Dampak pandemi dan implementasinya di kehidupan sehari-hari terasa nyata. Sudah tiga bulan lebih virus covid-19 ini bercokol di negara
kita. Makin hari jumlah penderitanya makin bertambah hingga berada di angka
mendekati 60 ribu. Ironis memang. Namun inilah kenyataan yang harus kita hadapi. Bukan
hanya di Indonesia, tetapi hampir seluruh dunia mengalaminya dengan berbagai
penambahan kasus.
sumber: google |
Banyak kerugian yang kita alami semenjak virus ini mewabah. Semua
sektor terasa lumpuh. Geliat pariwisata yang mampu menyokong perekonomian
negara, tiba-tiba harus tumbang. Semua tempat wisata terpaksa tutup demi
mencegah penyebaran virus covid-19 yang kian massiv. Pusat perbelanjaan dan
mall-mall juga tutup, mengakibatkan banyaknya karyawan yang di PHK. Hingga sektor
ekonomi porak-poranda karena virus ini.
Pusat perbelanjaan tutup saat pandemi. dokpri. |
Tak terkecuali di sektor pendidikan. Anak-anak yang harusnya
belajar tiap hari di sekolah, terpaksa diliburkan. Mereka yang berada di
jenjang akhir pendidikan seperti SD, SMP dan SMA terpaksa harus menelan pil
pahit. Pembelajaran dialihkan melalui media daring, termasuk ujian kelulusan terpaksa
ditiadakan dan diganti dengan ujian sekolah berbasis online. Tidak ada lagi NEM
sebagai syarat mendaftar di jenjang yang lebih tinggi. Nilai akhir didapatkan
dari akumulasi nilai raport 5 semester sebelumnya. Tak ada juga perpisahan yang
membuat anak-anak itu terharu karena harus berpisah dengan teman-temannya dan
semua staf pengajar di sekolahnya.
anak-anak rindu bisa berseragam seperti ini. dokpri |
Ironisnya, PPDB (Pendaftaran Peserta Didik Baru) pun
dilakukan secara online. Sudah otomatis peran orang tua dalam mendampingi anak
selama pandemi ini sangat diperlukan. Apalah jadinya bila orang tua gaptek dan
tidak mengerti dunia internet. Sementara pendaftaran sekolah mulai dari SMP,
SMA hingga Perguruan Tinggi yang dilakukan secara online kerap menuai pro dan
kontra.
Memang, semenjak diberlakukannya sistem zonasi untuk
penerimaan siswa baru mulai tingkat SMP keatas tidak membuat para orang tua
tenang. Meski sebenarnya ada maksud baik pemberlakuan sistem zonasi ini, tak
lain agar tidak ada lagi sekolah yang dianggap favorit, atau sekolah yang
dibilang buruk kualitasnya. Dengan sistem zonasi diharapkan kualitas sekolah merata,
tak ada lagi sekolah unggulan yang seluruh siswanya berprestasi.
Sayangnya sistem zonasi ini merugikan sebagian siswa berprestasi. Meski
PPDB sendiri dibuka dengan berbagai jalur. Ada jalur sertifikat, afirmasi,
inklusi, perpindahan orang tua, zonasi dan jalur nilai raport. Disini siswa
tidak bisa memilih sekolah yang diinginkan bila memakai jalur zonasi, karena
jarak rumah dengan sekolah menjadi kriteria dalam penerimaan siswa baru. Berbagai
kasus sempat mewarnai PPDB semenjak peraturan ini diberlakukan. Ada yang bunuh
diri karena tidak bisa masuk sekolah favorit, ada yang terpaksa putus sekolah
karena jarak rumah dengan sekolah terlalu jauh, dan masih banyak lagi.
Terus terang saya salut dengan dinas pendidikan propinsi Bali.
