Masyarakat Bali sangat menjunjung tinggi adat istiadatnya.
Berbagai upacara keagamaan yang digelar pun kerapkali mengundang decak kagum
bagi para wisatawan. Tak terkecuali keunikan yang ditonjolkan oleh sebuah desa
wisata yang ada di Bali. Salah satunya budaya yang diterapkan di Desa Wisata
Penglipuran. Sebuah desa yang lokasinya berada di ketinggian 600 – 700 meter
dari permukaan laut. Tepatnya berada di desa Kubu, kabupaten Bangli, propinsi
Bali. Sudah kebayang kan bagaimana sejuknya udara di desa wisata ini.
Meski tidak ada transportasi umum menuju desa wisata ini,
namun tidaklah sulit bagi para wisatawan untuk mengunjungi desa Penglipuran.
Terbukti dari tahun ke tahun jumlah pengunjung semakin bertambah. Bukan hanya
wisatawan mancanegara, namun wisatawan domestik juga memadati area desa wisata
ini. Selain lokasinya yang sangat mudah dijangkau oleh sarana transportasi,
baik kendaraan pribadi maupun sewa mobil, harga tiket masuknya pun terbilang
murah.
KATEGORI
|
INDONESIA
|
ASING
|
DEWASA
|
Rp.
15.000,-
|
Rp.
30.000,-
|
ANAK-ANAK
|
Rp.
10.0000,-
|
Rp.
25.000,-
|
Harga tiket masuk Desa Wisata Penglipuran tahun 2017
Mengingat tidak adanya sarana transportasi umum, maka cara
terbaik mengunjungi desa wisata Penglipuran bagi para wisatawan adalah
menggunakan jasa rental mobil lengkap dengan sopirnya. Hal ini bertujuan untuk
menghindari tersesat di jalan. Banyak
jasa rental mobil di Bali yang menawarkan paket wisata dengan harga bervariasi
sesuai pilihan pelanggan.
Memasuki obyek wisata Penglipuran, para pengunjung dilarang
membawa masuk kendaraan bermotor menuju desa wisata. Semua kendaraan, baik roda
dua maupun roda empat harus diparkir rapi di area parkir. Obyek wisata ini
mempunyai area parkir yang cukup luas
dengan biaya parkir yang sangat murah, yaitu Rp. 5.000,- per mobil. Bahkan,
letaknya pun berdekatan dengan obyek wisata. Para pengunjung diwajibkan
berjalan kaki menikmati keunikan dan keindahan yang ditawarkan oleh desa wisata
Penglipuran.
Keunikan Desa Penglipuran
Obyek wisata di
Bali memang masih kental dengan nuansa Bali bahkan belum terpengaruh oleh
perubahan modernisasi. Inilah yang menyebabkan tempat-tempat wisata di Bali
sangat unik. Justru keunikan ini mampu menjadikan Bali tetap menjunjung tinggi
kearifan lokal yang patut dilestarikan. Tak heran jika desa Penglipuran pernah
dinobatkan sebagai desa wisata di Indonesia oleh pemerintah daerah pada tahun
1995.
Berikut ini 7 keunikan yang dimiliki desa wisata Penglipuran:
- Konsep bangunan rumah menyatu dengan alam. Mengapa dikatakan demikian? Karena masyarakat desa Penglipuran tinggal di sebuah rumah yang bentuknya hampir sama. Antara rumah satu dengan rumah lainnya memiliki keseragaman bentuk, baik bangunan, pintu gerbang rumah, atap rumah maupun dinding rumah yang terbuat dari bambu. Menariknya, pintu gerbang tiap-tiap rumah dibuat sempit, hanya muat satu orang dewasa. Pintu semacam ini oleh masyarakat Bali disebut angkul-angkul. Bahkan bila kita menengok kedalam rumah, maka tata ruang rumah itu juga dibuat sama. Dimana letak kamar tidur, kamar mandi atau bahkan dapur semuanya sama. Cat tembok yang digunakan pun berbahan dasar tanah liat. Sementara untuk pagar, mereka tidak menggunakan pagar besi seperti kebanyakan rumah-rumah di Jawa, melainkan berpagarkan tembok yang beberapa diantaranya berhiaskan ukiran Bali.
