Setiap orang tua pasti
menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Ia akan berupaya semaksimal mungkin
agar anaknya bisa mendapatkan yang lebih baik dari orang tuanya. Minimal, si
anak bisa menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sehingga kelak masa depannya
menjadi lebih baik dari orang tuanya.
Namun, beberapa fenomena yang
terjadi di kehidupan nyata, kesuksesan orang tua tak selalu diikuti oleh
keberhasilan si anak. Sebagai contoh, seorang pengusaha mall dengan kekayaan
melimpah. Ia berharap dengan kesuksesannya ini bisa mendorong anaknya untuk
meneruskan bisnisnya. Alih-alih bisnis yang dipercayakan kepada si anak mampu
berkembang pesat, nyatanya malah makin meredup dan berakibat pada kebangkrutan.
Mungkin, kita bisa mencontoh
kerja keras orang tua dalam memperjuangkan bisnisnya hingga meraih kesuksesan.
Namun, ketika ia menjelma menjadi pengusaha sukses, rupanya ia cenderung
memanjakan si anak. Barangkali ia tidak ingin anaknya mengalami hal yang sama
ketika ia berjuang dulu. Begitu kesuksesan didepan mata, si anak pun cenderung
dimanjakan. Akibatnya kurang pandai mengelola bisnis, terutama dalam
memanfaatkan uang.
Pesatnya perkembangan teknologi
saat ini telah mempengaruhi kehidupan manusia. Terlebih keberadaan gadget yang
kini hampir dimiliki oleh semua kalangan. Gadget selalu identik dengan
internet. Dan pertumbuhan internet sedikit banyak telah mendorong sebagian
besar orang untuk memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya
untuk update berita terkini, namun keberadaan internet telah menggirim
seseorang untuk menjadi pribadi yang konsumtif.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, sebanyak 45,14% masyarakat Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi harga dan 32,19% untuk berbelanja online. Betapa internet kini telah
mendorong bisnis online berkembang pesat. Banyak orang berlomba-lomba membuka
lapangan usaha dengan berbisnis online. Cukup dilakukan melalui aplikasi dalam
henpon, maka transaksi itu dapat dengan mudah diselesaikan. Inilah yang
mendorong manusia di jaman millennial lebih memilih melakukan transaksi secara
online ketimbang harus datang ke suatu tempat yang dipadati oleh banyak orang.
Sayangnya, pola hidup konsumtif tak selamanya berdampak positif. Bahkan, cenderung mengarah kepada hutang. Seseorang yang maniak belanja online, yang selalu gelap mata ketika melihat model-model baru berseliweran di dunia maya, maka ia akan lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. Dan kebiasaan ini, tanpa disadari akan mempengaruhi kondisi keuangan dalam keluarga. Parahnya, hal ini lambat laun akan ditiru oleh anak, sehingga sang anak pun akan meniru kebiasaan ibunya yang sering berbelanja online.
Dari persentase diatas, ternyata tingkat literasi keuangan dan kesadaran masyarakat akan pengelolaan keuangan masih sangat rendah. Terbukti hanya 54,9% masyarakat Indonesia yang menyusun anggaran keuangan bulanan. Dan tidak semuanya berkomitmen untuk melaksanakan perencanaan keuangan, hanya 30,7% saja yang benar-benar mengelola keuangannya dengan baik.
Meski tak semua ibu memberikan
kebebasan kepada anaknya untuk menggunakan gadget sebebas-bebasnya, namun
perkembangan gadget kini telah mengubah pola pikir anak jaman sekarang. Anak
yang hidup di jaman millennial, yang sering kita sebut sebagai “generasi X”
kini telah menjadi generasi yang selangkah lebih maju ketimbang orang tuanya.
Selain mengikuti kebiasaan orang
tuanya yang suka berbelanja online,
keberadaan gadget kini telah mengubah mindset anak bahwa bekerja atau
menghasilkan uang kini tak perlu kerja keras di tempat yang sangat
memprihatinkan. Misalnya, seorang petani yang harus mencangkul sawahnya tiap
hari agar hasil panennya memuaskan, atau si penjual gorengan yang harus
berkutat dengan adonan tepung dan asap kompor demi menghasilkan aneka gorengan
untuk dijualnya. Dijaman millennial ini, pekerjaan akan mudah didapat. Cukup
menjadi vlogger atau youtuber, dengan menciptakan konten-konten viral demi memperbanyak
follower/subscibernya, maka penghasilan pun akan mengalir.
