Saya mempunyai pengalaman berharga tentang pentingnya mengkonsumsi suplemen vitamin ini bagi kesehatan tubuh kita. Yang pertama ketika ada masalah di kaki dan dilakukan tindakan oleh klinik kesehatan. Dan yang kedua ketika saya sekeluarga dinyatakan positif covid-19. Saya akhirnya menyadari bahwa tubuh kita ini butuh multivitamin agar terhindar dari segala macam penyakit.
Tindakan Pada Kaki Bermasalah
Beberapa tahun yang lalu saya pernah merasakan gatal-gatal
pada lipatan di jari kaki. Bahkan karena sangat gatal akhirnya saya
menggaruknya sangat kencang. Bukannya sembuh, namun area kaki yang terasa gatal
itu akhirnya berubah menjadi bentol-bentol yang makin besar berisi air. Kalau bentolan
itu dipencet dan dikeluarkan airnya maka rasa gatal berangsur berkurang.
Nah, kebiasaan jelek saya sering memanfaatkan peniti atau
jarum untuk mengeluarkan air dari dalam bentolan itu. Padahal peniti atau jarum
ini belum tentu higienis. Kadang berkarat atau penuh kuman, yang bisa saja
berakibat infeksi pada bentolan yang dipencet.
Ternyata benar, akibat mengeluarkan air dengan bantuan
peniti ini, akhirnya kaki saya mengalami luka parah. Bahkan obat dari apotek
pun rasanya tidak mempan. Karena takut terjadi infeksi akut, akhirnya saya
konsultasi ke klinik kesehatan terdekat.
Hmm….benar-benar bikin mata terbelalak, ketika seorang
perawat melihat luka di kaki saya.
Ini harus dilakukan tindakan Bu! Takutnya infeksi, jadi kulit luarnya harus dikelupas supaya tumbuh kulit baru. Kalau tidak begitu nanti tambah parah lukanya. Terpaksa, dilakukan operasi kecil dengan terlebih dahulu dibius pada bagian kaki.
What…….???
Seumur-umur saya belum pernah merasakan hal seperti ini.
Apalagi sampai melepas kulit. Membayangkan saja rasanya ingin menjerit, apalagi
mengalaminya langsung. Tapi setelah saya mempertimbangkan, ya sudahlah ikut
saja saran mbak perawat daripada tambah parah luka kaki saya.
Ketika tindakan itu dilakukan saya memang tidak merasakan
sakit, karena area kaki yang luka dibius. Namun saya masih bisa melihat
bagaimana proses pelepasan kulit kaki itu hingga akhirnya jempol kaki saya
hanya terlihat dagingnya saja.
Dan setelah kulit kaki terlepas, lalu jempol kaki saya
dibaluri betadine salep dan setelahnya dibalut dengan perban atau kasa steril.
Sampai disini saya belum merasakan sakit karena obat bius itu belum habis
masanya. Saya diberikan resep berupa obat penangkal rasa sakit, obat penurun
panas dan antibiotic. Bahkan, disarankan untuk control tiap tiga hari sekali.
Menjalani hari-hari dengan luka di jempol kaki itu rasanya
nano-nano. Apalagi setelah obat bius itu sudah habis, rasa sakit tak tertahan
kembali menjalar di tubuh saya. Saya hanya bisa merintih sambil bernafas
panjang. Apalagi ketika harus kembali ke klinik tiga hari kemudian. Perban yang
lengket dengan daging kaki harus dilepas paksa, duuuh jangan tanya deh
bagaimana rasanya.
Dan ternyata hal yang sama juga dialami Fawaz, anak saya.
Awalnya digigit semut pada betisnya, karena sangat gatal bekas gigitan semut
itu digaruk sampai luka. Dan luka ini bukannya sembuh tapi malah makin parah.
Bahkan, sampai mengeluarkan nanah. Sementara nanah yang menetes menyebabkan
timbulnya luka baru di area lain. Benar-benar takut melihat kondisi Fawaz waktu
itu.
Saya ingin mengajaknya konsultasi ke klinik kesehatan
terdekat, namun Fawaz menolaknya. Ia takut akan mengalami hal yang sama dengan
saya. Luka dibetisnya akan dikelupas kulitnya supaya bisa tumbuh kulit baru.
Dan memang demikian prosesnya ketika saya tanyakan ke mbak perawat.
Saat kebingungan itulah akhirnya saya mencari informasi
tentang penyakit yang saya dan Fawaz alami ini. Apakah setiap penyakit kulit harus
dilakukan tindakan pengelupasan kulit untuk penyembuhannya? Kalau memang iya,
saya hanya memikirkan kondisi Fawaz. Andai dia tidak mau dilakukan tindakan
seperti itu, berarti lukanya tidak kunjung sembuh. Bahkan bisa jadi berakibat
fatal. Duuuh…rasa takut mulai menghantui saja.
