“Biaya pendidikan sekarang mahal. Setara dengan harga mobil. Bayar pendaftaran, bayar SPP, bayar seragam, buku-buku dan sebagainya...hadeh, bikin saya pusing. Tapi ya mau gimana lagi. Terpaksa mengencangkan ikat pinggang demi anak.”
Setiap mendengar keluhan ibu-ibu
tentang biaya pendidikan anak, rasanya membuat saya ingin menghela nafas. Jaman
semakin maju, ditopang oleh tehnologi yang makin modern, otomatis biaya
pendidikan pun makin membumbung tinggi dari tahun ke tahun. Haruskah kita
menutup mata demi masa depan anak? Atau hanya mengikuti sebuah paradikma “yang
penting anak sekolah, beres.”
Sebagai orang tua, urusan
pendidikan anak menjadi salah satu kewajiban saya. Karena sayalah yang harus
mengantarkan anak-anak ke pintu gerbang kesuksesan. Barangkali yang menjadi
permasalahan saat ini adalah masalah biaya dan menentukan sekolah. Kadang
kalimat saling lempar, sindiran atau pro-kontra kerapkali menghiasi sebuah
percakapan tentang pendidikan anak-anak.
“Halah buat apa sekolah mahal-mahal, yang serba gratisan namun akhirnya sukses juga banyak. Sudah sekolah mahal, habis biaya banyak, ujung-ujungnya cuma jadi pengangguran. Buang duit percuma kan?”
Atau...
“Sayang bu anaknya tidak di sekolahkan di sekolah yang bertaraf internasional. Padahal ibu mampu dalam segi finansial, anaknya juga pandai.”
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini
boleh dikatakan tidak seimbang. Salah
satu contoh nyatanya adalah kondisi rumah tinggal yang tergambar jelas adanya
ketimpangan. Dimana ada satu kawasan
yang didominasi oleh deretan rumah besar dengan arsitektur indah yang
didalamnya lengkap dengan perabotan mewah.
Sebaliknya, masih banyak deretan rumah kardus atau rumah berpapan bekas
dengan kondisi memprihatinkan, minim
MCK. Sama sekali tidak mencerminkan sebuah rumah yang layak untuk
dihuni.
Mengutip sebuah artikel Anne Ahira tentang kondisi
perekonomian Indonesia saat ini dijelaskan bahwa: “Pendapat Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan
ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5 negara
Asia yang masuk ke dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima negara
Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India (urutan
ke-11), dan Korea Selatan (urutan ke-15). Indonesia kini mempunyai PDB mencapai
US$700 miliar. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per
tahun menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan
perkapita yang besar.”
Bila sebagian masyarakat Indonesia masih mengalami
kemiskinan, ini berarti ada ketimpangan
penyebaran dan pemerataan pertumbuhan ekonomi dari satu tempat ke tempat lain.
Hal inilah yang dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan memicu terjadinya
konflik. Kenyataan yang ada saat ini, sebagian masyarakat Indonesia cenderung
konsumtif dan bergaya hidup mewah. Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin
masih jelas terpapar. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
Bahkan pendidikan pun agaknya belum diterima secara
merata oleh seluruh anak-anak Indonesia. Mereka yang mampu secara finansial,
sanggup membiayai pendidikan anaknya secara maksimal, sementara bagi yang
kurang mampu? Bisa sekolah saja mungkin lebih dari cukup. Bahkan masih ada
anak-anak yang tidak bersekolah karena orang tuanya tidak mampu.
Inilah diperlukan sebuah sikap saling memberi dan
berbagi demi meningkatkan masalah perekonomian di Indonesia. Alangkah baiknya
si kaya merangkul si miskin dalam hal penggalangan dana pendidikan untuk
anak-anak yang kurang mampu. Mendirikan yayasan pendidikan, menjadi donatur
sebuah lembaga pendidikan atau menjadi orang tua asuh bisa jadi solusi untuk
membantu mensukseskan pendidikan agar merata sampai ke seluruh pelosok tanah
air.
Pendidikan bukan soal asal sekolah. Namun merencanakan
pendidikan yang tepat dapat mengantarkan anak-anak ke pintu kesuksesan. Bukan berarti
kita boleh memaksakan kehendak, yang seolah membuat anak sendiri sebagai robot
yang berjalan sesuai arahan kita. Kita harus punya prioritas dan tujuan yang
matang, selebihnya berikan kebebasan kepada anak. Yang terpenting bekal pendidikan untuk masa
depan anak itu harus ada.
