Siapa sih yang tidak kenal dengan “cimol”? Makanan ringan khas Sunda ini dibuat dari tepung kanji. Cimol berasal dari kata aci di gemol yang artinya tepung kanji dibentuk bulat-bulat, lalu digoreng hingga matang. Dan cimol ini biasa dijual di pinggir jalan.
Dari cita rasanya yang khas membuat cimol ini banyak digemari para pembeli, bukan hanya anak-anak, namun hampir semua kalangan menyukai makanan ini. Dan siapa sangka berangkat dari ketertarikan berjualan cimol mampu melambungkan nama Resika Caesaria hingga dijuluki Si Ratu Cimol dari Banyumas.
Kesuksesan Cika (nama panggilan Resika Caesaria) dalam berjualan cimol ini nyatanya mampu membangkitkan semangat wirausaha dalam dirinya dan menularkan kepada lingkungannya. Kok bisa? Pasti pada penasaran kan, dari sebuah cimol bisa membangkitkan ekonomi masyarakat sekitar?
Ternyata, usaha yang dijalankan Cika ini berbentuk franchise makanan ringan, berupa cimol, yang kini sudah memiliki lebih dari 600 mitra gabungan yang berasal dari kalangan ekonomi lemah dan pengangguran. Nama badan usahanya adalah Made Arizka. Ia menerapkan gratis satu poin seharga Rp 1.000 untuk setiap mitra usaha yang membeli cimol di atas Rp 50 ribu.
Usaha franchise yang dijalankan Cika ini terbilang unik, pasalnya ia hanya menerima mitra yang akan berjualan cimol ini sendiri, dan bukan mereka yang memiliki modal besar dan merekrut karyawan lagi untuk menjualkannya. Nyatanya dengan usaha ini mampu meningkatkan perekonomian para mitra sekaligus memberikan harapan kepada mereka yang membutuhkan pekerjaan.
Cerita Di Balik Kesuksesan Berjualan Cimol
Ide berjualan cimol ini mulai digeluti Cika sejak ia berumur 16 tahun. Kala itu keadaan ekonomi orang tuanya sangat terpuruk. Tepatnya di tahun 2006 saat ayahnya mendekati pensiun dan memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai supir angkutan umum karena penglihatannya sudah mulai kabur.
Perempuan cantik kelahiran Banyumas, 5 Mei 1991 silam ini terpaksa harus memutar otak demi bisa tetap bersekolah. Apalagi ibunya sudah tidak ada, otomatis ia harus mencari cara untuk berpenghasilan. Dan dalam kondisi yang serba sulit ini nyatanya mampu melahirkan ide berjualan makan ringan.
Berbagai cara dilakukan Cika untuk mendapatkan uang, mulai dari berjualan kue keliling warung, berjualan batagor dan lain-lain demi mencukupi kebutuhan harian. Hingga akhirnya ia menemukan ide berjualan cimol.
Bermodal Rp 63 ribu untuk membeli bahan baku, Cika memulai usaha berjualan batagor dengan menitipkannya di kantin sekolah. Setiap hari Cika harus berjalan kaki dari rumah menuju sekolah yang berjarak sekitar 200 meter dengan membawa dua tas: satu isi buku pelajaran dan satunya berisi batagor.
Dari hasil berjualan batagor itu Cika sanggup mengantongi uang saku senilai Rp 20 ribu.
Selain di sekolah, Cika juga berjualan batagor saat ada acara pertandingan sepak bola.
Dan inilah jalan Cika mengawali usaha produksi cimol. Kala itu iaberkenalan dengan seorang pedagang cimol yang bersedia berbagi resep. Cika membagikan resep batagornya, sebaliknya si penjual cimol membagikan resepnya kepada Cika.
