka saya coba memasaknya.
Begitu semuanya selesai, barulah saya undang para tetangga yang notabene non muslim. Merekapun satu persatu mencicipinya. Ternyata sungguh diluar dugaan saya. Cotto Makassar yang menjadi makanan pertama mereka, karena baru pertama kali merasakannya, nyatanya pas di lidah. Anak-anakpun bolak-balik nambah karena rasa burasnya yang gurih dan kuah cottonya yang seger.
Bahkan, beberapa ibu sempat mencatat resep masakan saya. Mereka akan mempraktekkannya di rumah. Wihh....serasa mendapat pujian hari itu. Tapi sumpah...dengan cotto Makassar jalinan persahabatan kami makin akrab. Mereka jadi tahu mengapa masjid tidak mau bagi-bagi daging kepada mereka, itu semua karena persediaan daging tidak mencukupi. Dan demi cotto Makassar tidak ada lagi sebuah perbedaan, meski itu perbedaan agama. Kami merasa satu, menjalin persahabatan yang erat.
Nah...pengen tahu resep Cotto Makassar? Yuk simak disini...
Bahan Cotto:
- 1/2 kg daging sapi
- 1/2 kg tulang sapi
- 1/4 kg hati sapi
- 1/4 kg kacang, bersihkan lalu goreng
- 3 batang sereh
- 3 butir bawang putih
- 1 cm jahe
- 1 cm lengkuas
- 2 butir kemiri
- 2 lembar daun salam
- 1 sdt kemiri
- 1 sdt jinten
- 1 sdm garam
- 1 sdt gula
- 2 batang daun bawang, potong serong
- 2 buah jeruk nipis sebagai perasan
- krupuk
- bawang goreng
- daun seledri
- kecap manis
- sambal
Bahan buras :
- daun pisang secukupnya
- tali rafia
- beras 1/2 kg
- santan dari 1 butir kelapa yang agak muda
- garam secukupnya
Cara Membuatnya:
Cotto
- Rebus daging dan hati hingga empuk, lalu potong kecil-kecil dan sisihkan.
- Kacang yang telah digoreng lalu tumbuk halus.
- Haluskan bumbu-bumbu: bawang putih, kemiri, ketumbar, jahe, jinten.
- Keprek lengkuas dan batang sereh.
- Tumis bumbu halus dengan sedikit minyak, tambahkan lengkuas dan sereh keprek, serta daun salam sampai harum.
- Buatlah air kaldu dengan memasukkan tulang daging dan air bekas rebusan daging. Bila perlu tambahkan air biasa.
- Masukkan bumbu yang telah ditumis dan tambahkan kacang goreng halus sedikit demi sedikit.
- Tambahkan daun bawang yang telah diiris, garam dan gula.
- Biarkan mendidih lalu angkat.
Buras
- Cuci bersih beras, lalu tambahkan air dan masak didalam panci, aduk-aduk hingga air berkurang dan beras agak empuk.
- Tambahkan santan dan garam, aduk kembali hingga air habis.
- Angkat dan siap dicetak.
- Siapkan daun pisang, ambil dua sendok nasi dan bungkus menyerupai nagasari.
- Bila telah jadi dua bungkus lalu ikat dengan tali rafia. Demikian seterusnya, lalukan sampai habis.
- Siapkan dandang besar, isi air setengahnya dan panaskan air.
- Bila air telah panas, masukkan buras. Rebus buras dalam dandang hingga matang, kuranglebih 30 menit.
Cara menghidangkan:
- Sediakan mangkuk, ambil satu buah buras dan taruh didalam mangkuk.
- Tambahkan daging dan hati sapi yang telah dipotong.
- Jangan lupa tambahkan daun seledri dan bawang goreng.
- Siram semuanya dengan kuah cotto.
- Tambahkan perasan jeruk nipis, kecap manis dan sambal.
- Bisa juga ditambah kerupuk.
Nah, bagaimana sobat? Mudah bukan resep Cotto Makassar.....mari kita mempererat jalinan persahabatan antar tetangga di sekitar dengan kegiatan yang membangkitkan rasa kebersamaan.
2 Komentar
Antara cotto dan soto, beda jauh tidak mbak?
BalasHapusSeringkali mikirnya kalau di makasar namanya cotto kalau di sini soto.. hehe
Kuahnya mirip soto kudus ya mbak?
Tapi isiannya ini lebih variatif.. :)
makanan favorit saya kalau ke Sulawesi, tapi kalau bikin sendiri mah ga bisa :)
BalasHapuspernah beli di luar Sulawesi tapi rasanya beda
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...