Hal-hal semacam inilah yang
membuat anak lebih mencintai gadgetnya ketimbang harus bekerja keras demi
mendapatkan sesuatu. Mari kita lihat kehidupan riil anak kita, bagaimana ia
memperlakukan gadget? Apakah sebagai orang tua kita sudah memproteksi anak kita
untuk membatasi penggunaan gadget? Berapa jam dalam sehari anak kita
memanfaatkan gadget? Hanya di waktu libur saja atau malah tiap hari kita
memberikan kebebasan anak untuk bermain gadget? Lalu bagaimana interaksi anak
kita dalam kehidupan sosial masyarakat, utamanya dengan teman-teman sebayanya? Bagaimana
pula dengan pendidikannya, ia makin rajin atau malas belajar?
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu
harus segera kita cari jawabnya, agar anak tidak terlalu jauh terpengaruh dalam
dunia gadget dan internet yang berimbas pada pertumbuhan kepribadian anak. Bahasan
tentang pengaruh dunia gadget dan pemanfaatan uang memang perlu mendapatkan
perhatian khusus, utamanya bagi para orang tua yang mempunyai anak usia
sekolah.
Bertempat di SDN 18 Pemecutan –
Denpasar, kurang lebih 100 orang tua siswa mendapatkan edukasi seputar
pentingnya mengajarkan pengelolaan uang kepada anak ditengah tingginya paparan
budaya konsumtif melalui teknologi. Tak ketinggalan para media dan blogger Bali
juga dihadirkan dalam talkshow kali ini. Tentunya parenting talkshow yang bertajuk “Cerdas Finansial di Era
Digital” ini dalam rangka mengoptimalkan program Digital Financial Literacy for Children, Citibank dan PJI. (Senin,
15/04/2019)
Narasumber dalam Parenting Talkshow |
Dengan parenting talkshow ini diharapkan dapat membangun kesadaran orang tua siswa akan pentingnya mengenalkan uang dan cara mengelolanya kepada anak-anak sejak usia dini, yang sekaligus bertujuan untuk membentuk karakter si anak. Disamping itu juga memberikan motivasi dan dorongan kepada orang tua untuk memanfaatkan masa tumbuh kembang anak dengan membangun kebiasaan dan budaya kelola uang dengan baik. Serta membangun kesadaran orang tua siswa mengenai pentingnya mengelola keuangan keluarga dengan baik sebagai bentuk teladan (role model) bagi anak-anak.
Apa sih Digital
Financial Literacy for Children
Digital Financial Literacy for Children merupakan salah satu
program yang menjadi inisiatif Citi Indonesia (Citibank) melalui payung kegiatan kemasyarakatannya, Citi PeKa (Peduli dan BerKarya) bersama dengan mitra pelaksana Prestasi Junior Indonesia (PJI). Program ini bertujuan untuk mendorong para siswa, utamanya siswa Sekolah Dasar kelas 3,4 dan 5 agar mengerti tentang literasi keuangan dan hal-hal yang berkaitan dengan industri keuangan atau perbankan.
Suasana di SD Negeri 18 Pemecutan - Denpasar |
Dalam program Digital Financial Literacy for Children ini mencakup tiga modul kegiatan dengan tiga macam pilihan tema, yaitu "Keluarga Kami", "Daerah Kami" dan "Kota Kami". Di tiap-tiap modul terdapat pelajaran individu yang telah diselaraskan dengan Kurikulum Pendidikan Nasional Indonesia, termasuk konten dan kegiatan yang berhubungan dengan perbankan, bisnis, karir, komunikasi, pembangunan ekonomi, uang, produsen dan konsumen, sumber daya, pasokan dan permintaan.
Mbak Elvera N. Makki selaku Director, Country Head of Affairs Citi Indonesia bersama siswa SDN 18 Pemecutan saat mempraktekkan cara mengelola uang bersama gawai |
Denpasar, sebagai kota kelima penerima manfaat program Digital Financial Literacy for Children tahun 2018 - 2019 setelah Jakarta, Bandung, Surabaya dan Semarang, sangat antusias menerima edukasi tentang pengelolaan uang. Penerapan program ini dilakukan dengan cara memberikan pembelajaran kepada siswa-siswi kelas 3,4 dan 5 SDN 18 Pemecutan melalui gawai.
