Hari ini angka di kalender menunjuk ke angka 21, entah
harus gembira atau sedih. Pasalnya di tanggal yang sama beberapa tahun silam
aku meresmikan hubungan dengan lelaki yang kini sah menjadi ayah dari anak
semata wayangku.
Satu tahun sudah aku menjalani hubungan jarak jauh dengan
suamiku. Aku yang bertahan di Bali dan mengontrak di sebuah perumahan demi
menemani anakku menyelesaikan sekolah, sementara suamiku menjalani hari-harinya
seorang diri di Bogor semenjak kepindahan tugasnya setahun yang lalu. Berat memang
ketika dihadapkan pada dua pilihan. Memilih mendampingi suami dan meninggalkan
anak, atau menjalani hubungan jarak jauh dengan suami demi menemani anak?
Atas kesepakatan bersama, akhirnya aku memilih menemani
anak menyelesaikan sekolahnya di Bali. Meski banyak suara sumbang diluaran
sana, namun aku memilih untuk diam dan menutup rapat-rapat kedua telingaku. Aku
yakin skenario Allah tidak pernah salah. Justru dengan kondisiku saat ini,
barangkali Allah sedang menguji kesabaranku.
Titik Balik Kehidupanku
Kondisi ini berawal ketika suamiku dinyatakan lulus tes
setahun lalu. Dan memang benar kata pepatah, bahwa ucapan itu adalah doa. Suatu
hari ketika aku diajak suami ke bank untuk melunasi hutangnya yang kurang dua
tahun, pihak bank seolah menolak niat baik suamiku. Menurutnya, sesuai
peraturan terbaru, bahwa angsuran bank harus dicicil sampai jatuh tempo dan
tidak bisa dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo berakhir.
Dengan sedikit memaksa, dan berdalih ingin mengambil skep
asli untuk kepentingan tes, akhirnya pihak bank menyetujui niat suami yang
ingin melunasi hutangnya di bank. Bukan tanpa sebab, pasalnya aku tidak ingin
berlarut-larut dibuat pusing karena angsuran bank yang tidak selesai-selesai. Aku
ingin hidup normal dengan gaji suami yang utuh, syukur-syukur bisa menabung dan
menata kembali keuangan keluarga yang sempat berantakan tanpa perencanaan yang
matang.
“Memangnya papa mau ikut tes lagi?”, tanyaku sepulang
dari bank.
Dengan lantang suamiku menjawab, “ah, enggak, ngapain,
wong sudah jadi tentara gak usah terlalu memaksakan diri. Lebih baik sekarang
fokus ke anak, pendidikan anak lebih penting!”
“Lha itu tadi kenapa bilang mau tes saat ambil skep”,
tanyaku dengan penasaran.
“Ya kan cuma buat alasan aja. Orang bank susah banget
diajak kerjasama, kalau gak disampaikan seperti itu, bisa-bisa kita tidak boleh
melunasi hutang bank.”
“Kalau seandainya benar gimana, papa beneran lulus tes
gimana?”
“Ah gak mungkin, wong aku gak ikut tes!”
Percakapanku dengan suami rasanya masih saja terngiang di
telinga, sampai beberapa bulan kemudian akupun dibuat kaget ketika ia
mengabarkan bahwa dirinya dinyatakan lulus tes dan harus mengikuti pendidikan
Seskoad di Bandung selama enam bulan.
“Nah, apa kubilang, bener kan bahwa ucapan itu adalah
doa!”
Suamiku hanya bisa manggut-manggut sambil tersenyum, “bismillah
semoga Allah mudahkan semuanya…aamiin.”
Hmmm….rasanya nano-nano saat itu. Andai suami merencakan
semuanya mungkin tidak kalang kabut. Sungguh lulus tes itu diluar dugaan kami. Bahkan
kami tidak punya bekal untuk mengantarkan suami menempuh pendidikan. Akhirnya demi
suami, selama enam bulan itu aku berjuang supaya kebutuhannya selama di Bandung
bisa terpenuhi. Satu persatu yang kumiliki harus rela beralih tangan ke orang
lain.