Indonesia termasuk salah satu negara yang berpeluang
menjadi negara yang besar. Bisa jadi
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun akan meningkat tajam. Hal ini bisa
berdampak pada makin tingginya biaya pendidikan.
Menurut catatan aninbakrie.com dalam artikelnya yang berjudul “Tahun 2025
Indonesia akan Menjadi Negara Besar”, dia memaparkan bahwa: Dalam sebuah laporan riset bulan September
lalu, McKinsey Global Institute menyebut Indonesia akan menjadi 10 besar negara
dengan kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2030. Dalam laporan yang berjudul “The
Archipelago Economy : Unleashing Indonesia’s Potential” itu Indonesia ada di
peringkat ke tujuh. Jika benar terjadi nanti, maka ini akan jadi lompatan
besar, karena Indonesia saat ini (2012) berada dalam urutan 16 besar dunia.
Pemerintah
sendiri dalam Visi 2025 menargetkan Indonesia berada di peringkat 12 besar
dunia, dengan PDB sebesar US$ 3.8 trilyun. Meskipun 2025 itu tidak lama lagi namun
target ini diyakini akan tercapai. Lihat saja kondisi Indonesia 13 tahun yang
lalu jika dibandingkan dengan sekarang, terlihat kita telah mengalami
transformasi yang sangat signifikan.”
Bisa jadi kondisi perekonomian Indonesia 15 tahun
mendatang lebih stabil. Pertumbuhan ekonomi yang makin tinggi, ditopang oleh konsumsi
domestik yang tinggi. Bahkan Indonesia saat ini juga menjadi pasar yang
atraktif bagi penanam modal dan berbagai perusahaan ritel dunia. Kesiapan
sumber daya manusia yang kompetitif dan mempunyai wawasan global menjadi kunci
agar pengusaha daerah bisa menjadi tuan di daerahnya masing-masing.
Berpijak pada prediksi diatas, pendidikan termasuk
salah satu kunci utamanya. Diperlukan reformasi atau peningkatan agar Indonesia
selangkah lebih maju. Anak-anak sebagai
generasi penerus bangsa nantinya harus memiliki wawasan yang luas, baik
nasional maupun internasional. Dengan harapan agar mereka dapat bersaing secara
global.
Anak adalah harta berharga bagi setiap keluarga.
Itulah sebabnya saya sangat mengutamakan pendidikan anak. Sejak Fawaz masih berusia 1 tahun saya sudah
menabung untuk masa depannya. Apalagi kehidupan kami berpindah-pindah dari satu
pulau ke pulau lain. Otomatis saya harus merencakan biaya pendidikan ekstra
untuknya, termasuk biaya pindah sekolah.
Memang tak dapat dipungkiri besarnya biaya pendidikan
dari tahun ke tahun makin tinggi. Sejak duduk di bangku TK, saya sudah membuka
tabungan khusus untuk Fawaz. Namun melihat kenyataan yang ada, rasanya besarnya
nominal tabungan Fawaz belum tentu cukup untuk membiayai pendidikannya sampai
jenjang atas. Saya pun mulai mengencangkan ikat pinggang dan berhemat.
Dan sadar akan masa depan anak, akhirnya saya mencoba
berinvestasi. Maklum sebagai ibu rumah tangga, tentunya harus pandai mengatur
gaji suami dengan baik. Investasi jangka
panjang maupun investasi dalam bentuk asuransi pendidikan telah saya lakukan
demi masa depan Fawaz.
Mengapa harus asuransi pendidikan?
Dalam ilustrasi Perencanaan Pendidikan Si Kecil,
disebutkan bahwa,” asuransi pendidikan
akan memberikan manfaat proteksi, berupa perlindungan kepada pemegang polis
hingga berusia 99 tahun atau tergantung jenis produk asuransi jiwa. Jika anak
belum selesai sekolah hingga sarjana dan terjadi resiko kematian terhadap orang
tuanya, maka anak akan tetap memiliki dana untuk melanjutkan pendidikannya. Sementara
bonus manfaat investasi dari sebuah asuransi pendidikan akan diperoleh jika
porsi dana asuransi yang terkumpul terus berkembang dan memberikan hasil
positif.”