Mereka diberikan pengetahuan tentang pentingnya menabung, memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, mengenal metode pembayaran yang ada di pasar, seperti tunai, kredit dan debit, serta memberikan pengetahuan tentang kewirausahaan tingkat dasar dengan praktek yang menyenangkan dan interaktif melalui satu gawai.
Dan Citi Indonesia meminjamkan satu gawai kepada setiap siswa agar mereka dapat belajar mengenal lebih jauh tentang uang secara interaktif, sehingga dapat menumbuhkan kerjasama tim yang baik.
"Untuk mencapai kesejahteraan finansial, setiap individu perlu memiliki pemahaman yang memadai mengenai uang, membuat keputusan finansial yang cermat, dan mengelola uang dengan bijak sejak dini. Melalui program literasi keuangan berbasis digital, diharapkan anak-anak mampu belajar tentang konsep dasar keuangan dengan pendekatan interaktif yang aman, komprehensif dan menyenangkan", ungkap Director, Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia Elvera N. Makki
Citi Indonesia mengajak para orang tua dan guru untuk bersinergi membangun karakter dan budaya kelola uang pada anak baik di rumah maupun di sekolah, karena program ini juga diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam menggalakkan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI).
Peran serta Prestasi Junior Indonesia Dalam Program Digital Financial Literacy for Children
Program ini merupakan edukasi finansial bagi siswa Sekolah Dasar, utamanya kelas 3,4 dan 5 SD yang digagas oleh Prestasi Junior Indonesia (PJI) bersama Citi Indonesia dan didanai oleh Citi Foundation, sekaligus menjadi tahun ketiga dari salah satu pilar Corporate Social Responsibility (CSR) dari Citibank Indonesia, yaitu literasi dan inklusi keuangan bagi generasi muda terutama menyasar ke anak-anak di usia Sekolah Dasar.
Academic Advisor PJI, Robert Gardiner |
Menurut Academic Advisor Prestasi Junior Indonesia Robert Gardiner, "usia anak-anak merupakan momen tumbuh kembang yang didalamnya perlu ditanamkan nilai-nilai dasar finansial. Anak-anak diberikan pengetahuan bahwa orang tua mereka perlu bekerja atau berwirausaha untuk memperoleh uang, sehingga mereka harus cermat dalam mengelola uang saku yang diberikan dengan cara sebagian ditabung dan sisanya dibelanjakan sesuai kebutuhan."
Sejak tahun 2017, Program Digital Financial Literacy for Children telah menjangkau 8.655 siswa-siswi dari 31 Sekolah Dasar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang dan Denpasar. Tentunya harapan terbesar dari program ini dapat memberikan manfaat kepada lebih banyak anak Indonesia di masa mendatang. Dan sepanjang tahun 2018, Prestasi Junior Indonesia telah memberikan manfaat kepada lebih dari 47 ribu siswa di 25 wilayah di Indonesia melalui kemitraan inovatif antara komunitas bisnis, pengajar dan relawan.
Cerdas Finansial Di Era Digital
Dalam kesempatan ini, Psikolog Anak dan Keluarga, Roslina Verauli M.Psi.,Psi., juga berbagi kiat mendidik anak menjadi generasi cerdas finansial di era digital. Menurutnya, anak-anak di jaman millenial lebih mudah terpicu untuk menginginkan serta membeli barang karena kekurangpahaman pada makna uang sesungguhnya dan diperburuk dengan gencarnya paparan iklan melalui perangkat teknologi.
Blogger Bali yang ingin eksis bersama mbak Verauli |
Dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengajarkan kepada anak cara-cara sederhana. Dapat dimulai dengan mengenalkan uang secara fisik sambil memberikan pemahaman bahwa uang memiliki nilai yang dapat ditukarkan dengan sesuatu. Lalu pada usia anak yang lebih tinggi, orang tua dapat mengajak anak ke pasar untuk melihat adanya transaksi uang, ajarkan juga cara mencatat pengeluaran dan sekali waktu ajaklah ke bank agar anak mengenal rekening tabungan di bank.
sumber: Presentasi mbak Verauli |
Satu hal yang paling penting bahwa orang tua harus mampu menjadi teladan bagi anak dalam mengelola uang. Hal ini dianggap penting karena pola pikir dan perilaku anak terbentuk dari apa yang mereka lihat dan alami di rumah.