Resep dari pedagang tersebut, ia praktikkan di rumah. Setelah berhasil, Cika membawa cimol buatannya ke sekolah untuk dijual yang ternyata sangat laris. Dari hasil berjualan cimol yang ditekuninya sejak duduk di kelas X hingga XII, membuat Cika mampu membeli sepeda motor, membuat gerobak untuk berjualan, hingga biaya masuk kuliah.
Inilah yang membuat Cika banyak belajar berwirausaha yang menurutnya penuh tantangan. Dari usaha berjualan cimol inilah yang mampu membuat Cika tetap survive, hingga ia bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi jurusan keperawatan di STIKES Harapan Bangsa, Purwokerto.
Meski Cika berstatus mahasiswa kala itu, namun tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap menjalankan usahanya. Ia membawa cimol dari rumah untuk dijual di kampusnya. Menurutnya kampus memiliki potensi pasar yang lebih bagus. Bahkan sedikit pun tidak ada rasa minder karena kuliah sambil berjualan di tepi jalan.
Di sela-sela kesibukan kuliah, Cika tetap berjualan cimol memakai gerobak di kawasan kampus yang ternyata laris manis. Walau harus membagi waktu antara kuliah, praktikum, dan berjualan cimol, Cika tetap berusaha menyelesaikan kuliah tepat waktu dan berhasil lulus dengan predikat cumlaude di tahun 2013.
Setelah lulus, Cika pun bimbang apakah akan melanjutkan dan membesarkan usahanya atau menjadi perawat seperti cita-citanya? Namun ia tetap ingat akan pesan ayahnya, hingga akhirnya memilih untuk membesarkan usaha produksi cimol yang kala itu sudah memiliki12 karyawan yang bergabung dengannya. Menurutnya, melanjutkan usaha produksi cimol adalah caranya menjadi kepala ikan teri ketimbang ekor paus.
Inilah yang akhirnya membuat Cika semakin memantapkan diri untuk terjun ke dunia wirausaha. Ia lantas mendirikan waralaba dengan nama “Made Arizka”. Dan rupanya nama ini diambil dari singkatan nama dalam keluarganya, yaitu Maksi, Dewi, Agus, Riza, dan Cika. Selain itu, dia juga berinovasi dengan membuat aneka varian rasa cimol mulai dari rasa pedas, jagung manis, balado, barbecue, keju hingga pizza. Ternyata Usahanya pun meningkat dengan omzet mencapai Rp 90 juta per bulan.
Selain upaya diatas, ternyata Cika juga mengikuti perkembangan jaman dengan cara memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Twiter, serta media online untuk promosi usaha. Untuk promosi pun juga dilakukan melalui siaran radio supaya usahanya lebih dikenal secara luas.
Upaya Cika Memberdayakan Ekonomi Masyarakat
Kondisi ekonomi keluarga Cika yang terpuruk saat itu rupanya mampu menumbuhkan kesadaran untuk berwirausaha. Berangkat dari usaha berjualan cimol ini membuat nama Cika menasional. Ia tidak hanya mampu mengubah ekonomi keluarganya, namun juga dapat mengubah kehidupan ekonomi banyak orang.
Dalam berbisnis cimol ini Cika ini tidak mengutamakan profit. Melainkan ia menawarkan waralaba gratis. Dengan kata lain mereka yang ingin bekerjasama sebagai mitra tidak harus mengeluarkan modal untuk menjual cimol yang diproduksi Cika. Bahkan, mereka mendapatkan gerobak dorong atau gerobak modifikasi berupa sepeda motor lengkap dengan peralatannya.
Menariknya lagi mereka yang bisa diterima menjadi mitra adalah warga yang belum memiliki pekerjaan dan merupakan warga dari golongan ekonomi lemah. Dalam bermitra pun Cika juga tidak pernah meminta bagi hasil dari keuntungan penjualan yang diperoleh para mitra.