Untuk memenuhi kuota siswa baru yang ingin mendaftar ke sekolah negeri,
pemerintah berupaya membangun sekolah baru di tahun 2020, dengan harapan agar
anak-anak yang jarak rumahnya tidak menjangkau sekolah yang diinginkan bisa
mendapatkan sekolah dengan jarak yang lebih dekat. Atas dasar pengalaman tahun
sebelumnya, maka mereka menghitung jumlah siswa sekolah negeri yang akan lulus
di tahun 2020, dengan melihat daya tampung sekolah yang sudah ada. Dari sinilah
akhirnya dijadikan pertimbangan untuk mendirikan sekolah baru. Harapannya
tentunya untuk menampung semua siswa yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang
yang lebih tinggi.
Ironisnya, saat wabah corona ini bercokol, dampaknya sangat
dirasakan oleh sekolah-sekolah swasta. Dengan banyaknya kasus PHK,
mengakibatkan warga pendatang berbondong-bondong meninggalkan pulau Bali.
Otomatis anak-anak pun dibawa serta, sekolah mereka pindah ke kampung
halamannya. Bahkan, masyarakat pun akan memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah
negeri yang lebih ringan biayanya ketimbang sekolah swasta yang harus membayar
uang gedung dan sebagainya.
Termasuk di sekolah swasta yang kebetulan saya menjadi
pengurusnya. Gaji guru yang harusnya bisa dibayarkan diawal bulan terpaksa
mundur. Semua ini karena banyak anak yang belum bayar SPP. Bahkan banyak pula
yang tidak mengembalikan formulir pendaftaran dengan berbagai alasan. Demi
mempertahankan eksistensi sekolah, berbagai kebijakan akhirnya ditetapkan, seperti
memberikan keringanan SPP bagi anak yang kurang mampu, memberikan keringanan
uang gedung sekian persen atau bahkan memberikan diskon kepada 100 pendaftar
pertama.
Sementara untuk para pekerja kantor, aktifitas kantor mereka
dialihkan dengan cara bekerja dari rumah melalui media online. Semua ini
dilakukan demi memutus rantai penyebaran virus covid-19. Positifnya dengan
bekerja di rumah, quality time bersama keluarga pun makin banyak. Bahkan,
semakin banyak waktu berdiam diri di rumah ternyata dapat memunculkan berbagai
ide kreatif demi menjalin kebersamaan bersama keluarga yang lebih harmonis. Yang
tadinya tidak ada waktu untuk memasak, saat pandemi berangsung ternyata banyak
ibu hebat yang mampu menciptakan kreasi resep masakan dari dapurnya sendiri. Anak-anak
pun semakin nyaman karena orang tuanya mendampinginya setiap hari.
praktek nasi bakar dari rumah. dokpri |
bikin macaroni schotel panggang sendiri yang yummy. dokpri |
Tak
terkecuali saya, yang tadinya selalu disibukkan dengan urusan organisasi dan
lebih sering pesan makanan dari jasa kathering tetangga, ternyata dengan
tutorial dari youtube berbagai resep masakan berhasil saya ciptakan dari rumah. Bahkan meski jadwal di rumah menjadi lama, tak membuat saya jenuh karena banyak aktivitas yang bisa saya kerjakan untuk mengisi waktu.
Berbeda dengan anggota TNI atau polri yang harus terus
bekerja ditengah pandemi ini, seperti para tenaga medis yang menjadi garda
terdepan dalam pemberantasan virus covid-19 ini. Ada rasa takut manakala suami
yang kebetulan anggota TNI harus ikut dalam tim penanganan covid-19 di Bali. Setiap
hari harus apel, bahkan saat kedatangan PMI di pelabuhan Benoa, dia ikut serta
menyambutnya. Rasa was-was itu sempat saya rasakan, karena virus ini tidak
nampak, bahkan gejalanya tidak selalu sama untuk masing-masing orang.
