Bahagia rasanya memiliki keluarga kecil yang saling
menyayangi. Semua ini tak lepas dari campur tangan antara ibu dan ibu mertua
saya. Meski kami dipertemukan dalam sebuah perjodohan, namun saya menganggap
semua ini sebagai skenario Allah yang digarikan untuk kehidupan saya. Hanya
sujud syukur kepada-Nya lah yang bisa saya ungkapkan atas nikmat yang luar
biasa indah ini.
Bersyukur kehidupan rumah tangga kami aman dan damai hingga
saat ini. Kami saling terbuka, percaya dan saling menghormati. Bahkan jalinan
kami dengan orang tua semakin akrab. Saya menganggap ibu mertua sama seperti
ibu saya sendiri. Demikian juga suami saya. Tak jarang kami sharing tentang
berbagai hal kepada beliau, meski kami tinggal jauh di luar pulau.
foto bersama mertua (bapak dan ibu) dan kakak ipar, minus suami |
Tentang sosok ibu mertua, beliau menjadi salah satu
inspirasi saya. Seorang pensiunan guru yang sangat ulet dalam memperjuangkan
hidupnya. Berkat kegigihannya dalam berjuang, kini beliau telah memetik
hasilnya. Hamparan sawah luas yang ditanami padi atau sepetak rumah yang telah
direnovasi, merupakan sebagian hasil usaha beliau. Beliau sangat menyayangi
ketiga putra-putrinya.
Meski suami saya anak bungsu, bukan berarti ia selalu
dimanja. Ibu mertua selalu bersikap adil pada ketiganya. Disaat suami saya
membutuhkan bantuan ibu, dengan sukarela beliau bantu semampunya. Demikian pula
dengan kedua kakaknya. Bahkan, beliau menganggap semua menantunya seperti anak
sendiri. Inilah yang membuat saya tidak pernah merasa canggung berhadapan
dengan ibu mertua.
Terus terang saya mengenal ibu mertua semenjak mengenal
suami. Bahkan sejak saat itu, saya berusaha menjalin hubungan yang lebih akrab
dengan beliau. Dalam prinsip saya, mencintai suami harus pula mencintai kedua
orang tuanya dan kehidupan yang melingkupinya. Ketika suami berbagi kebahagiaan
dengan saya, tak lupa sayapun menyisihkan kebahagiaan itu untuk mertua. Karena,
yang saya inginkan adalah keharmonisan dalam hubungan keluarga besar. Dan
syukur alhamdulillah melihat hubungan ibu saya dengan ibu mertua saat ini ibaratnya
sebuah hubungan yang sangat akrab, bagai satu ikatan keluarga.
Saya tidak ingin memutus hubungan silaturahmi dengan ibu
mertua. Meski tempat tinggal kami berjauhan, namun sebisa mungkin setiap libur
sekolah atau ketika lebaran tiba, saya sempatkan untuk pulang ke kampung
halaman. Kebetulan saya dan suami tinggal di kampung yang sama, sehingga liburan
ke kampung halaman menjadi salah satu prioritas utama yang tidak bisa kami
tinggalkan.
Lalu sedekat apa hubungan saya dengan ibu mertua?
Saat ini saya menetap di Bali bersama suami dan anak saya. Sementara
mertua saya tinggal di Blitar. Namun jauhnya jarak tidak membuat kami putus
hubungan. Seringkali kami berkirim khabar melalui handphone. Disitulah akhirnya
kami merasa dekat. Tak jarang ibu mertua mengirim oleh-oleh untuk cucunya,
seperti makanan kesukaannya atau lauk pauk kering. Inilah yang membuat saya
merasa begitu besar perhatian beliau kepada kami.
Beliau tidak pernah menganggap saya orang asing. Ketika libur
sekolah tiba, saya selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi beliau. Meski jarak
rumah kami berdekatan, namun tidak membuat saya enggan untuk mengunjungi ibu
mertua. Dalam suatu kesempatan ketika kami dapat berbincang bersama di teras
rumah, disitulah beliau sering memberikan wejangan. Petuah-petuah beliau
membuat saya belajar tentang arti kehidupan.
Bahkan, di dapur pun saya banyak belajar tentang resep
masakan. Ibu mertua saya terkenal jago masak. Bahkan, kalau boleh dibilang
mulai dari ibu mertua, bapak mertua sampai ketiga anaknya, semua jagonya masak.
Masakan mereka nikmat rasanya. Bersyukur saya mendapatkan suami pandai memasak.
Itu artinya ilmu jitunya menurun ke saya. Dan saya pun ketagihan memasak
hehehe.....
Pernahkah tidak sependapat dengan ibu mertua?
“Pernah.” Itu jawaban saya. Yang pertama ketika beliau tidak
cocok dengan masakan saya. Bayangkan, saya sudah capek masak satu panci besar. Maksud
hati ingin membuatkan menu spesial untuk ibu mertua, ternyata tanggapannya
hambar. Masakan saya beliau masak kembali dengan bumbu lain yang lebih kental
dan gurih.
Yang kedua, beliau tidak ingin melihat saya hanya menjadi
ibu rumah tangga biasa, yang sehari-harinya hanya mengurusi dapur dan keluarga.
Ibu ingin saya mempunyai sesuatu yang lebih, seperti menjadi pegawai kantoran
yang bergaji tiap bulan. Meski saya tunjukkan keberhasilan saya dalam
memenangkan lomba blog, namun beliau tidak bergeming. Prinsip beliau, wanita
yang sukses adalah wanita yang bekerja di kantor dan mendapatkan gaji setiap
bulan.
Lalu apa tanggapan saya?
