Bagiku, anak adalah anugerah terindah di kehidupanku. Entah,
apa jadinya bila jalan kehidupan yang terbentang ini tanpa ditemani seorang
anak laki-laki yang buatku amat menggemaskan. Ya….meski Allah hanya menitipkan
seorang anak laki-laki di keluarga kecilku, namun syukur itu tak pernah henti
kupanjatkan kepada Sang Maha Pencipta. Bahwa, aku telah mendapat kepercayaan
untuk merawat, mendidik, bahkan mencintai buah hatiku setulus hati.
Aku termasuk seorang ibu yang beruntung, yang bisa
mendampingi tumbuh kembang anak setiap saat. Karena kutahu, tak semua ibu mampu
melakukannya. Pun dengan anakku. Barangkali dia menjadi salah satu anak yang
berbahagia, karena selalu ditemani dan ditunggui ibunya dalam berbagai suasana.
Karena kuyakin masih banyak anak yang kurang beruntung, sehingga mengalami
berbagai hal yang kadangkala amat menyedihkan.
Demikian yang dikatakan Deddy Corbuzier di acaranya “Hitam
Putih” yang disiarkan di trans7. Bahkan, perjalanan panjang artis Venna Melinda
mengadopsi baby Vania Athabina, begitu menginspirasiku. Seorang artis yang juga
anggota DPR, mampu mencintai setulus hati seorang anak yang bukan darah
dagingnya, rasanya sungguh luar biasa.
Di lain kasus, artis Iis Dahlia dengan dua anaknya yang
sudah beranjak dewasa, juga mempunyai permasalahan sendiri. Sudah menjadi
tanggung jawab orang tua menjaga anak. Bukan berarti mereka selamanya akan
dikurung di rumah, atau dibawah pengawasan pembantu. Anak harus keluar rumah,
berinteraksi dengan dunia luar. Meski dunia luar kadang menbawa pengaruh buruk
bagi perkembangannya, namun mereka harus tetap bersosialisasi agar wawasannya
luas. Tugas orang tualah yang mengarahkan dan membimbing agar anak tidak
terjerumus dalam pengaruh buruk itu.
Ternyata, menjadi seorang ibu bukanlah pekerjaan yang mudah.
Dibutuhkan keikhlasan dalam hati untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah tanpa beban sedikitpun. Apalagi aku hanyalah ibu rumah tangga, yang
lebih banyak melihat dengan mata kepala sendiri tumpukan baju kotor di mesin
cuci, atau tumpukan setrikaan yang menggunung, atau bahkan sampah-sampah
berserakan di halaman rumah. Belum lagi rengekan anak yang minta ini-itu seolah
membuatku ingin berteriak. Barangkali kejadian yang berulang-ulang setiap hari
itu akan membosankan bila kita tidak ikhlas menerimanya.
Namun jangan salah, meski aku hanya mempunyai seorang anak,
tak pernah sedikitpun memanjakannya. Dia selalu kuajari bagaimana menjadi anak
yang mandiri yang tidak terus menerus bergantung pada orang lain. Kami adalah
keluarga perantau karena mengikuti dinas suami. Sama-sama asli Blitar tapi
berpindah-pindah tempat tugas. Hampir delapan tahun menetap di Jayapura –
Papua. Dan kini sudah memasuki tahun keenam berada di Denpasar, Bali. Sudah
barang tentu bukan perkara yang mudah. Terlebih soal anak.
Tinggal berpindah-pindah membuat anakku harus berulangkali
pindah sekolah. Seperti saat memasuki bangku sekolah TK, terpaksa harus dua
kali pindah sekolah. Di TK A masuk sekolah Islam, lalu di TK B masuk sekolah
Kristen. Begitu masuk bangku SD, dua kali pula harus berpindah sekolah. Awalnya
bersekolah di Jawa karena ayahnya masih menempuh pendidikan di Jawa. Tahun
berikutnya terpaksa harus pindah sekolah ke Bali dan mengikuti adat istiadat daerah
setempat.
Pertanyaannya!
“Apakah anak mampu mengikuti pelajaran dan bagaimana dengan
prestasi akademiknya?”
Jawabanku “mampu”.
Alhamdulillah meski berkali-kali harus pindah sekolah karena
keadaan, ternyata anakku mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru.
Bahkan untuk mata pelajaran yang diterimanya pun masih bisa diserap dengan
baik.
Tinggal di Papua yang mayoritas warganya beragama Nasrani,
dan di Bali yang mayoritas warganya beragama Hindu, kadang membuat kita takut
dengan perkembangan kejiwaan anak. Seringkali tetanggaku di kampung bertanya,
“apa tidak takut anaknya terpengaruh dengan budaya yang berlaku di Papua atau
Bali?”