Yang bisa saya lakukan adalah menjaga imun tubuh agar tetap
kuat sepanjang hari. Saya dan keluarga selalu mengkonsumsi vitamin C, minum
ramuan tradisional yang terbuat dari racikan empon-empon, yang beberapa waktu
lalu sempat viral karena dianggap sebagai minuman penangkal virus Corona. Selain
itu saya juga menerapkan hidup sehat dan mematuhi anjuran pemerintah untuk
tidak ngemall atau mendekati kerumunan. Serta selalu mengikuti protokol
kesehatan, memakai masker, sering cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
serta membawa serta hand sanitizer kemanapun pergi.
masak sendiri lebih menyehatkan. dokpri |
konsumsi ramuan dari empon-empon untuk menjaga imun tetap kuat. dokpri |
Semenjak virus corona ini mewabah, Bali memang terlihat
sepi. Pusat perbelanjaan banyak yang tutup, tempat wisata juga ditutup, bahkan
jalanan nampak lengang. Meski Bali tidak melaksanakan PSBB seperti
daerah-daerah lain di Indonesia, namun dengan adanya pemberlakuan PKM
(Pembatasan Kegiatan Masyarakat), Bali senyatanya sudah menerapkan New Normal. Inilah
yang dimanfaatkan masyarakat Bali untuk mengubah kebiasaan hidup sehat. Setiap hari
jalanan di Bali dipenuhi oleh para pesepeda yang ingin menjaga imunitas tubuh. Mereka
bersepeda santai sambil berolahraga demi mencegah virus covid-19 masuk ke tubuhnya.
gowes menjadi hobi baru saat pandemi. dokpri |
Dan untuk saat ini, semenjak Indonesia memberlakukan New
Normal, aktivitas di Bali mulai kembali normal. Meski ada pembatasan aktivitas
setidaknya pusat perbelanjaan dan tempat wisata sudah dibuka kembali. Hanya saja
jam operasionalnya terbatas. Untuk pusat perbelanjaan dibuka dari jam 12 siang
sampai jam 8 malam dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Sementara untuk
tempat wisata, selain harus mengikuti protokol kesehatan dan jam operasional
dibatasi, jumlah pengunjungnya juga dibatasi.
bisa belanja ikan di pasar Kedonganan saat pandemi. dokpri |
Bali juga menjadi pulau yang tak luput dari penyebaran virus
covid-19 ini. Selain karena transmisi lokal, virus ini juga ditularkan melalui
perjalanan dalam dan luar negeri, juga penularan dari pasar. Inilah yang
mendasari adanya penjagaan ketat di jalur-jalur keluar masuknya warga dari dan
menuju ke Bali, termasuk di penyeberangan Ketapang – Gilimanuk. Karena suami
adalah anggota TNI dengan korp Zeni, sudah pasti tugasnya berhubungan dengan
bangunan. Sempat beberapa waktu lalu seorang pekerja bangunan dari rekanan
suami jatuh dari tembok gara-gara mengejar layangan putus di sore hari, hingga
mengakibatkan tulang kakinya patah. Sebenarnya dari rekanan ingin merawat
pegawainya di Bali, namun keluarganya menginginkan pekerja ini pulang ke
Banyuwangi.
Berbagai cara dilakukan, mulai dari membuat surat
rekomendasi, surat jalan dan sebagainya. Hingga keesokan harinya si pekerja ini
berangkat menuju kampung halamannya di Banyuwangi. Jarak dari Denpasar ke
Gilimanuk memakan waktu 3 – 4 jam, berharap dengan pengawalan ketat dia bisa
menyeberang dengan lancar. Ternyata si pekerja ini terkendala dengan surat
keterangan rapid tes yang belum dia miliki. Awalnya gusar, karena untuk
mendapatkan surat rapid tes ini harus membayar mahal. Atas saran suami si
pekerja ini mencoba mencari rujukan surat rapid tes di puskesmas sekitar
pelabuhan Gilimanuk. Ternyata membuahkan hasil, dia bisa menjalani serangkaian
tes dan dinyatakan negatif, serta dia bisa membawa serta surat rapid tes tanpa
dikenai biaya sepeserpun.
Sungguh, semenjak corona ini mewabah seolah menguras
emosional kita. Banyak berita hoax menyebar, banyak orang stress gara-gara
anggota keluarganya mendadak meninggal karena virus ini, banyak pengangguran dan
kriminalitas karena perekonomian yang hancur akibat virus ini. Bahkan banyak
orang yang ketakutan, tidak mau berinteraksi dengan orang lain, atau tidak mau
rumahnya didatangi orang lain. Seolah-olah teman sendiri mendadak menjadi
monster menyeramkan yang harus dijauhi. Atau bahkan, ketika teman sendiri
dinyatakan positif covid-19, seolah dia menjadi makhluk terasing yang harus
dijauhi dan diisolasi.
