Perempuan seringkali mengalami permasalahan yang kompleks. Bisa jadi karena permasalahan keluarga, lingkungan kantor atau lingkungan tempatnya berada. Maka wajar dengan tugas dan tanggung jawabnya yang begitu besar tiba-tiba amarahnya meledak. Di dalam rumah tangga, seorang ibu harus bisa mendidik dan melindungi anaknya dengan baik, disamping ia juga harus menjadi istri yang baik bagi suaminya.
Tidak mudah memang menjadi seorang ibu dengan banyak aktivitas yang dikerjakan. Membereskan pekerjaan rumah, mulai dari memasak, menyapu dan membersihkan rumah, mencuci dan menyeterika baju, menemani anak belajar dan bermain, serta menjadi perempuan yang manis dan bisa tersenyum di tengah permasalahan yang timbul.
Belum lagi menyangkut ekonomi keluarga. Perempuan adalah ujung tombak ekonomi keluarga. Artinya sebagai istri dan ibu juga harus pandai mengatur keuangan keluarga, terlebih kebutuhan saat ini semakin kompleks dengan harga-harga yang makin naik. Kalau tidak pandai mengatur keuangan, maka hancurlah rumah tangga itu.
Terlebih pandemic yang berkepanjangan kemarin, ditambah maraknya iming-iming pinjaman online, kalau iman ini tidak tebal, siapapun akan tergoda dengan pinjaman online yang prosedurnya mudah namun menyekik pada akhirnya. Banyak fakta membuktikan. Seseorang yang terlilit pinjaman online, pada akhirnya tidak bisa berpikir secara rasional. Dibenaknya hanya terbersit bagaimana supaya ia mendapatkan uang demi melunasi pinjaman online-nya. Meski cara yang ditempuh kurang benar. Bahkan ada yang nekat membunuh atau malah bunuh diri agar semua permasalahannya berakhir. Sungguh ironi terdengarnya.
Saya melihat kondisi masyarakat saat ini memang sedang tidak baik-baik saja. Teman saya sendiri, yang dulunya terkenal rajin di sekolah, kini mendadak seperti orang gila, dengan pakaian yang kurang senonoh, bahkan suka teriak atau tertawa sendiri. Entahlah apa penyebabnya.
“Menulis menjadi salah satu cara menjaga kesehatan mental perempuan.” Saya setuju dengan pendapat ini. Perempuan dengan segudang permasalahan, tentu membutuhkan teman untuk berbagi cerita. Namun amat disayangkan, kadang teman curhat itu tidak seperti yang diharapkan. Cerita yang harusnya disimpan rapat-rapat, bisa jadi disebarluaskan bahkan dengan memutarbalikkan fakta. Kalau sudah demikian siapa yang rugi? Tentu pihak yang bercerita bukan?
Lalu bagaimana halnya dengan menulis? Bukankah menulis, utamanya menulis di blog sama halnya dengan menceritakan permasalahan kita ke public, bahkan dibaca orang banyak. Benar sih, menulis di blog sama artinya dengan menceritakan permasalahan kita ke pembaca secara luas. Namun menurut saya pribadi, dengan menulis niscaya beban yang terasa berat lama kelamaan menjadi plong, dan kita pun bisa kembali berpikir jernih.
Saya contohkan seseorang yang menekuni dunia blogging. Ia berusaha menuliskan diary hariannya kedalam sebuah blog. Lalu tulisannya dibaca orang banyak. Dari situ ada beberapa yang memberinya komentar. Kemudian si penulis itu diajak gabung dalam komunitas blogger. Dari situ ia akan menemukan dunia baru, dimana banyak teman yang menyupportnya. Bahkan, bisa jadi apa yang ditulisnya lama-kelamaan menginspirasi pembacanya, tentu hal ini akan menguntungkan dirinya.
Ia akan menuangkan semua permasalahannya kedalam tulisan ketika dirinya sedang menghadapi masalah kompleks, bisa dalam bentuk cerpen, puisi atau cerita feature. Sehingga dengan kebiasaan yang dilakukannya, perlahan membuat mentalnya kembali sehat. Ia bisa berpikir realistis, tidak mudah emosi bahkan bisa mengambil keputusan secara bijaksana.
Saya pun demikian. Kehidupan berumah tangga memang tidak luput dari permasalahan, meski dalam skala kecil. Saya pernah mengalami pasang surut kehidupan, seperti roda yang berputar saat digerakkan. Saya bahkan pernah seharian menangis karena bingung tidak tahu bagaimana solusi memecahkan masalah yang saya hadapi.