Terlebih setelah enam bulan berlalu, dan suamiku
dipindahtugaskan ke Bogor, sungguh ini menjadi titik balik dalam hidupku. Anakku
yang marah dan tidak mau diajak pindah dari Bali, lalu aku yang harus
meninggalkan semua kegiatan organisasi demi menemani anak, bahkan aku juga
harus bisa hidup mandiri, berpisah dengan suami demi anak.
Disinilah aku menyadari bahwa semua yang kita miliki
sejatinya adalah milik Allah. Rumah, mobil, harta dan barang-barang yang kita
miliki bukanlah sepenuhnya milik kita. Kalau Allah menghendakinya, maka kita
harus merelakannya dengan ikhlas. Demikianlah dengan keadaanku saat ini.
Namun aku harus tetap bersyukur. Dalam doaku selalu kumohonkan kepada Allah
untuk menjaga orang-orang yang kucintai ketika kami berjauhan. Meski tidak bisa
bertemu langsung, namun setiap hari kami selalu video call untuk bertanya
khabar dan menceritakan aktifitas masing-masing. Aku juga dikelilingi teman
yang baik dan saling support, hingga membuatku tidak merasa kesepian.
Sejujurnya aku bukanlah wanita yang kuat seperti saat
berhadapan dengan teman-temanku. Ketika aku sedang sendiri, airmata itulah yang
menetes dengan sendirinya. Membayangkan satu persatu kejadian yang kualami,
mulai dari pindah rumah dari rumah dinas ke kontrakan, lalu menjual barang yang
kumiliki demi bertahan hidup, menghadapi banjir besar ketika musim hujan tiba
dan harus merelakan semua barang terendam air, belum lagi menghadapi ulah anak
semata wayang yang menginjak remaja, otomatis semua itu membuatku emosi dan
menguras tenagaku.
Ulang Tahun Pernikahan Di Tanggal 21 Agustus
Dan hari ini tepat di tanggal 21 Agustus, aku kembali
merenda kisahku sejak awal menikah hingga saat ini. Ternyata hidup itu ibarat
sebuah roda sepeda yang berputar. Selama kehidupan itu masih ada, maka ia akan
terus berputar. Ketika musibah banjir membuatku sedih, akupun kembali mengingat
diawal pernikahan saat kami masih di Papua.
Rumah kami berada dibawah, sehingga saat hujan deras
tiba, selokan di belakang rumah tidak bisa menampung air hujan dari atas. Akibatnya
air itu masuk ke rumah dan menggenangi semua barang yang ada di rumah. Karpet,
beras bahkan kasur ikut terendam air. Kejadian itu rupanya terulang kembali
saat aku tinggal di rumah kontrakan yang ada di Bali.
Yaa….mengingatnya bahkan membuatku tersenyum. Apalagi saat
ini musim hujan mulai tiba, aku kembali dikuatkan oleh para tetangga. Tetangga yang
bertahun-tahun menempati perumahan, rasanya musibah banjir bukanlah hal baru. Pasalnya
perumahan yang kutempati saat ini daerahnya rendah, sehingga saat hujan lebat
tiba, banjir pun tak bisa dihindari. Bertahun-tahun mereka dilanda banjir, namun
sama sekali tak membuat mereka sedih.
Hari ini, tepat di hari Minggu tanggal 21 Agustus, akupun
kembali mengenang setahun yang lalu, saat terakhir kami tinggal di rumah dinas.
Kami bercengkerama didalam kamar sambil menikmati sebungkus oreo hitam yang didalamnya
terdapat krim berwarna putih. Entahlah, biskuit ini rasanya menjadi biskuit
idola keluarga kami disaat lapar melanda. Bahkan saat merayakan ulang tahun
pernikahan kami, selalu saja tersedia biskuit ini.