Coba para orang tua sehari saja tidak pegang gadget, pasti si anak akan menirunya untuk meninggalkan gadget. Lalu tentang budaya belanja online yang sudah menjadi kebiasaan, barangkali perlahan perlu ditekan agar kita mampu mengutamakan kebutuhan daripada keinginan. Karena budaya konsumtif ini selain membuat pelakunya tidak bisa mengelola uang dengan baik, kebiasaan ini juga dapat ditiru oleh anak di rumah. Ia akan beranggapan selama masih ada uang, maka apapun akan mudah dibeli. Namun, bila uang sudah menipis, si anak tidak mampu untuk berjuang demi mendapatkan uang.
Era digital telah menggeser kebiasaan sebagian orang untuk mendapatkan sesuatu secara instan dan cepat. Inilah pentingnya membangun kesadaran mengelola uang sejak dini, agar masa depan generasi muda, terutama anak-anak kita dapat terselamatkan.
Foto bersama Blogger Bali, Mr. Robert Gardiner dan Kepala Sekolah SDN 18 Pemecutan |
29 Komentar
Tantangan orang tua dan anak zaman serkarang kian berat, kemudahan kadang melenakan jika tak waspada. Saya sadar sebagai orang tua kurang mendidik anak tentang kesadaran uang seperti yang dipaparkan di atas.
BalasHapusPalung selalu dapat bekal 2 ribu rupiah untuk jajan di sekolahnya tetapi enggan ditabungkan, memilih menghabiskan semuanya karena contoh sekitar. Jadi kalau ingin nabung harus tambahan uang dari mamahnya. Pun pulang sekolah akan butuh 2 ribu rupiah lagi untuk jajan. Jajanan di sini memang masih murah, kisaran harga antara 500, 1.000, dan 2.000 rupiah. Tetapi palung kurang punya kendali untuk menahan diri agar tak jajan, bisa alokasikan uangnya untuk disimpan sebagian di kotak celengannya.
Jajan bagi anak ada kalanya berkaitan dengan kegiatan sosial, hanya bulan ramadhan saja jarang jajan.
Saya jadi tertantang untuk mengajarkan literasi keuangan, meski tidak secara digital. Palung paham soal ATM dan tabungan, tetapi tidak belanja daring.
Hem, andai setiap sekolah di indonesia diajarkan soal literasi digital, saya rasa akan besar manfaatnya. Setidaknya bekal kala mereka sudah besar dan sebagai remaja.
Iya mbak anak jaman sekarang harus diajarkan literasi keuangan agar mereka bisa memperlakukan uang dg baik
HapusAnak-anak juga harus mulai dikenalkan digital lietrasi finnance dari kecil ya mbak, jadi mereka juga tahu bagaiamana harus menghargai uang, gak cuma mau langsung ada. Aku juga biasanya mengajarkan kalau untuk dapet uanh itu harus kerja keras, jadinya apu pun yg mereka miliki harus dijaga, agak galak dikit deh hihihi.
BalasHapusProgram yang diajarkan oleh Citibank ini juga bagus ya, semoga banyak anak-anak yang bisa berkesempatan ikut serta juga
Bener mbak, anak-anak harus diajarkan finansial digital literasi sejak dini agar mereka paham ttg kegunaan uang.
HapusBagus ya mba program ini. Anak2 jadi bisa belajar utk menjadi cerdas secara finansial sejak dini..
