Hidup
itu tak bisa ditebak. Orang Jawa bilang orang hidup di dunia ini ibarat “sawang
sinawang”. Kita tidak bisa melihat orang dari casing-nya saja. Kadang dari luar nampak serba mewah ternyata
dalamnya malah sebaliknya. Demikian juga orang yang terlihat apa adanya belum
tentu ia serba kekurangan.
Terutama
dalam hal pendapatan di sebuah keluarga. Semakin besar pendapatan yang diterima
semakin banyak pula kebutuhan yang ingin dibeli. Inilah yang menimbulkan
persepsi bahwa berapapun penghasilan seseorang bila ia tidak bersyukur, niscaya
tak akan pernah merasa cukup dengan apa yang diperolehnya.
Kadang manusia itu suka lupa, ketika ia masih berada diatas, memegang jabatan penting, mendapat gaji besar, atau memperoleh berbagai fasilitas mewah, ia sering abai tentang masa depan. Ia bahkan tidak memikirkan masa tuanya nanti, dimana berbagai fasilitas mewah itu sudah tidak didapatkannya lagi. Ia cenderung berfoya-foya seolah hartanya tak akan pernah habis.
Padahal masa tua itu pasti datang. Masa dimana ia sudah tidak produktif lagi, masa dimana ia sudah tidak lagi mendapatkan gaji utuh alias masa pensiun. Dan hidup itu akan terus berlangsung meski seseorang telah purna tugas dari jabatan dikantornya. Lantas bila ia tidak mempersiapkan masa pensiunnya, apakah ia akan dapat hidup bahagia seperti masa mudanya?
Dulu saya pernah berjanji ingin membahagiakan ibu selepas kuliah. Namun janji saya hanya sesaat. Setelah menikah dan mengikuti suami yang bekerja sebagai anggota TNI, saya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Sebuah keputusan yang sangat dilematis! Di satu sisi saya merasa berhutang budi kepada ibu. Di sisi lain, ada tanggung jawab yang lebih besar setelah menikah, yaitu suami dan anak.
Kadang manusia itu suka lupa, ketika ia masih berada diatas, memegang jabatan penting, mendapat gaji besar, atau memperoleh berbagai fasilitas mewah, ia sering abai tentang masa depan. Ia bahkan tidak memikirkan masa tuanya nanti, dimana berbagai fasilitas mewah itu sudah tidak didapatkannya lagi. Ia cenderung berfoya-foya seolah hartanya tak akan pernah habis.
Padahal masa tua itu pasti datang. Masa dimana ia sudah tidak produktif lagi, masa dimana ia sudah tidak lagi mendapatkan gaji utuh alias masa pensiun. Dan hidup itu akan terus berlangsung meski seseorang telah purna tugas dari jabatan dikantornya. Lantas bila ia tidak mempersiapkan masa pensiunnya, apakah ia akan dapat hidup bahagia seperti masa mudanya?
Dulu saya pernah berjanji ingin membahagiakan ibu selepas kuliah. Namun janji saya hanya sesaat. Setelah menikah dan mengikuti suami yang bekerja sebagai anggota TNI, saya memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Sebuah keputusan yang sangat dilematis! Di satu sisi saya merasa berhutang budi kepada ibu. Di sisi lain, ada tanggung jawab yang lebih besar setelah menikah, yaitu suami dan anak.
Ada rasa takut yang berkecamuk dalam benak saya. Andai saya bekerja, saya akan kehilangan moment indah berkumpul dengan keluarga kecil saya. Atau mungkin saya tak bisa mendampingi sang buah hati dalam belajar dan berinteraksi dengan dunia luar. Terus terang saya tidak tega membiarkan anak mengenal dunia luar tanpa sebuah pendampingan, khawatir ia terkontaminasi pengaruh negatif yang bisa saja merusak moralnya.
Namun terkadang saya membayangkan, bagaimana masa tua saya nanti bila saya tidak berpenghasilan? Menjadi seorang ibu rumah tangga tentunya hanya bergantung pada gaji suami saja. Sudah pasti saya harus pandai mengatur keuangan agar cukup selama sebulan.