Definisi Momen Keseruan Bersama Keluarga
Ah….ingat oreo, jadi mengenang kebiasaan almarhum bapak
saat beliau pergi ke luar kota beberapa hari. Sepulang dari kegiatannya, bapak
selalu membawakan oleh-oleh beberapa bungkus biskuit oreo kesukaanku. Rasanya bahagia
banget kala itu.
Kini, ketika aku sudah berkeluarga pun biskuit ini tetap
menjadi biskuit favorit keluargaku. Suami dan anakku sama-sama suka ngemil
biskuit ini. Kalau sudah tersedia teh hangat dan biskuit oreo, masakan di dapur
seolah terlupakan.
Bagiku definisi kebahagiaan itu sangat simple. Ketika aku
bisa berkumpul bareng keluarga, itu sudah cukup membuatku bahagia. Tak perlu
dikelilingi barang mewah, yang penting kami saling bergandengan dan berpelukan,
rasanya itu sudah membuatku nyaman.
Namun ketika kami harus terpisah karena keadaan seperti
saat ini, akupun berusaha merenda kebahagiaan. Komunikasi, kepercayaan dan
keterbukaan menjadi kunci kebahagiaan. Aku yakin, apa yang kujalani saat ini
adalah ujian kesetiaan dimana kami saling menguatkan. Meski bahaya itu bisa
saja mengintai, namun aku yakin Allah selalu melindungi dan menjaga hambaNya
yang senantiasa taat menjalankan perintahNya.
Dan hari ini, meski kami hanya bisa melakukan video call,
namun tak mengurangi keseruan kami merayakan ulang tahun pernikahan kami. Kami bertiga
tak henti-hentinya tertawa lepas, ketika mendengar cerita Fawaz, anak semata
wayang kami yang belepotan mengucapkan kalimat bahasa Jawa. Maklum anakku lahir
di Papua, besar di Bali, sementara bahasa yang kugunakan berdialog dengannya
adalah bahasa Jawa.
Seperti #UlangTahunOreo yang begitu meriahnya, akupun tak
ingin kalah dengan keseruan Oreo. Momen #WishOreo110 ini membuatku kembali
bersemangat untuk memulai kehidupan baru tanpa mengeluh. Aku memang harus
bersyukur bahwa sampai detik ini Allah masih memberiku nikmat yang luar biasa.
Dan hari ini, akupun kembali menikmati biskuit oreo tepat
di tanggal 21 Agustus ketika video call dengan suami, agar kami sama-sama ingat
perjuangan panjang yang kami lalui belumlah berakhir sampai detik ini. Harapanku
hanya satu, kelak kami bisa kembali bersama, merenda kisah bersama keluarga
yang utuh, dan mengantarkan anak semata wayang kami ke gerbang kesuksesan.
Sejarah Biskuit Oreo
Masih ingat tagline Oreo? “Diputar, dijilat, dicelupin”,
menjadi tagline biskuit ini. Dari dulu bentuk oreo berupa dua kepingan bulat
berwarna hitam yang didalamnya terdapat krim yang manis rasanya. Meski demikian,
biskuit ini menjadi jajanan favorit dari generasi ke generasi.
Bahkan, seiring berjalannya waktu, oreo tidak hanya
dimakan begitu saja. Banyak usaha kuliner yang menggunakan oreo sebagai
toppingnya. Mulai dari minuman, pudding, kue tart bahkan aneka cake lainnya. Biskuit
ini memang sederhanya, namun nyatanya punya banyak cerita.
Oreo sebenarnya sudah ada sejak tahun 1912, lalu berubah nama menjadi Sandwich Oreo pada tahun 1921. Nama Oreo dianggap tidak resmi, bahkan beberapa orang beranggapan nama Oreo tersebut merupakan kombinasi dari biskuit itu sendiri. Oreo merupakan kombinasi dari “re” yang diambil dari “cream” dan di antara dua “o” pada “chocolate”, sehingga tercipta “o-re-o”.