BalasHapusProgram ini inspiratif sekali mbak untuk orang tua dan anak-anak
HapusKalau mengingat tingkat literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah, memang sebaiknya pendidikan tentang keuangan ini dimulai dari kecil. Jadi ketika mereka sudah dewasa sudah terbiasa mengatur keuangan dengan bijak
BalasHapusSaya setuju jika konsep nlai uang diajarkan sejak dini kepada anak. Karena anak juga akan belajar bagaimana mengelola uang dan ini bermanfaat bagi dirinya kelak :)
BalasHapusAnak anakku kadang kadang ga bisa lepas gadget apalagi kalau sedang kimpul temen atau saudara yang jiga pakai hape. Boleh bangey noh ya edukasi penhenalan financial ditwrapkan sejak dini, mulai dari anak anak,
BalasHapusAku seneng deh baca info tentanf ini. Sekarang banyak dan bahkan hampir semua lembaga keuangan berpatisipasi dalam meningkatkan literasi keuangan di masyarakat. Jadi masyarakat kita bisa melek lagi mengenai cara mengelola keuangan yang baik :)
BalasHapusProgram ini semoga menyebar ke seluruh SD di negeri ini ya mba, bagus sih programnya. Orang tua ikut belajar juga kan tentang literasi digital.
BalasHapusMaksudnya literasi keuangan bagi anak-anak sejak mereka kecil. Aku dulu udah mengajarkan anak-anak mengelola uang saku begitu naik kelas 3 SD.
HapusAnak anak memang perlu banget ya melek finansial sejak dini. Shoji kemarin juga udah mulai cerita kalau sebagian uang sakunya mau ditabung. Wah, memang kebiasaan yang dipupuk dari awal akan selalu terbawa di kehidupan hingga dewasa nanti ya
BalasHapusAnak-anak memang perlu tahu keuangan ya dengan diajarkan menabung, mengatur uang saku, biar dewasa nanti bisa memanage keuangannya
BalasHapuswaaah ini keren ya programnya nih, makin sekarang segala sesuatunya jadi dipermudah, tapi karena ini untuk anak anak tetep harus di perhatikan yaa hihi
BalasHapusKelola uang dengan baik masih menjadi PR besar bagi saya, Mbak. Terkadang ada saja yang tidak konsisten. Harus lebih baik lagi nih. Terutama anak-anak, yang harus belajar dan tau ttg mengelola keuangan.
BalasHapusSejak dini sudah diajarkan manajemen keuangan yang baik ya mba.. biar anak-anak makin awareee
BalasHapusPenting banget nih literasi keuangan diajarkan sejak dini jadi anak2 mengerti cara sederhana mengelola keuangan dan makin gemar menabung.
BalasHapusLangsung terjun ke anak-anak langsung ya Mba
BalasHapuskeren eventnya, semoga di daerah lain juga segera ada mau ikutan hahaha
biar bisa mengajari manajemen keuangan sama anak
Bagus nih eventnya lansung praktek ke anak-anak di sekolah.
BalasHapusIni sangat penting mengajarkan anak untuk mengenal keuangan sedini mungkin mbak agar kelak tidak bersikap boros. Mereka harus diberikan pengertian mana kebutuhan dan keinginan selain itu dibiasakan untuk menabung. Acaranya pasti seru banget inim
BalasHapusBetul banhet mba. Aku anakku gadet mania karwna aku setiap hari megang gajet. Hiks
BalasHapusAnakku termasuk yang suka nabung, kak...
BalasHapusTapi aku rasa pemahaman makna uang belum tersampaikan dengan baik kalau hanya suka nabung, tapi tidak tau cara membelanjakannya.
Misal : kalau ada kebutuhan yag mendesak, harusnya sudah bisa ambil keputusan untuk pakai uang sendiri dulu.
Tapi nyatanya, ia lebih memilih menahan keinginan dan minta Ibunya.
Hiiks~
Baca artikel ini cukup menohok, karena saya belum lepas kebiasaan lepas gadget, pasti berdampak kurang baik ke anak-anak, pengen deh sedari dini anak-anak mengenal keuangan
BalasHapusPendidikan financial emang perlu banget ditanamkan sejak dini. apalagi masa anak2 itu paling cepat mengingat apapun yg dia ketahui. edukasi seperti ini penting sekali buat mereka
BalasHapusAku gagal paham sama Bunda Roslina Verauli M.Psi.,Psi, awet banget ya, tetap ayu. Hihihi.
BalasHapusLihat slide Money Litercy untuk anak usia 2 - 3 tahun, aku lega, anakku sudah masuk tahap tersebut.
Saya juga beruntung bisa hadir di acara ini saat di Surabaya.
BalasHapusJadi tahu soal Money Literacy untuk anak Sekolah Dasar
makaasih sharingnya
BalasHapusa nice sharing
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...