Bersyukurlah berkat rekomendasi kakak ipar, akhirnya saya
disarankan berobat ke doter senior yang praktek di perusahaan tempat kakak ipar
bekerja. Demi kesembuhan akhirnya saya dan Fawaz nekat terbang ke Mojokerto
untuk konsultasi tentang penyakit kaki.
Dan alangkah leganya hati kami ketika sang dokter mengatakan
bahwa penyakit yang kami derita ini hanya disebabkan virus. Kami sempat cek
gula darah, ternyata semuanya normal. Bahkan dokter tersebut menyayangkan
tindakan mbak perawat yang harus mengelupas kulit hingga rasanya amat sakit.
Pasti kebayang kan bagaimana sakitnya kulit yang menempel di tubuh kita
tiba-tiba harus dikelupas dengan paksa.
Tips Mengobati Luka Pada Kaki
👉Jadi cara pengobatan dokter ini sangat simple. Luka yang masih basah ini harus dibersihkan dulu dengan air infus, jangan alkohol atau refanol. Setelahnya bisa diobati dengan betadine. Dan balut dengan kasa steril dengan harapan supaya lukanya tidak mengalami infeksi. Pastinya luka yang dibalut dengan kasa steril akan lengket dan sulit dilepas.
👉Untuk melepas kasa steril itu kembali guyur luka dengan air infus, sampai kasa ini lepas dengan sendirinya. Setelah kasa lepas dari kaki yang luka, disitu akan terlihat kerak dari luka itu menempel di kasa.
👉Lakukan hal yang sama berulang-ulang saat akan membalut kaki maupun melepas kasa steril dari luka yang ada di area yang sakit. Dengan begitu perlahan luka yang basah bisa berangsur mengering. Namun tindakan pengobatan ini harus dilakukan dua arah. Pengobatan dari luar dan pengobatan dari dalam.
👉Ternyata obat dalam yang harus saya dan Fawaz konsumsi adalah obat yang sudah familiar, seperti redoxon, dan suplemen vitamin, salah satunya vitamin D. Virus yang menyerang tubuh kami rupanya disebabkan oleh menurunnya imunitas tubuh. Dan salah satu fungsi vitamin D adalah mengatur ekspresi ribuan gen dalam tubuh dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh dapat melawan infeksi secara efektif.
Dan Subhanallah dengan mengikuti anjuran dokter di Mojokerto
luka kami sembuh total. Bahkan, luka di betis kaki Fawaz yang tadinya sangat
mengkhawatirkan akhirnya berangsur kering dan bisa sembuh. Tinggal bekas luka
yang berwarna hitam yang susah dihilangkan.
Pengalaman Terpapar Virus Covid-19
Sudah lebih dari dua tahun kita menjalani hidup yang luar
biasa berbeda dengan sebelumnya. Covid-19 tiba-tiba mewabah dan merenggut apa
yang kita miliki. Semua sektor lumpuh, bahkan banyak yang kehilangan anggota
keluarga. Meski sudah berusaha mematuhi protokol kesehatan, nyatanya hampir
semua orang tidak bisa luput dari virus ini.
Inilah yang saya alami di bulan kedua tahun 2021. Awalnya
suami mengikuti pendidikan, dimana harus mengikuti pembelajaran dalam ruangan.
Meski jumlah siswanya tidak terlalu banyak, namun materi dan tugas yang
dibebankan membuat suami harus lembur tiap hari. Barangkali tubuh yang terlalu
lelah ini membuat imunitas tubuh menurun.
Satu orang terpapar, akhirnya menular ke yang lain. Terbukti
suami dan empat orang temannya ikut terpapar virus covid-19 ini. Akhirnya
proses pembelajaran mereka dilakukan secara online, karena mereka harus
menjalani isolasi di sebuah hotel selama 10 hari pertama.
Entah sugesti atau memang tertular, ketika mendengar suami
terpapar virus covid-19 ini, saya merasakan sakit yang luar biasa. Kepala
sangat pusing, badan meriang dan terasa panas, bahkan tulang-tulang terasa
ngilu. Tidur pun tidak nyenyak, selera makan juga hilang. Setelah ditracking,
akhirnya saya dinyatakan positif covid-19 dengan CT Value yang sangat rendah.
Menyusul Fawaz yang juga dinyatakan positif covid-19. Resmi kami satu keluarga
melakukan isolasi di sebuah hotel selama 10 hari.