Semua ini dilakukan Cika karena ia menyadari bahwa para mitra memiliki latar belakang beragam, sehingga tidak dapat diterapkan peraturan ketat. Tetapi butuh pendekatan secara persuasif untuk meningkatkan hubungan emosional antara kedua belah pihak. Pendekatan yang dilakukannya dengan memberikan motivasi bisnis agar mitra tetap bersemangat untuk terus berjualan guna mendapatkan keuntungan bagi mereka sendiri.
Motivasi wirausaha dan menularkan rangsangan wirausaha kepada warga di lingkungan sekitar membuat Cika berhasil menerima apresiasi dan terpilih sebagai pemenang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2014 di bidang Pendidikan, Lingkungan, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Kesehatan serta Teknologi yang dilaksanakan PT Astra International Tbk.
Ide Berjualan Cimol Yang Penuh Tantangan
Bukan berarti usaha berjualan cimol yang dilakukan Cika ini mulus tanpa hambatan. Rupanya banyak tantangan yang dihadapinya ketika memulai usaha cimol. Bahkan Cika sempat berpikir dagangannya tidak akan laku.
Lalu Cika pun memiliki pemikiran bahwa usaha yang semakin berkembang, butuh manajemen waktu, bahkan manajemen keuangan harus diatur, artinya harus memilah-milah antara kebutuhan pribadi dan bisnis. Pembukuan keuangan, semakin kompleks, dan butuh pelatihan yang terus menerus. Yang tak boleh terlupakan adalah masalah internal SDM dan produksi, serta eksternal permintaan pasar. Survei pasar harus terus dilakukan supaya usaha pun makin inovatif.
Bisnis yang dijalankan Cika mengusung konsep bisnis sosial, di mana setiap bulan dari keuntungan 100 persen itu dibagi dua bagian. 70 persen digunakan untuk pengembangan, 30 persen digunakan untuk sosial. Bahkan ia juga memberikan franchise gratis serta modal antara tiga sampai empat juta yang digagaskan kepada para mitra. Bantuan ini diberi kepada mitra-mitra tertentu.
Rupanya usaha franchise yang dijalankan Cika ini berkembang pesat. Terbukti di tahun 2014, usaha ini memiliki 60 mitra yang berasal dari kalangan ekonomi lemah dan pengangguran. Lalu di tahun 2020, mitranya telah mencapai lebih dari 600.
Rumah Produksi Cimol Made Arizka
Rumah produksi CV Made Arizka Sejahtera yang terletak di Desa Lesmana RT 3 RW 6, Kecamatan Ajibarang, merupakan tempat bergantungnya nasib ratusan karyawan yang ingin mengubah perekonomiannya. Mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, dengan kondisi perekonomian yang awalnya terbilang pas-pasan.
Namun setelah bergabung dengan usaha produksi cimol, cireng, cilok, dan pempek, banyak karyawan yang bisa memperbaiki taraf kehidupannya. Menurut mereka, bekerja di rumah produksi CV Made Arizka bisa menjadi jalan rezeki bagi keluarga mereka.
Rupanya mitra binaan usaha franchise ini telah tersebar di seluruh wilayah eks Karesidenan Banyumas meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara.
Termasuk para penjual yang berada di Kendal, Semarang, Yogyakarta, hingga Jakarta.
Padahal dulu tak pernah ada dalam benak Resika Caesaria, usaha yang dimulai pada 2005 akan berkembang seperti sekarang. Bukan hanya meraup untung, nyatanya CV Made Arizka Sejahtera juga sukses menebar manfaat lewat program pemberdayaan bagi warga sekitar. Terutama masyarakat yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Fokus pada Program Pemberdayaan
Sampai akhirnya Cika harus fokus mengurusi produksi cimol. Ia lantas meminta saudaranya untuk melanjutkan berjualan di sekitar kawasan kampus yang sudah dikenali pembeli dan tempatnya sangat strategis.