Lantas saya melihat keadaan ibu, yang dari dulu sampai sekarang masih harus bekerja keras mengupayakan hidupnya. Memang takdir itu di tangan Allah. Kami tak pernah menyangka bahwa ayah akan pergi meninggalkan kami begitu cepat, ketika saya masih duduk di kelas 1 SMA. Dulu ayah seorang anggota polisi, sementara ibu hanya seorang ibu rumah tangga biasa sama seperti saya. Setelah ayah tiada, otomatis keadaan keuangan keluarga kami berubah drastis. Uang pensiunan janda yang diterima ibu setiap bulan jumlahnya tak seberapa. Otomatis ibu harus memutar otak untuk menghidupi kami.
Ibu tak pernah merencanakan untuk investasi dana pensiun. Yang terpikir di benak beliau adalah biaya pendidikan kami. Nyatanya berkat kerja keras ibu, saya dan adik bisa meraih gelar sarjana. Namun, selepas itu ibu resmi tak mempunyai apa-apa. Gaji pensiunan yang diterimanya tinggal separo karena skep gaji sudah dijaminkan ke bank. Ternyata ibu berhutang ke bank demi kami, meski ada kerja sampingan yang hasilnya cukup lumayan.
Kisah perjalanan ibu membuat saya berpikir seribu kali lipat. Andai saya berada di posisi ibu, tentunya saya tak setegar beliau, mungkin saya akan stress atau gantung diri. Lantas, sayapun mencoba berpikir secara realistis, bagaimana menyelamatkan keuangan keluarga agar bisa saya kelola dengan baik. Minimal ada sebagian uang yang saya tabung demi masa tua.
Memang kebutuhan anak adalah menjadi prioritas dalam keluarga saya. Sebuah ego sempat muncul dalam benak saya, malu rasanya bila anak saya tak berpendidikan lebih tinggi dari orang tuanya. Sementara biaya pendidikan dari tahun ke tahun makin tinggi. Andai saat ini biaya pendidikan sudah demikian mahal, bagaimana dengan biaya pendidikan anak saya beberapa tahun kedepan?
Melihat kenyataan ini, akhirnya saya menyisihkan sebagian penghasilan suami untuk mengikuti asuransi pendidikan anak. Dengan harapan agar saat anak saya menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi nantinya, saya sudah mempersiapkan dana yang cukup.
Dan sebagai manusia normal yang selalu mengikuti perkembangan jaman, tentunya ada keinginan-keinginan yang sampai saat ini masih saya pendam, karena saya tak ingin gegabah dalam segala hal. Terus terang saya sempat merasa iri melihat teman saya. Dengan kondisi yang sama, sama-sama menjadi ibu rumah tangga dengan pekerjaan suami yang sama, namun mengapa ia sudah memiliki sebuah mobil mewah? Mengapa pula saya tidak bisa memiliki mobil sepertinya?
Usut punya usut, ternyata demi mempunyai mobil, teman saya rela berhutang sekian ratus juta di bank. Ironisnya dengan berhutang, gaji suaminya berkurang banyak. Di akhir bulan, ia sering kebingungan mencari pinjaman uang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Ternyata mobil yang dimiliki teman saya ini tidak bisa dijadikan patokan bahwa seseorang itu terbebas dari hutang.
Mengatur keuangan keluarga memang sangat rumit. Pokok permasalahannya sebenarnya bukan terletak pada kurangnya penghasilan, melainkan pada kebiasaan buruk yang sering diterapkan dalam mengelola keuangan. Sudah menjadi kebiasaan dimana semakin tinggi penghasilan yang didapat, keinginan untuk memiliki berbagai barang juga semakin banyak.
Kesimpulannya, ternyata umur tidak bisa menjamin cepat atau lambatnya kebebasan finansial seseorang. Kebebasan finansial itu dapat tercapai karena tiga hal yaitu prioritas keuangan, konsistensi terhadap prioritas dan gaya hidup seseorang. Sebagai contoh orang yang hidupnya sederhana pasti kebebasan finansialnya akan cepat tercapai dibanding orang yang hidupnya serba mewah.Terus terang saya menginginkan kehidupan yang stabil sampai tua nanti. Saya tak ingin menggantungkan hidup kepada anak dimasa tua nanti. Saya juga tidak ingin tinggal menumpang dan tidak mempunyai cukup dana untuk membiayai kehidupan saya dan suami. Saya ingin bahagia menikmati masa tua bersama suami dan tinggal di rumah sendiri tanpa beban apapun.