Sekali lagi jawabku tentu “tidak”. Selama orang tua
menanamkan nilai-nilai agama sejak dini kepada anak, yakinlah bahwa anak tidak
mudah terpengaruh oleh budaya atau kepercayaan lain.
Sejak kecil, aku telah mengajari anakku (Fawaz) dengan
nilai-nilai agama Islam. Meski dulu pernah bersekolah di TK Nasrani, namun
setiap hari aku selalu mengajaknya ke masjid untuk melakukan sholat berjamaah
dan belajar mengaji. Bahkan di rumah pun masih kuupayakan untuk memanggil guru
ngaji agar anakku lebih mengenal agamanya dengan baik.
Begitupun saat tinggal di Bali seperti saat ini, agama tetap
menjadi prioritas utama untuk mendidik anak. Anakku bersekolah di sekolah
negeri. Namun aku tetap membimbingnya agar taat menjalankan ibadah, termasuk
sholat lima waktu dan mengaji.
Kalau boleh dibilang anakku ini ahli bahasa….hahaha…… meski
kedua orang tuanya asli Blitar tapi dia lahir di Jayapura, Papua. Sampai
umurnya 6 tahun logat bahasanya khas Papua. Namun begitu pindah ke Jawa Timur,
dia pun fasih berbahasa Jawa. Kini saat kami tinggal di Bali, ternyata dia bisa
bahasa Bali meski kurang lancar. Kadang suka cekikikan sendiri saat mendengar
Fawaz bercakap-cakap dengan temannya yang asli Bali.
Yang bikin melongo, ternyata dia mudah beradaptasi. Saat
mudik ke Blitar, bertemu dengan teman-teman sebayanya, bahasa yang digunakan
untuk berkomunikasi adalah bahasa Jawa. Namun ketika kembali ke Denpasar, Bali
dan bertemu dengan teman-temannya, bahasa Indonesia campur bahasa Bali-lah yang
digunakan.
Ternyata berpindah-pindah tempat tinggal tak membuat anakku
kesulitan mendapatkan teman. Dengan mudahnya ia memperoleh banyak teman, bahkan
seringkali mereka datang ke rumah meramaikan suasana rumah. Inilah yang
membuatku tidak khawatir akan pergaulan anakku.
💞Cara Tepat Mengungkapkan Cinta Anak
Anak laki-laki kadang malu memeluk atau mencium ibunya di
tempat umum, apalagi ketika ia sudah beranjak dewasa. Sejak kecil, aku dan
suami sudah mengajarinya untuk saling
menyayangi. Bahkan, tidak pernah sekalipun kami menunjukkan sikap permusuhan
didepan anak. Beberapa hal yang kuajarkan sejak kecil dan akhirnya berhasil
hingga saat ini, menambah rasa syukurku kepada Allah SWT karena diberikan anak
yang begitu manis dan penurut.
Dan cara yang tepat untuk mengungkapkan rasa cinta kepada
anak tidak harus dengan barang mewah. Anak merengek minta sepeda motor, lalu
dibelikan. Anak meronta minta handphone baru dengan harga mahal, lalu dituruti.
Itu bukan ungkapan cinta yang benar, namun malah menjerumuskannya ke pengaruh
buruk.
Ungkapan cinta yang benar tak lain adalah berusaha memberikan
pengertian, perhatian, kasih sayang yang tulus, mendampinginya dalam berbagai
kegiatan, bahkan mengajaknya berdiskusi dan mencurahkan segala keluh kesahnya,
tentu membuat anak merasa nyaman berada ditengah-tengah orang tuanya. Anak
bahkan akan semakin terbuka menceritakan segala permasalahannya dan menganggap
orang tua sebagai teman diskusinya yang tepat.
💞CARA TEPAT MENANGANI ANAK YANG SEDANG SAKIT
Meski tubuhnya terbilang gendut, namun Fawaz termasuk anak
yang aktif. Berbagai aktifitas dilakukannya bersama teman-temannya. Futsal,
sepak bola, berenang, dan bersepeda adalah rutinitas yang dilakukan Fawaz
diluar jam sekolah. Kadang aku khawatir dengan kesehatannya. Ingat waktu kecil
dulu, beberapa penyakit sering hinggap ditubuhnya.
Saat umur enam bulan, ia pernah alergi susu formula, akibat
ASI-ku kurang lancar. Sekujur tubuhnya melepuh dan berair. Ibu mana yang tidak
sedih, sementara suami sedang penugasan. Bukan itu saja, typus, malaria-pun
sempat menjangkiti tubuh Fawaz ketika kami masih tinggal di Papua.
Namun alhamdulillah semenjak tinggal di Bali, Fawaz makin
sehat. Hanya cuaca ekstrim yang kadang membuat daya tahan tubuhnya menurun. Flu
dan demam kadangkala menghinggapinya karena kurang memperhatikan makanan atau
minuman yang dikonsumsinya. Saat cuaca terik, sebotol teh pucuk dingin langsung
habis diminumnya. Awalnya terasa segar, namun lama kelamaan flu disertai demam
pun datang melanda.