- Bersih, rapi, sejuk. Inilah kesan pertama kali ketika mengunjungi desa wisata Penglipuran. Meski bangunan rumah masih menggunakan konsep tradisional, namun para pengunjung sangat betah berada disini. Pengaruh lokasi yang berada di ketinggian 600 – 700 meter dari permukaan laut, menyebabkan udara di desa Penglipuran ini sangat sejuk. Bahkan, karena lokasinya yang sangat bersih dan tertata rapi, membuat pemandangan di obyek wisata ini sangat menakjubkan.
- Budaya pengelompokan tata ruang desa. Bagian utara desa letaknya lebih tinggi dari rumah penduduk. Disitu terdapat pura desa yang disebut pura Penataran. Sementara dibagian tengah desa tepatnya di bawah pura merupakan pemukiman masyarakat desa Penglipuran. Desa Penglipuran dihuni oleh 226 kepala keluarga dimana mata pencaharian mereka adalah petani, peternak dan pengrajin anyaman bambu. Sedang bagian yang terakhir disebut setra atau kuburan. Meski masyarakat desa Penglipuran beragama Hindu, namun mereka tidak mengenal ngaben (upacara pembakaran mayat). Setiap ada warga yang meninggal langsung dikubur.
- Budaya menghormati alam. Luas desa Penglipuran sekitar 112 hektar dan tidak semua lahannya digunakan sebagai pemukiman penduduk. Kurang lebih 40% dari lahan desa dijadikan hutan bambu yang tidak boleh ditebang sembarangan tanpa ijin dari tokoh desa setempat.
- Budaya menghormati wanita. Desa ini menganut sebuah tradisi yang melarang pria untuk berpoligami. Hal ini semata-mata untuk menghormati para wanita. Dan bila ada seorang pria ketahuan berpoligami maka ia akan dikucilkan dari desa. Inilah hukuman yang diterapkan oleh desa setempat.
- Budaya hukuman untuk pencurian. Siapa saja yang tertangkap karena mencuri, hukumannya adalah memberikan sesajen di 4 (empat) pura leluhur mereka berupa 5 (lima) ekor ayam yang berbeda warna bulunya. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir tindak kejahatan berupa pencurian, sekaligus memberikan efek jera dan malu bagi pelakunya.
- Loloh cemcem. Salah satu minuman khas desa wisata Penglipuran ini adalah loloh cemcem yang dikemas dalam botol aqua 600 ml yang dibanderol dengan harga Rp. 5.000,- perbotol. Minuman ini tidak beralkohol sehingga aman dikonsumsi oleh siapa saja. Airnya berwarna hijau, rasanya unik, ada manis asam pahit dan sedikit asin, serta dicampur serutan kelapa muda. Sedangkan rasa nano-nano dari loloh cemcem ini merupakan perpaduan dari tamarin (asam), gula, garam dan daun cemceman. Minum ini dapat menyegarkan tenggorokan bila diminum dalam keadaan dingin. Bahkan, dipercaya mempunyai banyak khasiat, diantaranya: membantu menurunkan tekanan darah, melancarkan pencernaan, juga baik untuk ibu menyusui. Cara membuat loloh cemcem ini sangat mudah, daun cemcem dicuci bersih kemudian diremas atau dihaluskan, lalu ditambah air hangat. Setelah itu dicampur dengan kayu manis, daun sirih, jarak pagar, asam, garam, dan disajikan dengan serutan daging kelapa, air kelapa dan gula aren.
Itulah tujuh keunikan yang dimiliki desa wisata Penglipuran
yang mampu membuat para wisatawan betah berlama-lama berada di obyek wisata
ini. Sejujurnya Bali membuat setiap mata selalu ketagihan untuk berulangkali mengunjunginya.
6 Komentar
blogwalking, mba. Duh Bali di setiap sudutnya selalu menarik untuk dinikmati ya dan dijadikan bahan tulisan tentunya 😆. Salam kenal, mba :)
BalasHapusTerimakasih sudah berkunjung di blog saya, salam kenal kembali. Cerita tentang Bali seolah tidak ada habisnya, setiap sudutnya selalu menawarkan keindahan yang menakjubkan
HapusCukup murah nan terjangkau tiket masuknya ya, Teh, dan ini bisa jadi referensi kalau ke Bali. Semoga kesampaian bisa ke Bali :)
BalasHapusCakep yaa desa wisatanya, jadi lebih kenal dekat warga lokal
BalasHapusnice info
BalasHapusHalo. Salam kenal. Saya Ni Made Deni S R, mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian di Desa Wisata Penglipuran. Saya ingin bertanya seputar kunjungan Anda ke desa tersebut. Apakah Anda bersedia menjadi responden saya? Terimakasih.
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...