Inilah yang saya alami ketika tinggal di asrama. Tempat tinggal
kami tiba-tiba gempar karena sebuah berita yang beredar, bahwa salah seorang warga
terdeteksi covid-19. Fotonya tersebar dimana-mana, bahkan ia dan keluarganya
mendadak jadi bahan perbincangan ramai. Setelahnya seorang warga yang awalnya
sehat-sehat saja, tiba-tiba sakit dan meninggal. Tes awal dinyatakan negatif. Setelah
jenazah dikubur ternyata hasil tes menyatakan bahwa yang bersangkutan
dinyatakan positif covid-19. Suasana asrama kami mendadak menyeramkan. Semua ketakutan.
Beberapa blok diwajibkan menjalankan isolasi mandiri selama 14 hari. Bahkan para
pengurus masjid yang ikut menguburkan jenazah dianggap terdakwa dan harus
diswab. Semua warga harus menyerahkan fotokopi kartu keluarga untuk pendataan. Setelahnya
para petugas kesehatan dari gugus covid-19 dengan APD lengkap datang ke asrama
untuk melakukan tes rapid kepada warga yang tinggal di blok berdekatan dengan
pasien meninggal. Para pedagang sayur keliling, para penjual makanan atau
bahkan pengantar paket kiriman tidak diperbolehkan masuk asrama. Suasana asrama
mendadak menjadi sunyi, tak ada anak-anak yang ramai bermain di luar rumah. Mereka
berdiam diri didalam rumah sambil nonton tv atau main gawai. Nyaris minim
aktivitas diluar rumah. Hanya para anggota TNI yang kebetulan kantornya di
lingkungan asrama yang setiap pagi meramaikan suasana dengan aktivitas
olahraganya. Serasa hidup terisolasi di lingkungan sendiri.
rindu pulang kampung. dokpri. |
Kalau sudah begini, jadi ingat kampung halaman. Ingat ibu
dan mertua yang lebaran kemarin terpaksa tidak bisa bersilahturahmi. Ingin pulang,
tapi peraturan di kampung halaman sangat ketat. Bagi siapapun yang datang ke
kampung halaman harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari. Kebayang kan
isolasinya 14 hari, sementara ijin cutinya cuma 2 minggu, sama saja tidak bisa
bertemu dengan keluarga, karena waktu cuti habis untuk isolasi saja. Padahal
saat ini bandara sudah dibuka untuk umum, namun dengan syarat calon penumpang
harus membawa surat rapid tes. Demikian juga dengan jalur penyeberangan,
masyarakat pun juga diperbolehkan menyeberang dengan membawa keterangan negatif
dari gugus covid-19. Bahkan, untuk mencari rujukan tes covid saat ini semakin
mudah. Untuk beberapa keperluan seperti perjalanan dinas atau pindah tempat
tugas, masyarakat bisa menjalani pemeriksaan covid test terdekat.
Jangkauan internet pun kini makin luas. Masyarakat bisa
mengakses internet untuk berbagai keperluan, utamanya untuk mengenal lebih jauh
tentang covid-19 ini. Dengan layanan yang makin lancar, diharapkan masyarakat
mampu memfilter informasi yang benar, agar mereka tidak menelan mentah-mentah
setiap informasi yang diterimanya, sehingga tidak menimbulkan ketakutan yang
terlalu tinggi saat lingkungannya dinyatakan zona merah covid-19. Sesungguhnya tanpa
keluar rumah pun masyarakat bisa menimba ilmu kesehatan lebih banyak, bisa
berkonsultasi dengan pakarnya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menerima
berita yang tidak benar. Salah satu aplikasi yang bisa diakses di rumah adalah
HaloDoc.