Sejak awal menikah saya telah berkomitmen, sebisa mungkin
menjaga hubungan baik dengan ibu mertua. Kalau pun terjadi silang pendapat, itu
pun saya anggap sebagai hal yang biasa. Saya tidak pernah membantah, atau
membuat hubungan semakin renggang. Saya sadar, meski saat ini kapasitas saya
dan ibu mertua sama-sama sebagai seorang ibu, namun ibu mertua adalah sosok
yang harus dihormati. Karena beliau telah berjuang keras demi kesuksesan suami
saya.
Kehidupan yang melingkupi ibu mertua kala dulu dengan jaman
yang saya hadapi saat ini tentunya jelas berbeda. Bisa jadi beliau tetap
menganggap kami sebagai anaknya yang harus mengikuti cara pandangnya. Rasanya ini
pun wajar. Namun bila cara pandang beliau sudah tidak sesuai dengan kehidupan
jaman sekarang, bukan lantas kita memusuhinya.
Ketika beliau tidak cocok dengan masakan saya, saya pun kembali
bertanya kepada beliau tentang resep masakan yang menurut beliau enak. Dari sinilah
akhirnya saya belajar banyak hal tentang menu masakan kesukaan beliau. Dan ibu
mertua memang tidak pelit berbagi. Dari dapur inilah akhirnya sedikit banyak
saya praktekkan saran beliau.
Tentang saran ibu mertua yang menginginkan saya bekerja,
itupun tidak serta merta saya tanggapi dengan ketus. Perlahan saya jelaskan alasan
saya memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Diantaranya, saya ingin fokus
mendampingi anak, dan tidak ingin hidup terpisah dengan keluarga kecil saya. Prinsip
saya, apapun kehidupan yang membelenggu keluarga kecil kami, kalau kami dapat
hidup bersama dalam satu rumah, rasanya itulah kebahagiaan kami.
Terlepas dari silang pendapat itu, saya juga menunjukkan
bahwa hubungan keluarga yang kami bina baik-baik saja. Hingga beliau pun
akhirnya memahami apa yang kami rasakan. Beginilah cara saya berdamai dengan
ibu mertua. Setiap ada permasalahan, selalu kami selesaikan dengan kepala
dingin. Sebagai orang yang lebih muda, tentunya hanya sabar dan mengalahlah
yang membuat suasana menjadi tenang kembali.
Hadiah spesial dari ibu mertua yang sampai saat ini masih
saya simpan adalah sebuah liontin bergambar ka’bah. Liontin ini beliau beli
saat menunaikan ibadah haji tahun 2009. Beliau berharap dengan membelikan
liontin itu, kelak saya dan suami bisa menunaikan ibadah haji.....amin allahuma
amin. Inilah sebuah tanda begitu besar rasa sayang ibu mertua kepada saya. Beliau
tidak pernah membeda-bedakan antara anak kandung dengan menantu. Dan sudah
menjadi kewajiban saya untuk ikut membahagiakan beliau.
Melihat berbagai kasus tentang keretakan hubungan antara
menantu dengan mertua, membuat saya merasa miris. Haruskah hal ini terjadi? Bukankah
lebih baik kita berdamai dengan ibu mertua. Hal ini akan membuat hubungan kita
terasa semakin dekat. Bagi saya, ibu mertua bukanlah sosok yang harus ditakuti
atau diremehkan. Beliau sama seperti ibu kandung saya, karena beliaulah yang
melahirkan suami saya. Kalau saya mencintai suami saya, itu artinya saya juga
harus mencintai ibu mertua.
Tentang sikap dan tutur kata ibu mertua yang kadang membuat
kita tidak sepaham, tentunya bukan kepalan tangan atau permusuhan yang kita
kobarkan. Namun sebagai anak, yang merasa lebih muda, hanya sikap sabar dan
mengalahlah yang membuat suasana jadi tenang dan damai.
Selama ini, hanya inilah yang saya terapkan dalam menjalin
hubungan dengan ibu mertua. Ternyata....kami merasa semakin dekat. Ketika lama
tidak berjumpa, kami pun merasa rindu. Dan isak tangis kerinduan itu selalu
mewarnai setiap perjumpaan kami. Inilah cara saya berdamai dengan ibu mertua. Bagaimana
cara anda? Ceritakan keseruan Anda bersama ibu mertua, agar kita dapat berbagi
dan saling menginspirasi. Sesungguhnya, kita adalah kartini penerus bangsa. Kita
ada untuk berbagi. Selamat hari Kartini untuk emak-emak yang penuh inspirasi.......
11 Komentar
Ibu mertuanya yang mna mba? yang di atas apa yang dibawah
BalasHapusyang dibawah
BalasHapusamin ya mbak, saya turut mendoakan
BalasHapusselamat hari Kartini ya
BalasHapusmanisnya...meski berbeda pendapat tetap berusaha santun kepada ibu mertua ya mbak. saya tidak sempat punya mertua, jadi tidak punya cerita hubungan langsung dengan mertua.
BalasHapusSaya pernah dengar kalimat "lebih tua bukan berarti lebih pintar tetapi lebih bijka" jadi kalau menurut saya dengan dasar kalimat tadi ketika terjadi silang pendapat dengan ibu mertua jangan menggunakan penjelasan yang pintar tapi penjelasan yang bijaksana. Salam kenal, semoga hubungan dengan mertuanya makin harmonis. Dan selamat hari kartini, meskipun sedikit telat
BalasHapuswah aku gak nulis kemarin mbak wahtu hari kartini
BalasHapussetuju mbak Yuni, mending yang muda yang mengalah...
BalasHapussetuju mbak Yuni, mending yang muda yang mengalah...
BalasHapussetuju mbak Yuni, mending yang muda yang mengalah...
BalasHapusSaya doakan hubungan mbak sama mertua mbak selalu tetap terjaga dan harmonis. Salam kenal, senang bisa blogwalking disini :)
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...