Banyak macam asuransi pendidikan yang dapat membantu
memenuhi biaya pendidikan anak. Salah satunya yang ditawarkan Morinaga
Chil-Go!. Melalui Program Bekal Masa Depan (BMD) Chil-Go! Ini Morinaga ikut
serta memfasilitasi dan membantu para orang tua untuk mempersiapkan dana
pendidikan anak sejak dini.
BMD Chil-Go! Merupakan salah satu langkah Morinaga
dalam mendukung gerakan #SiapCerdaskanBangsa yang ditujukan kepada para orang
tua untuk dapat berbagi stimulasi dan ide kreatif dalam mengembangkan
Kecerdasan Majemuk si Kecil sehingga menjadi Generasi Platinum yang
multitalenta. Inilah pentingnya mengikuti program BMD Chil-Go!.
Selain mempersiapkan dana pendidikan dalam bentuk
asuransi pendidikan, tentunya kita harus menghitung kisaran jumlah dana yang
dibutuhkan untuk membiaya pendidikan anak sampai selesai. Jangan buru-buru
bahagia lantaran sudah ada asuransi. Terus terang yang menjadi kekhawatiran
saya adalah persediaan dana pendidikan yang kurang. Sebuah survei yang
dilakukan terhadap sejumlah sekolah swasta di Jakarta menggambarkan rata-rata
biaya pendidikan di Indonesia naik sebesar 7% - 15% pertahun. Bisa jadi biaya pendidikan Fawaz 15 tahun
kedepan akan naik 8 – 10 kali lipat. Wow....bisa membuat pusing kepala kalau
tidak kita persiapkan secara matang.
Seringkali saya bertanya tentang cita-cita Fawaz. Ia
sempat menyampaikan niatnya untuk bekerja di bidang keuangan, dengan alasan
ingin membahagiakan saya dan ayahnya. Entahlah....rasa haru itu tiba-tiba
menyeruak dalam benak saya, manakala kalimat itu muncul spontan dari bibir
mungilnya. Sebagai orang tua, saya ikhlas membiayai pendidikan Fawaz, namun
bila cita-citanya seperti itu saya pun tetap mendukung dan mengupayakan kesuksesannya.
Melihat cita-cita Fawaz tentunya saya harus membuka
wawasan dan mencari informasi pendukung. Banyak sekolah berbasis keuangan
seperti STAN atau fakultas ekonomi diberbagai universitas. Sejauh ini menurut
pengamatan saya kuliah di fakultas ekonomi membutuhkan biaya yang sedikit mahal
dibandingkan fakultas-fakultas lainnya. Bukan hanya biaya pendidikan, biaya
penunjang lainnya seperti biaya sewa kamar (kost), biaya hidup bulanan, juga
harus diperhitungkan.
Tentunya tak ada kata menyerah demi anak. Meski hanya
sebagai ibu rumah tangga, bukan berarti tidak mampu menyekolahkan anak hingga
jenjang paling atas. Siapapun itu, tak peduli ibu rumah tangga seperti saya
atau wanita karier, tetap anak adalah nomor satu.
Makanya saya sependapat
dengan tips yang disampaikan oleh Mba Prita Hapsari Ghozie, SE, MCom,
GcertFinPlanning, CFP, QWP, tentang langkah-langkah mempersiapkan dana
pendidikan anak sebagai berikut:
1. Orang tua
sebaiknya mulai mendiskusikan pendidikan anak sejak anak masih dalam kandungan.
Terlebih dahulu dengan melakukan survei ke sekolah-sekolah atau datang ke
pameran pendidikan.
2. Sesuai pilihan
favorit orang tua dan anak, lakukan riset kebutuhan biaya pendidikan untuk
tahun ini. Pahami bahwa biaya pendidikan tahun ini kemungkinan besar akan
meningkat setiap tahunnya, sehingga saat anak masuk sekolah nilainya akan
bertambah besar.
3. Periksa tabungan
atau investasi yang sudah disiapkan. Apakah sudah cukup dengan kebutuhan dana
yang sudah dihitung? Bila jumlahnya masih kecil, secepatnya untuk merevisi
rencana dana pendidikan.