Semua orang, baik teman, saudara, keluarga bahkan tetangga
pun mengkhawatirkan kondisi kami. Bahkan, banyak yang japri menyarankan
berbagai obat untuk di konsumsi. Wajar mereka demikian, saya pun juga merasakan
hal yang sama. Tiap hari mendengar berita menyedihkan seputar covid-19. Apalagi
bila ada teman atau kerabat yang terpapar covid-19, butuh donor plasma darah,
dan setelahnya kabar buruk menimpanya. Sedih membayangkan hal demikian. Seakan
membayangkan bahwa itu adalah giliran saya. Astagfirullah…… ternyata Allah Maha
Baik masih memberikan kesempatan kepada kami untuk menjalani hidup lebih baik
lagi.
Dan memang pengalaman terpapar covid-19 ini merupakan
refleksi diri bagi kami. Kami bisa berkumpul bersama, menghabiskan waktu
bersama, bercengkerama, makan bareng, bahkan tidur bersama dalam satu ruangan.
Dimana sebelumnya kami tidak sempat melakukannya, karena kesibukan
masing-masing.
Pengobatan Covid-19
salah satu menu makanan saat isolasi karena covid-19 |
Ternyata cara pengobatan yang dilakukan tim kesehatan penanganan
covid-19 ini juga sederhana. Bagi penderita tanpa komorbid, cukup diberikan
makanan sehat dan bergizi 3x dalam sehari, dilengkapi dengan buah-buahan.
Disela-sela menu makan, ada jam tertentu dimana pasien harus mengambil jatah
snack.
Yang lebih penting adalah pemberian madu dan multivitamin.
Jadi setiap pagi pasien diberikan satu cup madu dan multivitamin yang bisa
meningkatkan imunitas tubuh, karena sebenarnya meski obat covid-19 ini belum
ditemukan, namun dengan konsumsi makanan dan suplemen kesehatan, niscaya virus
ini dapat dimatikan.
Selain makan-makanan bergizi, rutin konsumsi madu dan
multivitamin serta sering minum air putih hangat, sebaiknya pasien covid-19 ini
harus sering berjemur dibawah terik matahari sekitar jam 10 pagi. Cukup setengah
jam saja, agar asupan vitamin D untuk tubuh terpenuhi.
Dan memang selama 10 hari kami menjalani isolasi di sebuah
hotel. Tiap tiga hari sekali dilakukan tes PCR, itupun hasilnya masih positif,
tergantung CT Value awal saat masuk isolasi. Bila diawal rendah kemungkinan
akan lama sembuhnya, namun jika sudah tinggi maka akan cepat sembuhnya.
Kenapa harus menjalani isolasi selama 10 hari? Kadang ini
yang menjadi pertanyaan banyak orang. Virus covid-19 ini ibarat silent killer. Ia
akan mudah menular ke orang lain, terlebih bila orang lain tersebut imunnya
sedang turun. Dan jarak 10 hari ini waktunya virus bermetase dalam tubuh hingga
akhirnya ia akan melemah. Di hari ke-9 sebenarnya virus ini sudah melemah,
bahkan kemungkinan menularkan ke orang lain akan kecil. Sementara di hari
ke-10, meski pasien masih dinyatakan positif saat dilakukan tes PCR ulang,
sebenarnya virus didalam tubuhnya sudah tidak menular.
Coba kalau dilakukan tes antigen, pasti si pasien akan
dinyatakan negatif. Lalu mengapa dengan tes PCR masih dinyatakan postif? Karena
tes PCR ini sangat akurat, bahkan ampas atau sisa-sisa bawaan virus ini masih
dinyatakan positif bila dilakukan tes ulang.
Inilah yang kadang masih dianggap menakutkan. Ketika seorang
terpapar virus covid-19, lalu masih dinyatakan positif di hari ke-10. Meski
orang tersebut sudah dibolehkan pulang dari tempat karantina, dan menjalani
isolasi mandiri di rumah, namun tetap saja orang lain akan takut mendekat. Pastinya
akan membuat mental si pasien down bila menghadapi kenyataan ini.
Ah…pandemic ini memang banyak cerita. Banyak kejadian yang
menguras airmata. Banyak kenangan yang akhirnya membuat kita introspeksi diri.
Mari kita berdoa semoga pandemic ini segera berakhir. Sungguh kasihan anak-anak
kita yang tidak maksimal menjalani pendidikan, padahal mereka adalah asset bangsa
yang kelak menjadi penggerak kehidupan bangsa ini. Kasihan pula mereka yang
kehilangan pekerjaan, anggota keluarga dan sebagainya.
Semoga perjuangan yang melelahkan ini akan berbuah manis.
Tetap jaga kesehatan ya, patuhi protokol kesehatan, hindari tempat-tempat yang
menimbulkan kerumunan. Dan jangan lupa selalu pakai masker, bawa serta hand
sanitizer serta cuci tangan sesering mungkin. Ingat jangan lupa bahagia, karena
bahagia itu akan meningkatkan imun kita.
0 Komentar
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...