Ya…namanya anak semata wayang, kadang manja itu masih timbul
dalam dirinya. Kalau badan terasa meriang, mata memerah dan kepala rasanya
pusing, pasti Fawaz akan merengek. Sudah pasti sebagai ibu, akupun merasa
sedih. Kadang sempat berujar….”kalau boleh meminta lebih baik penyakit itu
pindahkan kepadaku Ya Allah……”
Tapi, aku bukanlah ibu yang gampang panik. Ketika anak
sakit, langsung dilarikan ke UGD atau rumah sakit. Selama masih bisa kutangani
dengan baik di rumah, maka akan kurawat semaksimal mungkin. Untuk demam anak,
aku selalu sedia Tempra Syrup dengan rasa
anggur, yang mampu menurunkan panas dan meredakan nyeri.
Hal yang paling biasa kulakukan di rumah ketika anak demam,
yaitu: menemaninya berbaring di tempat tidur, mendekapkan, lalu menutup
badannya dengan selimut. Meski susah makan minum, namun aku berusaha memberinya
minuman hangat, seperti teh hangat atau sirup hangat. Lalu menyuapinya bubur
agar perutnya tidak kosong. Setelah itu barulah memberinya obat.
💞TEMPRA SYRUP PENURUN PANAS REDAKAN NYERI
Sebagai seorang ibu, aku selalu siap sedia, terutama dalam
hal obat-obatan. Untuk urusan demam anak, maka kusediakan Tempra Syrup rasa
anggur yang mampu menurunkan panas dan meredakan nyeri. Tempra Syrup cocok untuk anak usia 1 – 6
tahun, dengan komposisi setiap 5 ml Tempra Syrup mengandung p160 mg
paracetamol. Dan paracetamol ini bekerja sebagai antipiretika pada pusat
pengaturan suhu di otak dan analgetika dengan meningkatkan ambang rasa sakit.
Tempra Syrup mampu meredakan demam, rasa sakit dan nyeri
ringan, sakit kepala dan sakit gigi, demam setelah imunisasi dan lain sebagainya.
Bahkan, yang membuatku tidak khawatir, Tempra Syrup ini aman di lambung, tidak perlu
dikocok, larut 100% dan dosisnya tepat (tidak menimbulkan overdosis atau kurang
dosis).
👦Aman di lambung. Tempra Syrup dengan rasa anggur terbukti
aman di lambung, tidak membuat lambung bermasalah seperti menyebabkan lambung
bengkak atau menimbulkan sakit maag.
👦Tidak perlu dikocok, larut 100%. Anak-anak pasti suka dengan
rasa anggurnya. Sirupnya encer, tidak perlu dikocok, cukup tuang dalam gelas
takar sesuai dosis yang ditentukan dalam kemasan, lalu berikan pada anak yang
demam, maka demam pun segera sirna.
👦Dosis tepat (tidak overdosis atau kurang dosis). Dalam kemasan tersedia gelas takar dengan
dosis yang tepat didalam kemasan, jadi tidak menimbulkan over dosis atau kurang
dosis.
💞KEDEKATAN IBU DAN ANAK
Tidak mudah memang membuat anak mencintai ibunya. Kadang
pula arti kata “cinta” itu disalahartikan dengan pemenuhan sebuah keinginan.
Bahkan, seorang ibu berpikir harus memenuhi segala permintaan anak, agar si
anak bahagia. Lalu, ketika semua keinginan anak terpenuhi, apakah ia akan
semakin dekat dengan ibunya?
“Belum tentu”.
Si anak bahkan akan terus menerus merengek minta hal-hal
baru, itupun harus segera dipenuhi. Bila tidak dipenuhi, maka ia akan marah dan
berontak. Tentu bukanlah hal yang baik bukan?
Lalu bagaimana menciptakan kedekatan ibu dan anak agar
tampak harmonis?
Kembali mengutip kalimat Deddy Corbuzier, "mencintai anak
dan membuat anak juga mencintai kita adalah hal yang sangat sulit." Barangkali
yang pertama sekali kita lakukan adalah menjadi ibu yang manis untuk anaknya.
Menjadi ibu yang selalu ada disaat anak membutuhkan. Dan tentunya, agama adalah
pondasi utamanya.
💞Menciptakan kenyamanan di rumah, melingkupi rumah dengan
suasana kasih sayang dan kekeluargaan, tentu membuat anak semakin dekat. Jangan
menjadi ibu yang sok sibuk yang selalu berucap tidak ada waktu ketika anak
butuh pertolongan. Sekali waktu ajak anak berdiskusi, menanyakan tentang
sekolahnya, kegiatannya, dan sebagainya.