Disinilah pentingnya merencanakan dana pensiun sejak muda. Seringkali orang merasa ketakutan menghadapi masa pensiunnya, terutama dalam segi keuangannya. Mereka takut tidak bisa menjalani masa pensiunnya dengan nyaman karena tidak mempersiapkan dana pensiun dimasa mudanya. Tetapi kalau sudah merencanakan dana pensiun sejak awal, tentu kekawatiran itu akan sirna.
Berbicara mengenai dana pensiun, Sequis membantu menyiapkan masa pensiun dengan Asuransi Retirement Life Plan yang memiliki manfaat Uang Pertanggungan bagi Tertanggung dan keluarga berdasarkan reancana yang dipilih. Selain sebagai ibu rumah tangga, saya juga mengisi waktu luang dengan menulis di blog. Kadang beberapa tawaran menulis berbayar sering saya terima demi menambah pundi-pundi penghasilan keluarga. Meski jumlahnya tak selalu sama setiap bulannya, dari sinilah saya berusaha menyatukan semua pemasukan keluarga dan mengalokasikan sebagian untuk persiapan masa tua.
Sequis adalah identitas utama perusahaan yang menaungi PT Asuransi Jiwa Sequis Life yang memasarkan asuransi jiwa, kesehatan dan asuransi berbasis investasi individu melalui jalur distribusi keagenan; PT Asuransi Jiwa Sequis Financial yang memasarkan produk asuransi jiwa dan kesehatan individu, melalui bank dan non-bank Partnership Distribution dan Telemarketing serta asuransi jiwa dan kesehatan kumpulan melalui Employee Benefit Business; dan PT Sequis Aset Manajemen, perusahaan manajer investasi yang memasarkan produk reksa dana.
Dengan pengalaman lebih dari 35 tahun di industri asuransi dan didukung oleh lebih dari 15.000 tenaga pemasaran profesional, Sequis berkomitmen untuk menjadi pemimpin pasar di bidang asuransi jiwa dan kesehatan yang menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia. Saat ini, Sequis melayani lebih dari 440.000 jumlah polis yang dikelola melalui 7 Customer Service Center di 6 kota yaitu Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, Denpasar, dan Semarang, serta lebih dari 80 kantor pemasaran di 29 kota di Indonesia. (sumber: sejarah Sequis)
Tentang Asuransi Retirement Life Plan
sumber: website Sequis |
Asuransi Retirement Life Plan merupakan produk dari Sequis yang bisa digunakan untuk
mempersiapkan masa pensiun dengan baik, tentunya berdasarkan plan yang dipilih
dan mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya:
- Uang Pertanggungan (UP) akan dibayarkan jika tertanggung meninggal dunia sebelum usia pensiun atau sesudah usia pensiun (berdasarkan plan yang dipilih)
- Death Terminal Bonus akan dibayarkan sampai dengan 100% Uang Pertanggungan. Dimana bonus yang akan dibayarkan penanggung kepada ahli waris jika tertanggung meninggal dunia.
- Manfaat pensiun 100% dari Uang Pertanggungan akan dibayarkan apabila tertanggung bertahan hidup pada usia akhir tahun Polis tentunya berdasarkan plan yang dipilih.
- Manfaat jatuh tempo akan dibayarkan 100% dari Uang Pertanggunga apabila tertanggung mencapai usia 100 tahun ditambah Maturity Terminal Bonus, yaitu bonus yang dibayarkan penanggung kepada pemegang polis hanya jika tertanggung hidup ketika masa pertanggungan asuransi berakhir, hingga 100% dari Uang Pertanggungan.
- Dapat dikombinasikan dengan asuransi tambahan.
- Memiliki fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh nasabah, seperti: Nilai Tunai; Pinjaman Polis Otomatis; Polis Bebas Premi, Uang Pertanggungan Berkurang; Perpanjangan Masa Pertanggungan Asuransi dan sebagainya.