4. Pentingnya
memeriksa keuangan keluarga, apakah sudah terlindungi? Menabung dan
berinvestasi akan terasa mudah dijalankan oleh keluarga yang masih produktif
dan mendapatkan penghasilan. Disinilah pentingnya perlindungan asuransi jiwa
dalam perencanaan dana pendidikan.
Untuk menghitung kisaran dana yang saya butuhkan guna
menunjang pendidikan Fawaz sampai selesai, saya pun menggunakan kalkulator
finansial perhitungan dana pendidikan Si Kecil yang sudah disiapkan oleh
Morinaga Chil-Go!, yang dapat diakses melalui:
20 Komentar
biaya sekolah makin mahal, jadi emang dari sekarang mesti menyiapkan dana pendidikan buat masa depan anak. .
BalasHapusYa betul sekali mbak....
HapusAku belum nikah sih bund, masih single. Hehehe.. Tapi dari postingan bunda, aku jadi inget mama yang mempersiapkan biaya pendidikan adek pas mulai SMP. Mama bilang ini buat adek kuliah, dan prediksi mama tepat. Perekonomian keluarga pas adek masuk kuliah lagi g bagus, untung aja mama punya asuransi pendidikan yang udah dirintis dari jaman adek SMP. Alhasil, walaupun kondisi ekonomi lagi g stabil, adek tetep bisa kuliah
BalasHapusBersyukur ya mbak mamanya punya strategi yang bagus dan perencanaan keuangan yang matang sehingga saat kondisi susah adiknya tetap bisa kuliah....
HapusDuh kalau saja waktu dulu waktu masih saya sekolah sudah ada program ini mbak pasti bisa tenang deh kuliahnya, tapi ini bisa jadi pelajaran buat adik saya yang mau ke perguruan tinggi.
BalasHapusIya mas biaya pendidikan harus disiapkan sejak dini supaya bisa mengcover seluruh dana yang dibutuhkan sampai akhir pendidikan....
HapusAnakku masih kecil2 nih Mba, tapi udah mikirin banget tentang biaya pendidikan buat mereka. Sebagai orangtua pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya, dan hal itu mau tidak mau membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
BalasHapusHarus direncanakan matang2 dari sekarang nih.
Iya mba biaya pendidikan harus direncanakan sejak anak masih kecil, supaya hak mereka terpenuhi
HapusDana pendidikan ini penting banget untuk dipikirkan sejak dini. Karena dana pendidikan tiap tahunnya meningkat *hiks pucing pala incess..
BalasHapusIya mba melihat biaya pendidikan yang membumbung tinggi membuat kepala pusing. Sebagai orang tua jalan satu2nya adalah menyiapkan dana pendidikan sejak dini...
HapusBener mbak..dana pendidikan mmng beda jauh klo dibandingin ma jaman kita dulu yaa.. Jadi mmng harus direncanakan baik-baik. Klo aku antisipasinya anak-anak ikut asuransi pendidikan mb...tapi kayaknya juga ttp masih nombok..:-)
BalasHapusBtw, morinaga keren yaa..produsen susu tapi peduli juga dengan pendidikan anak negeri
Ya mba beda banget. Kisarannya juga jauh, dulu biaya pendidikan masih bisa diprediksi sekarang harus mikir jauh dan benar2 berhemat demi terpenuhinya hak pendidikan anak...
Hapussbg ortu bijak harus bisa memikirkan rencana pendidikan anak dari dini ya mb
BalasHapusBetul sekali mba...
HapusBisa jadi referensi nih,
BalasHapussalam kenal dan terima kasih Mbak
barusan dari blognya Mbak Mollyta Mochtar, nyasar ke sini, dan ternyata isinya menginspirasi juga.
Salam kenal kembali, alhamdulillah bila menginspirasi. Semoga bermanfaat
Hapushadiahnya bikin mupeeng yaa...
BalasHapuslumayan kan buat biaya pendidikan yg semakin hari terasa makin mihil yaa.
Semiga anak2 kita insyallah ada rezekinya
Iya teh Nchie hadiahnya bikin mupeng... Amin yra semoga ada rezeki untuk anak-anak kita....
HapusHadiah nya dahsyat sampai 3 milliar
BalasHapusIya hadiahnya lumayan untuk biaya sekolah
HapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...