credit |
HaloDoc merupakan aplikasi karya anak bangsa yang hadir
untuk meramaikan dunia star up nasional, yaitu sebuah teknologi aplikasi
kesehatan terpadu yang memfasilitasi interaksi antara dokter dengan pasien diluncurkan
sekitar empat tahun lalu. Dalam aplikasi ini memanfaatkan teknologi terkini
yang menawarkan kemudahan dan mempersingkat waktu untuk mengakses kesehatan
pada saat pengguna membutuhkan pertolongan dokter.
credit. |
Aplikasi HaloDoc dibawah
naungan MHealth Tech, perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang teknologi
kesehatan, dimana perusahaan ini sebelumnya meluncurkan aplikasi bidang
kesehatan yakni ApotikAntar dan produk teknologi bagi praktisi kesehatan yakni
Aplikasi dokter. HaloDoc hadir untuk menyederhanakan akses kesehatan. Pasien
bisa dengan mudah berhubungan dengan dokter lewat gawai. Bahkan aplikasi ini
juga terkoneksi dengan ApotekAntar dan laboratorium. Sementara itu ekosistem
HaloDoc dirancang untuk memfasilitasi kemudahan masyarakat dan mempersingkat
akses pelayanan kesehatan. Disini pengguna juga dibebaskan untuk memilih dokter
yang sesuai kebutuhan dengan biaya bervariasi. Artinya untuk tarif ditentukan
sendiri oleh dokter bukan dari HaloDoc.
Selain itu HaloDoc juga memiliki fitur yang memungkinkan pengguna dapat
berkomunikasi dengan dokter melalui beberapa pilihan fitur, seperti: voice,
video call dan chat.
Hebatnya aplikasi HaloDoc juga terintegrasi dengan aplikasi ApotikAntar,
platform yang menghubungkan pengguna dengan apotik resmi terdekat lengkap
dengan layanan antar cepat, seperti GoJek, dan terkoneksi dengan AplikasiLab
yang memudahkan pengguna memesan jasa laboratory test dari laboratorium resmi
yang dimana saja. Kehadiran aplikasi HaloDoc dudukung penuh oleh Ikatan Dokter
Indonesia (IDI).
33 Komentar
semenjak pandemic ini jadi punya beberapa hobby baru hihihi, salah satunya jadi seneng masak juga dan suka berburu resep di website atau di youtube ehehhe
BalasHapustos mbak..samaan kita ya hehehe
HapusPandemi ini benar-benar besar dampaknya ya Mba, hampir di segala aspek. Semoga segera berakhir wabah ini, jadi kita bisa beraktivitas seperti biasa lagi. Amiin
BalasHapusaamiin saling mendoakan ya mbak
HapusMasa pandemi kaya sekarang ini jadi banyak cerita, suka dan duka. Aku bersyukur karena termasuk yang santai dan gak terlalu terpengaruh. Tapi lihat tetangga lain, jadi ikut prihatin
BalasHapusiya sama mbak...prihatin melihat kasus yang terjadi di sekitar kita.
HapusMemang pandemi ini berdampak ke semua sektor kehidupan kita ta mba.. Semoga mba Yun dan keluarga tetap semangat yaa..
BalasHapusSalam sehat...
aamiin...terimakasih doanya ya mbak...Doa yang sama untuk mbak Mechta dan keluarga...salam sehat kembali.
HapusMasa pandemi memang membuat semua kebiasaan lama menjadi berubah, salah satunya lebih memilih melakukan semua transaksi secara online, termasuk untuk konsultasi kesehatan. Halodoc menjadi salah satu pilihan.
BalasHapusbetul mbak...jadi takut mau keluar rumah..lebih memilih bertransaksi dan berkonsultasi secara online ya
HapusIya nih mba, udah berharap pandemi ini segera berakhir. Asalkan masyarakat patuh dengan protokol kesehatan sebenarnya hal ini bisa cepat selesai. Masalahnya tuh banyak yg enggak sabar dan mendukung kebijakan pemerintah sih.
BalasHapusngeri mbak kalau lihat suasana pasar atau swalayan yang ramai banget..disitulah sumber penulasan covid-19 bermula....
HapusBenar banget mba, pandemi ini semoga segera berakhir agar semua aktivitas kembali berjalan normal kembali.