Lalu saya mencoba berpikir realistis, bahwa kehidupan di dunia ini sudah diatur oleh Allah. Kita hanyalah lakon dari skenario yang diciptakanNya. Meski kita kekeh berkeinginan tapi kalau Allah belum berkehendak, pastinya keinginan kita tidak bisa terwujud. Kita hanya bisa berusaha sambil berdoa memohon yang terbaik kepada Allah. Dan menulis, adalah cara saya mengurangi kegundahan hati saya.
Dengan menulis blog, terutama menulis untuk lomba blog dengan tema tertentu, atau menulis job untuk blog sesuai persyaratan yang diminta klien, tentu membuat saya merasa tertantang untuk mengumpulkan data tentang tulisan yang diminta. Inilah yang membuat saya dapat mengalihkan sejenak beban permasalahan yang saya hadapi.
Kalaupun setelah menulis saya masih merasakan beban yang mengganjal, saya berusaha mengurai kenangan yang pernah saya alami dalam berbagai situasi. Kadang saya mengingat kenangan sedih, kadang pula saya mengingat kenangan manis. Lalu saya mencoba menuliskannya secara rinci meski harus berurai airmata. Bagi saya menulis dengan mengeluarkan airmata, membuat beban yang saya pendam terasa plong.
Manfaat Menulis Untuk Kesehatan Mental
Menulis membuat seseorang merasa lebih bahagia. Cobalah menulis sesuatu yang baru saja terjadi. Ungkapkan secara runut, yakin kalian bakal merasakan bahagia setelah menulisnya.
Meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Bagi seseorang yang mengalami traumatis, dengan menulis dapat mengurangi aspek tekanan mental dan meningkatkan aspek kesejahteraan, sehingga dapat menekan masalah kecemasan yang dialaminya.
Mengelola stress. Dengan menulis, seseorang yang mengalami tekanan dapat meluruskan pikiran dan perasaan, sehingga ia mampu melihat masalah yang terjadi dengan sudut pandang yang berbeda. Selain itu, dengan menulis dapat mengeksplorasi perasaan dan melepas emosi yang dirasakan.
Melatih kemampuan kognitif. Seiring bertambahnya usia, kemampuan kognitif harus dijaga agar kita bisa tetap berpikir secara jernih, salah satunya dengan menulis.
Mencegah otak lambat berpikir. Kadang kita lama mencerna masalah karena terlalu penuhnya beban pikiran di otak kita. Dengan menulis, kita bisa merunut peristiwa yang pernah terjadi dengan rinci dan jelas.
Bagaimana Caranya Supaya Menulis Dapat Menjaga Kesehatan Mental Secara Maksimal?
Tulislah semua yang dirasakan. Dengan menulis semua yang kita rasakan, maka manfaatnya semakin besar, kita akan leluasa menulis apapun tanpa takut salah eja atau salah tata bahasa.
Menulislah dengan rutin. Cobalah menulis selama 20 menit setiap hari secara tenang dan rileks, ini dapat membantu kita meluapkan perasaan setelah seharian mengalami banyak hal.
Menulislah banyak hal. Bukan hanya tentang kita, bisa juga menulis tentang orang lain, bahkan orang yang kita benci sekalipun.
Menulis kapan saja. Menulis bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Ini yang seringkali saya lakukan. Bila merasa jenuh, maka saya buka laptop. Lalu saya tulis tentang hal-hal yang pernah saya alami di blog, entah itu kenangan atau kejadian yang baru saja saya alami. Inilah yang membuat saya kembali merasakan bahagia.
Yuk sediakan waktu untuk menulis supaya mental kita tetap sehat!
#YukNgeblogLagi
#NgeblogAsyikBarengKEB
1 Komentar
Makanya aku ga bisa lepas dari blog mba. Krn memang ini semacam terapi yg bisa meredakan bad mood ku, sedih, stress, marah etc.
BalasHapusPas kecil Kalo ngerasa marah atau jengkel, pasti semuanya aku tulis di buku harian. Kayak mau ngadu. Dan setelahnya plong banget. Sayang aku udah ga nyimpen diary2 ku.
Sekarang dengan blog, walopun ga lagi curhat kayak dulu, tapi ternyata menuliskan informasi pengalaman sendiri dan terkadang juga bisa berguna buat orang lain, itu pun bikin happy .
Silahkan berkomentar yang sopan dan tidak saru, berkomentarlah menggunakan nama yang jelas, jangan nyepam atau meninggalkan konten dan link jualan, jadilah blogger yang sportif demi membangun hubungan baik. Terima kasih sudah mengunjungi blog ini...