💞Selain itu, tugas ibu adalah memasak. Memasak menu spesial
untuk keluarga, dan menghidangkannya di meja makan, menjadi cara menambah
kedekatan hubungan dengan keluarga, baik antar suami istri, atau antar orang
tua dan anak. Bahkan membawakan bekal sekolah anak dengan masakan sendiri juga akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi anak.
💞Menonton, juga menjadi salah satu mediasi mendekatkan
hubungan ibu dan anak. Memutar CD di ruang TV misalnya, sambil duduk santai dan
menikmati makanan ringan. Atau sekali waktu menonton bersama di gedung bioskop,
bisa jadi ajang kedekatan ibu dan anak.
💞Rekreasi, termasuk cara menciptakan kedekatan hubungan ibu
dan anak. Tak perlu mengeluarkan dana yang banyak. Mengunjungi tempat rekreasi
di sekitar rumah sambil menghabiskan hari libur dapat membuat anak menjadi
makin dekat dengan ibunya, karena ia merasa mendapat perhatian dan kasih sayang
penuh dari ibunya.
Ya...itulah caraku membuat anak menjadi dekat, sehingga rasa cinta dan sayang dalam hubungan ibu dan anak akan semakin terpupuk dengan harmonis. Bagaimana dengan Anda?
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
18 Komentar
Senang ya jika bisa bersama anak selalu :)
BalasHapusBetul mbak...sebuah kesempatan berharga bisa mendampingi anak dlm tumbuh kembangnya
Hapussetuju banget memasak salah satu yg mendekatkan ibu dan anak terus hasil masakannya dimakan bareng-bareng
BalasHapusIya mbak memasak menu kesukaan anak bisa mendekatkan hubungan ibu dan anak
HapusTak mudah memang menjadi seorang ibu ya mba. Tapi karena tak mudah itu, Allah emmberikan pahala bagi ibu yang berjuang demi keluarganya. Aamiin. Saya pun selalu berusaha memberikan kedekatan dengan keluarga mba walau bekerja
BalasHapusBetul bgt mbak...bersyukur Allah menitipkan seorang anak yg bisa sy rawat dan didik...itu artinya sayapun dituntut untuk terus belajar dan menemba ilmu di sekolah kehidupan
HapusSebagai ibu baru jujur ngga mudah menjalankan peranan ini mba.Tapi setiap kali dengar atau baca pengalaman ibu-ibu lain tentang mengurus anak aku jadi semangat, sepeti punya motivasi baru. :)
BalasHapusIntinya bersyukur seraya menanamkan rasa ikhlas dlm diri bahwa anak adalah anugerah terindah dlm hidup kita yg tdk boleh disia2kan...karena tdk semua wanita mendapat amanah untuk merawat anak...insyaallah beban itu akan sirna dan kitapun kembali bersemangat....
HapusAlhamdulillah, ikut senang punya anak lelaki yang jadi penyejuk pandangan. Mohon doanya supaya saya juga bisa jadi Ibu terbaik 😃
BalasHapusBersyukur mbak....tapi saya juga masih belajar menjadi ibu yg baik....semoga demikian dg mbak Nabila...karena menjadi ibu yg baik itu tdk bisa lgsg sekaligus butuh proses panjang dan perlu belajar terus....
HapusIkut seneng, Teh..
BalasHapusTerima kasih tipsnya, semoga membaca khususnya calon ibu bisa mengambil pelajarannya..
Seorang ibu memang best buat anaknya.. Semoga semua ibu sehat selalu..
Terus berbagi dan menginspirasi lewat tulisan, Teh..
Alhamdulillah mas...terimakasih atas apresiasinya...saya akan berusaha terus menjadi ibu yg baik buat anak saya meski butuh proses yg panjang.
HapusSeneng banget bisa sama sama anak terus ya mbak
BalasHapussayang ke anak juga bisa dilakukan dengan menyiapkan obat di rumah. kalau anak sakit sudah sedia obat.
BalasHapusMemasak. Bener bnget mba.. meski aslinya aku nggak pinter masak, tapi suka aja klo bisa semakin deket ke anak..misal dengan ngajakin dia masak bareng..meski cuma mbuka bungkus tempe atau potong sayuran. Dan happy klo anaknya bilang.."Bu..enak" bahkan barusan matang langsung dipake rebutan
BalasHapusFawaz... sehat sehat terus yaa
BalasHapusSelamat Tahun Baruuu.. Semoga sehat-sehat terus yaaa.. Mendidik dan merawat anak itu seruu... Selama ada Bunda dan Tempra, tidak perlu panik saat anak demam.
BalasHapusSemoga Fawaz sehat selalu ya mbak. Dan tumbuh menjadi anak yang berbakti pada orang tua, berguna bagi nusa dan bangsa. Amin. Semangaaaat!
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...