BalasHapusUntung saat ini teknologi sudah mpuni ya, sebagian aktivitas bisa dilakukan secara online.
inilah segi positif dari pandemi saat teknologi sudah modern ya mbak...semuanya serba online.
HapusBapakku pedagang sayur dan buah, Mbak, alhamdulillah ngefek juga, pendapatan turun. Biasanya sehari bisa bawa pula 2 juta bersih, sekarang hanya 1,5 jutaan. Semua harus tetap dijalani dan disyukuri.
BalasHapusKalau untukku pribadi sebagai guru honorer di SD negeri, soal gaji tidak ada masalah. Tetap menerima tepat waktu, alhamdulillah.
memang semuanya kembali kepada pribadi masing-masing ya mbak...berapapun yang kita terima kalau disertai rasa syukur insyaallah pasti cukup ya.
HapusSelalu ada hikmah dibalik musibah ya Mbak. Kondisinya memang berat, tapi selalu ada kebaikan yang kita dapat. Misalnya yang tak biasa masak di rumah jadi rajin eksekusi resep. Yang sebelumnya nggak bisa pulang kampung, karena PHK jadi balik ke daerahnya dan bertemu keluarga besar.
BalasHapusYah kita hanya bisa berupaya Mbak semoga pandemi segera berakhir
aamiin mbak....kita ambil sisi positifnya dari pandemi ini agar stres tidak melanda kita ya mbak...
Hapusberkah corona jadi sering masak yaa? hehehe..
BalasHapusbtw, aku kok kurang setuju dengan sistem zonasi yaa.. kasian yang berprestasi jadi gak bisa masuk hanya krn beda zona..
iya mbak hehehe....iya sistem zonasi memang merugikan siswa..tapi sekarang penerimaan siswa baru tidak hanya berdasar zonasi saja melainkan dibagi menjadi beberapa sistem yang bisa membantu siswa mendapatkan sekolah yang diinginkan.
HapusBaanyak hal yang terjadi selama pandemi dan kita pun dipaksa keluar dari rutinitas maupun zone nyaman. Semangat terus yaa mbaa
BalasHapusbetul mbak...pandemi telah mengubah kebiasaan kita...
HapusSadar banget, kak...
BalasHapusAdanya virus jadi gak perlu lagi barang-barang branded. Tas dan baju teronggok manis di lemari.
Andaikan manusia bisa lebih baik dengan cara begini...
Semoga Allah melindungi kita semua dari sakit.
inilah hikmah dari pandemi ya mbak....kita jadi sadar banyak dosa dan khilaf yang pernah kita lakukan sebelum pandemi...dan inilah ujian dari Allah.
HapusKita diuji bersama-sama ya Mba di pandemi ini.
BalasHapusSemoga apapun yang kita lewati ini membawa dampak yang baik, yang bisa memberikan pelajaran berharga sedih juga banyak yang meninggal. Jaga kesehatan di sana ya mba Yun
aamiin...semoga pandemi segera berakhir ya mbak dan kita bisa menjalani kehidupan normal....terimakasih mbak....semoga mbak Nyi dan keluarga juga sehat selalu....
HapusMemang ada plus minus nya ya kak pandemi ini disatu sisi banyak yang terkena dampaknya seperti keuangan tapi disisi lain kita jadi kreatif bikin ini itu dan quality time sama anak bener2 puas juga.
BalasHapusbetul....semuanya kembali kepada pribadi masing-masing...bagaimana kita bersikap ditengah pandemi ini.
HapusIya bener di mana mana gowes gowes banyak banget ya mba. :)
BalasHapusgowes menjadi hobi baru ditengah pandemi ini.
Hapusaku ngiler sama makanan yang dibuat sama mbak yuni loh bener bener kreatif banget nie mba yun saat pandemi gak kayak aku cuma geng rebahan aja
BalasHapusSemenjak pandemi ini saya banyak di rumah aja, ambil waktu sejenak untuk istirahat dan belajar masak juga hehehe
BalasHapussmg pandemi ini segera berakhir, udah cape dan ketar ketir
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...