Dan berikut ini adalah syarat dan ketentuan untuk menjadi nasabah Asuransi Retirement Life Plan menurut sumber dari website Sequis:
Masa
pensiun pasti akan dialami oleh setiap orang yang bekerja. Agar tetap bahagia dimasa
pensiun, tentunya kita harus menjaga tubuh tetap sehat, disamping menjaga
keuangan kita tetap stabil. Salah satu caranya dengan mempersiapkan dana
pensiun sedini mungkin bersama Asuransi Retirement Life Plan dari Sequis yang
saat ini mulai saya ikuti.
Dengan menjadi nasabah Asuransi Retirement Plan, saya tak akan kawatir dengan masa tua saya nantinya. Sungguh saya tak menyesal menjatuhkan pilihan hidup sebagai ibu rumah tangga yang siap mendampingi suami dan anak serta mengisi waktu luang sebagai blogger. Mengelola keuangan secara sehat, dengan cara patuh dan disiplin terhadap pos-pos pengeluaran yang sudah tercatat, tentunya menjadi cara menciptakan kebahagiaan dimasa tua. Sudah siapkan Anda menyongsong masa tua? Kalau belum, mari persiapkan dari sekarang supaya masa tua tetap terjamin.
Dengan menjadi nasabah Asuransi Retirement Plan, saya tak akan kawatir dengan masa tua saya nantinya. Sungguh saya tak menyesal menjatuhkan pilihan hidup sebagai ibu rumah tangga yang siap mendampingi suami dan anak serta mengisi waktu luang sebagai blogger. Mengelola keuangan secara sehat, dengan cara patuh dan disiplin terhadap pos-pos pengeluaran yang sudah tercatat, tentunya menjadi cara menciptakan kebahagiaan dimasa tua. Sudah siapkan Anda menyongsong masa tua? Kalau belum, mari persiapkan dari sekarang supaya masa tua tetap terjamin.
27 Komentar
betul ya, perlu perencanaan yang matang, makasih sharingnya
BalasHapusYa bunda dana pensiun harus dianggarkan supaya masa tua terjamin secara finansial
HapusPengen bilang belum siap, tapi masa tua itu pasti hahaha.
BalasHapusMemang haris dan wajib banget dipersiapkan, masha Allah, rasanya pengen jungkir balik aja agar bisa mengatur keuangan dengan baik.
KArena kadang jangankan mikir hari tua, mikir mencukupi setiap bulan aja mumet hahaha.
agar masa tua bahagia, memang harus disiapkan sejak masih muda dan produktif yaa jadi saat tua nanti gak nyusahin anak-anak kita
BalasHapusDari dulu pengen banget punya dana pensiun mbak, kalau asuransi cuma yang dari Jamsostek mbak. Penasaran sama Retirement Life Plan mbak, aku jadi pengen ngulik lagi.
BalasHapusMenyiapkan masa tua penting banget dari berbagai aspek ya mba.
BalasHapusAsuransi salah satu cara kita mengolah resiko.
Retirement Life Plan jadi referensi baru nih, perdalam lagi nih kayanya.
Siap gak siap hehehe. Pengennya di hari tua nanti gak menyusahkan siapapun. Semoga aja persiapan di masa sekarang cukup untuk menikmati hari tua
BalasHapusMasa pensiun bagi sebagian orang memang terasa mencemaskan. Tetapi jika sdh ada persiapan insya Allah lebih tenang
BalasHapusBerat memang tanggungan seorang istri yang mengandalkan pensiunan suami dan menyesekolahkan anak anak. Itulah belajar financial agar masalah seperti ini bisa di bantu dengan asuransi Retirement Plan
BalasHapusImpian masa tua kelak adalah tidak jadi sandwich generation. Makanya pengen punya cukup aset untuk memenuhi kebutuhan di masa tua, karena kita ga akan pernah tau nantinya gimana.
BalasHapusAku tipe ekshibisi yg hidup.kadang hanya utk saat ini jd beneran hrs melawan diri sendiri utk bs menata hari tua itu...perjuangan banget deh hehe..