Sayang, kala itu saudaranya tidak mempunyai modal. Lalu Cika memberanikan diri hutang ke bank untuk membelikan saudaranya sepeda motor sebagai sarana berjualan. Bahkan Cika juga menyediakan gerobak, alat penggorengan, hingga produk cimol untuk dijual. Niatnya cuma satu, ingin menolong saudaranya agar bisa keluar dari jerat kemiskinan.
Rupanya upaya Cika membuahkan hasil, hingga saat ini, saudaranya telah meraup pendapatan hingga Rp 20 juta per bulan dengan laba bersih sekitar Rp 5-6 juta setelah delapan tahun berjualan cimol. Bahkan saudaranya mampu membeli kendaraan sendiri serta memperbaiki rumah.
Skema pemberian bantuan yang dicoba Cika ini lantas diaplikasikan dengan menjangkau sasaran yang lebih luas. Cika juga perlahan-lahan mengarahkan perusahaannya menjadi social enterprise atau wirausaha sosial yang tak hanya mencari keuntungan, tapi juga ikut serta membantu lingkungan dan berdampak luas bagi masyarakat. Omzet perusahaan pun dibagi menjadi dua, yaitu untuk program pemberdayaan dan pengembangan perusahaan.
Program pemberdayaan yang dilakukan Cika adalah pemberian modal berupa gerobak secara cuma-cuma bagi masyarakat yang ingin berjualan cimol produksinya. Kurang lebih 70 gerobak gratis yang kini telah Cika bagikan. Gerobak tersebut dibuat sendiri oleh ayah Cika.
Pastinya mitra yang mendapatkan gerobak gratis ini memiliki kriteria tersendiri, seperti: berasal dari keluarga kurang mampu atau pengangguran agar bisa membantu perekonomian keluarga.
Caranya pun sangat mudah, yaitu dengan mengajukan diri untuk mendapatkan bantuan, lalu tim dari manajemen perusahaan akan melakukan survei terkait kondisi calon penerima serta kelayakan lokasi berjualan. Hal ini dilakukan Cika untuk meminimalisir sejumlah masalah yang terjadi di lapangan. Karena bukan tidak mungkin gerobak gratis yang dibagikan akan dijual.
Menariknya lagi Cika juga menggratiskan biaya franchise bagi mereka yang tidak mempunyai modal untuk berjualan. Jadi mereka bisa membawa produknya dulu, kemudian dijual. Kalau tidak laku, bisa diretur atau dikembalikan.
Para penerima bantuan program pemberdayaan ini oleh Cika dianggap sebagai mitra binaan. Jumlahnya pun terus bertambah, yang semula hanya 60 mitra kini menjadi 600 mitra. Dan setelah membagikan bantuan modal berupa gerobak serta penggratisan biaya franchise, Cika membantu mitra mendata penjualan, mencari penyebab saat penjualan turun, hingga memastikan agar mereka tetap bisa berjualan.
Selain mitra binaan, pihak lain yang ikut ketiban untung dari produksi cimol milik Cika adalah para petani dan peternak. Ia membeli sejumlah bahan seperti jagung dan cabai rawit yang dipakai untuk membuat isian cimol-cireng langsung dari petani setempat. Ini akan menguntungkan petani karena mereka bisa menjual hasil panen dengan harga tinggi ketimbang dijual ke tengkulak. Sementara bagi para peternak ikan, mereka mendapatkan retur produk sebagai tambahan pakan.
Rangkul Karyawan Putus Sekolah
Program pemberdayaan lain yang dilakukan Cika adalah merangkul karyawan putus sekolah. Sebagian besar dari mereka bekerja di bagian produksi. Di daerah sekitar tempat tinggal Cika banyak remaja yang hanya lulus SD dan SMP. Kondisi ini menjadi dilema tersendiri, sebab, sulit mencari perusahaan di wilayah Ajibarang dan sekitarnya yang mau mempekerjakan lulusan SD dan SMP. Dengan begitu karyawan yang putus sekolah bisa mendapatkan penghasilan yang bisa dipakai untuk membantu perekonomian keluarga atau meneruskan sekolah.