Rangkaian Perayaan #WishOreo110 (Produk Baru Varian Spesial Ulang Tahun, AR Instagram Filter dan Kolaborasi Bersama F&B)
Salah satu keseruan yang dihadirkan
dalam acara ini adalah peluncuran produk baru varian spesial ulang tahun Oreo
“Birthday Cake Flavor” dengan tampilan biskuit khas Oreo yang bertabur sprinkle
warna-warni didalamnya dan desain kemasan menarik. Biskuit ini bisa didapatkan
di mini market atau swalayan seperti Alfamart, Indomart dan lain-lain.
Kolaborasi dengan Bitter Sweet by Najla
Sesuai dengan tujuan Oreo untuk senantiasa menciptakan momen keseruan bagi keluarga di seluruh dunia, sejak hadirnya Oreo selalu konsisten dengan misi spark playful connection, Saskhya Aulia Prima M.Psi selaku Psikolog & Co-founder Rumah Psikologi TigaGenerasi turut menjelaskan alasan penting untuk selalu menciptakan momen bersama keluarga.
(Sumber: Medcom)
Waaah benar-benar seru ya perayaan ulang
tahun Oreo yang ke 110 tahun.
Aktivitas Seru Dan Ucapan Ulang Tahun Oreo
Sebagai seorang istri tentara, aku selalu
mendampingi suami dimanapun ia bertugas. Bahkan, setelah anak kami lahir, semua
pekerjaan rumah murni kukerjakan, tidak ada campur tangan orang lain yang
membantu membereskan pekerjaan di dapur, sehingga si anak pun akhirnya lebih
nyaman bersama ibunya.
Namun, ketika anakku sudah tumbuh
remaja, rupanya ia lebih memilih dunianya ketimbang harus mengikuti ayahnya
berpindah tugas. Sementara aku, tak mungkin akan meninggalkannya sendirian,
mengingat anak seusia anakku sedang berada di kondisi rawan. Ia cenderung suka
mencoba hal-hal baru. Inilah yang membuatku harus mendampinginya.
Tetapi meski kami harus menjalani
hubungan jarak jauh dengan suami, aktivitas di hari ini sangatlah seru. Dari pagi
sampai sore terhitung sudah tiga kali kami melakukan video call. Ada banyak
cerita yang mengundang gelak tawa kami. Mulai dari tahi lalat suami diatas alis
yang kukira kotoran, atau anakku yang salah ucap kata dalam bahasa Jawa atau
bahkan aku yang selalu nyasar meski sudah lama tinggal di Bali.
Yaaa….semoga pengalaman ini menjadi
pelajaran berharga bagi kehidupanku selanjutnya. Aku berharap semoga waktu bisa
cepat berlalu, dan kami bisa kembali kumpul bersama merenda cerita indah
selanjutnya.
Di #UlangTahunOreo yang ke-110 ini aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun Oreo, semoga tetap menginspirasi keluarga Indonesia agar makin kompak, menjaga keharmonisan keluarga, menjunjung tinggi kepercayaan dan tetap semangat menjalani harinya. Dengan Oreo 110th Birthday Celebration tetap menjadikan Oreo sebagai biskuit favorit keluarga Indonesia dari generasi ke generasi. Ia tetap berdiri kokoh di usianya yang tidak muda. Kuncinya hanya satu, menciptakan kebahagiaan hakiki bagi keluarga Indonesia. Dengan hadirnya Oreo Birthday Cake Flavor, membuat hidup pun penuh warna dalam suka cita. #WishOreo110 !
Bersama Oreo, keluarga Indonesia makin
bahagia, tetap semangat dan sehat selalu. #WishOreo110!
18 Komentar
Ijin Bapak,
BalasHapusIjin Ibu sayang 🙏🏽🥰
Selamat Ulang Tahun Pernikahan 🥳🍰🎂🍹🍨
Langgeng Hingga Kakek dan Nenek 🙏🏽
Di Paringi Sehat Jasmani dan Rohani 🙏🏽
Di Jauhkan Dari Hal Buruk Dunia 🙏🏽
Selalu di Lindungi Oleh Gusti Allah,Swt🤲🏼
Sekali Lagi Happy Anniversary 💜
luar biasa semangat dan perjuangannya LDR yaa mba, kalau lagi LDR begitu, pasti kita jadi lebih bisa menghargai kehadiran seseorang yang disayang, ketika bertemu pengen quality time'an terus..