BalasHapusAku lagi berusaha kumpulkan uang untuk pensiun ini mba. Biar menikmati masa tua dengan lebih tenang. Makasi semangatnya mba Yuni
BalasHapusMerasa tertampar banget ini. Kadang generasi muda jarang banget mikirin pensiunan mbk makalah mbk jadi aku harus mewanti-wanti untuk masa depan.
BalasHapusYa karena kita tahu masa depan kita seperti apa jadi perencanaan ini memang penting banget ya Mbak. Terutama perencenaan terkait finansial untuk masa tua kita nanti. Hal yang kayak gini mah nggak boleh dianggap sepele.
BalasHapusbagi yang pekerja tetap dan ASN sepertinya enak karena sudah ada jaminan masa tua berupa tunjangan pensiun yang diperolehnya, hasil dari ikut TASPEN. Seperti almarhum bapak saya, itu juga ada pemotongan gaji saat masa kerja produktifnya.
BalasHapusSaya yang anaknya dan bersuamikan buruh bangunan jadi khawatir akan masa depan. takut jadi generasi sandwich juga, takut anak belum bisa terpenuhi kebutuhan utamanya untuk pendidikan tinggi nanti.
Yah, pengen juga ikut asuransi pensiun sayang untuk sehari-hari masih kembang kempis. :(
Tetap semangat, Mbak. Mari berjuang saja.
saya juga udah mulai nih mikirin dana pensiun, ya meski dri kantor juga nnti dpaat, tapi harus punya asuransi sendiri, biar lebih tenang
BalasHapusDuh, selama ini belum benar-benar serius memikirkan untuk masa tua. Padahal harus dipikirin untuk ke depannya ya...
BalasHapusMempersiapkan dana pensiun tuh penting juga ternyata ya mba. Apalagi kayak aku nih, mana sekarang udah ga kerja kantoran dan pendapatan tidak pasti. Harus dipaksa untuk menyiapkan dana pensiun, agar nantinya punya modal bisnis ketika sudah cukup berumur.
BalasHapusNah ini,orang sering luput mempersiapkan masa tua. Yang dipikirin pendidikan anak terus. Padahal siapa yg bs menjamin di masa tua kita senantiasa sehat ya mba
BalasHapusPersiapan masa tua ini masib jadi peer ku ama suami juga kak, beneran ga mau sampai nyusahin anak anak di masa tua nanti, bismillah insya Allah diberi kemudahan
BalasHapusSampai sekarang belum nyiapin apa2 nih. Hahahaha
BalasHapusKami masih fokus di pelunasan KPR agar tahun depan gak ada utang lagi.
Doain ya semoga lancar, abis itu baru deh mikirin asuransi dll.
Aku nggak mau jadi tua kalau bisa, sayangnya tua itu sudah pasti ya dialami semua orang. Dan pengennya sih nanti kalau tua aku tak merepotkan anak mata wayang kesayanganku. Mulai mikir memang untuk menyiapkan dana hari tua. Makasi infonya ya, Mbak.
BalasHapusBelum sepenunya nyiapin nih, mbak.. ya sambil jalan semuanya dipersiapin satu2 ya hari tua ya anak2 ya orang tua hahaa repot bener yak demi nggak rempong di masa depan kelak
BalasHapusAlhamdulillan sudah berupaya untuk menikmati hari tua dengan investasi dan asuransi
BalasHapusSemoga beneran tak ada aral melintang untuk hidup bahagia di masa rua
memang harus persiapkan sejak diini ya Bu, smeoga kelak ga usah cape-cape
BalasHapusAlhamdullillah, aku sudah berniat tetap aktif meski usia tergerus, insya Allah.
BalasHapus... dan berharap, produktivitas akan seperti ungkapan itu...
"Tua-tua keladi, makin tua makin jadi!"
Hihihi [Boleh dong ya berharap :)]
Setuju, memang sebaiknya memikirkan dana pensiun, sejak dini ya :)
Masa tua harus bahagia ya Mba Yun, hehehe
BalasHapusmakasih sudah diingatkan akan asuransi dan investasi yang sangat penting ini
mumpung masih muda kudu usaha bismillah
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...