Cika juga mendorong karyawan yang putus sekolah untuk kembali mengenyam bangku pendidikan lewat jalur kesetaraan atau pendidikan non formal (PNF). Hasilnya, 50 persen karyawan putus sekolah di perusahaan Cika mengikuti program pendidikan kejar paket.
Apresiasi Dari Astra Untuk Ratu Cimol dari Banyumas
Dengan membuka usaha franchise, Cika ingin menjadi pembuka jalan rezeki bagi masyarakat sekitar, terutama dengan menularkan semangat berwirausaha, sehingga bantuan yang diberikan akan terus berlanjut. Menurutnya ia lebih suka memberikan bantuan berupa alat atau modal usaha ketimbang uang. Kalau bantuan uang, akan habis dalam waktu sekejap. Sementara bila dalam bentuk peralatan, bisa memancing kemandirian masyarakat agar mereka terus berusaha.
Keberhasilan yang diraih Cika saat ini tak lepas dari peran sejumlah mitra. Atas usahanya memberdayakan dan memandirikan warga sekitar, Cika sukses meraih sejumlah penghargaan. Satu di antara apreasiasi tersebut datang dari Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2014.
Ibunda Zakian Faturasya dan Arka Azan Maulana ini mendapat penghargaan yang diberikan PT Astra International Tbk untuk kategori bidang kewirausahaan. Baginya, mendapat apreasiasi dari Astra merupakan berkah tersendiri karena membuat usahanya semakin besar dan berkembang.
Begitu pun dengan julukan Ratu Cimol Banyumas yang disematkan kepadanya. Cika mengaku, 'gelar' tersebut diberikan oleh Astra karena ia adalah satu-satunya perempuan yang lolos sebagai penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2014. Bahkan ia pakai julukan tersebut sebagai branding dalam usaha.
Makin Bersemangat Memajukan Indonesia
Usaha yang dilakukan Cika untuk menularkan semangat wirausaha kepada warga sekitar tak hanya berhenti sampai di sini. Ia masih memiliki banyak mimpi menjadikan perusahaannya sebagai solusi untuk sejumlah masalah di masyarakat.
Mimpi lain yang diurai Cika, perusahaannya bisa memiliki lebih dari 100 karyawan, pembagian gerobak sebagai modal usaha lebih masif hingga mencapai 1.000 gerobak.
Juga memiliki tempat yang lebih luas untuk memproduksi jajanan, mengemas produk, serta omzet yang besar agar perusahaan bisa semakin tumbuh dan berkembang.
"Jika perusahaan semakin besar, maka penerima manfaatnya pun akan semakin banyak dan lebih luas," kata Cika.
Cika juga tak menampik, apa yang dilakukannya saat ini sejalan dengan semangat memajukan Indonesia yang diusung Astra. Ia kemudian mengutip sepenggal quote terkenal dari Presiden Amerika Serikat, JF Kennedy: Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu.
"Mungkin apa yang bisa saya berikan ke Indonesia, masih sangat kecil. Namun setidaknya, saya bisa memberikan manfaat ini untuk sebagian wilayah di Indonesia walau hanya sekelas kabupaten," kata Cika.
Usaha yang dimulai dengan modal Rp 63 ribu itu nyatanya bisa meningkatkan penghasilan bagi masyarakat yang tidak mampu melalui pemberian peluang usaha tanpa modal. Sekaligus meningkatkan taraf perekonomian masyarakat, membuka lapangan pekerjaan bagi karyawan putus sekolah, bisa menambah pendapatan bagi petani lokal, serta pemberian pakan gratis untuk peternak.
Ibarat sebuah lingkaran kehidupan, nyatanya rumah produksi cimol ini bisa saling memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan dari berbagai kalangan.
(dari berbagai sumber)
0 Komentar
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...