BalasHapusMembaca kisahnya aku jadi gak pengen jauh-jauhan lagi sama pasangan mba, karena dulu juga pernah LDR 1 tahun, beda negara lagi.
Quality time bareng Oreo asyik juga nihh
Bapak saya juga tentara, Mbak.
BalasHapusBeliau ga mau sekolah, karena katanya nanti pindah-pindah tugas, kasihan anak-anaknya pindah-pindah sekolah terus hahaha. Padahal kalau pindah-pindah juga, banyak pengalaman dan nuansa hidup. Walau memang kalau pindah-pindah itu melelahkan hehehe.
Dan seru juga Orea ternyata sudah 110 tahun ya, Mbak. Walau di Indonesia kehadirannya belum selama itu, tapi langsung memikat pemirsah.. Indonesia hehehe.
Salah satu biskuit favorit anakku di rumah, dimakan dan dicampur apa aja oreo emang enak banget deh!
BalasHapusHais baru tahu nih nama Oreo itu filosofisnya dari dua keping cokelat yang mengapit cream. Jadilah o -re- o hehehe ...
BalasHapusApapun istilahnya Oreo memang banyak disukai anak dan dewasa.
Wowwww... Gak nyangka banget kalau Oreo ternyata sudh ada sejak lama itu. Aku juga pernah denger nama Sandwich Oreo. Tahun 90-an masih ada deh seperti ya kak
BalasHapusMasyaAllah, happy anniversary juga ya mbaa, barengan sama oreo nih hehe.. aku jg kemarin cari oreo yg nii akhirnya dapaat penasaran banget kek gimana rasa creamnya hihi
BalasHapusHe em, pakai Oreo jadi toping makanan maupun minuman rasanya makin enak.
BalasHapusEh dijadikan cake ataupun puding juga nikmat.
Memang nih Oreo memanjakan kita untuk bahagia selalu
Ah iya
BalasHapusOreo nggak cuma enak buat camilan
Tapi bisa buat toping beragam makanan dan minuman
Emang enak kok Oreo ini
Happy anniversary ya Mbak. By the way bisa langsung tiup 110 lilinnya gak? Saya coba berkali kali baru bisa meniup seluruh lilinnya yang 110.
BalasHapusOreo ini salah satu camilan kesukaanku mbak, karena nggak terlalu manis menurutku dan gampang dikombinasikan sama olahan2 menu lainnya juga ya
BalasHapussemangat mbaak... pasti ada pelangi setelah hujan. Happy anniversarry juga semoga mbak Yuni dan keluarga selalu dilimpahi kebehagiaan. Btw, Oreo Favoritku tetap yang klasik, yang hitam putih hehehe
BalasHapusOreo favorit aku juga mbak
BalasHapusDari dulu rasanya gak berubah, rasa coklat biskuitnya juga tetep, unik juga.
Apalagi nggak nyangka kalau ternyata usi Oreo udah senior gitu ya
aku belum dapat nih oreo yang ada gambar birthdaynya mba.. kayaknya pada kehabisan nih aku, mungkin banyak yang sudah beli dan ngeborong juga yaa :D
BalasHapussemangat Mbak... pejuang LDM itu luarbiasa lho. wah selamat ya mbak happy anniversary kok pas ya nih sama perayaan ke 110 oreo asyi juga nih heheh eseseruan dengan orei
BalasHapusYAllah perjuangannya mba Yuni. Semoga Allah mudahkan ya mba. Filososifnya oreo keren banget ya..
BalasHapusnggak nyangka udah 110 tahun aja ya usia Oreo. Makanan langganan yang bikin kumpul jadi makin seru.
BalasHapusbungkus oreo bday celebration lucu yaa, cheerful gitu, tapi aku belum nemuin nih klo ke alfa atau indo, penasaran sama rasanya
BalasHapusSilahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...